Share

Bab 37

Penulis: Aulia Lapan Bilan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ceraikan aku! Hiks.."

Elan menyergap tubuh Dina. Menggendong lalu merebahkan ke ranjang. Kalimat perintah yang baru saja ia dengar membuatnya geram, tapi ia tetap tak boleh emosional. Sekalipun ia benci Dina mengatakan kalimat itu.

Dina menyipitkan matanya bingung karena Elan kini menindihnya, melucuti pakaiannya kasar tapi tetap tersenyum. Bibirnya mulai dikecup, dikulum, lalu lidah suaminya bahkan mengorek hampir seluruh permukaan rongga mulutnya.

Ia menepuk-nepuk lengan Elan kala merasa nafasnya mulai terbatas. Tak dihiraukan. Ia mencoba mendorong berulang kali tapi Elan masih saja mencium seolah akan menggerogoti mulutnya.

"Haaahhh!! Hahh!!" Dina membuang nafas tersengal setelah Elan melepaskan cumbuannya. Seperti baru dientas dari dasar kolam.

Elan tersenyum sembari menggigit bibir bawahnya sendiri. Gemas sekaligus lucu melihat tingkah Dina mengendurkan nafas.

"Aku bisa mati Kak!" Protes Dina marah. "Kakak suka ya aku mati?? Teru

Aulia Lapan Bilan

vote dan komentar ya say, terima kasih

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 38

    Hampir seluruh siswa peserta pengarahan mulai berhamburan keluar aula saat Dina dan Bryan, yang sama-sama malas berdesakan, lebih memilih duduk diam bersabar dengan manisnya. Tidak ada yang memburu jadi kenapa harus buru-buru, pikir mereka. "Serius Bry, aku tidak menyangka dia berani menunjukkan muka di hadapanku. Kamu lihat tatapannya tadi? Berani-beraninya.. Ugh!" "Tidak." Jawab Bryan culas. "Ingat wahai calon ibu, Om Elan lagi cari uang untukmu dan bayimu." "Apaan sih Bry?!" Dina mendelik tak terima dianggap hamil. "Aku masih mau kuliah terus jalan sama kamu kesana kemari, menghabiskan duit suamiku hahaha.. Ibu-ibu?? Oh tidak!!" "Terserah deh, intinya jangan terpesona sama lelaki lain lagi. Apalagi yang sudah terang-terangan menghianati." "Ya ampun Bry, sakit hatiku saja belum hilang. Sinting kali aku kalau masih mau sama dia. Suamikubetterkemana-mana." Bryan memutar bola matanya jengah. Ya ya ya ia sud

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 39

    "Eoh.." Dina melongo. Ya Tuhan, matilah aku.. Dina tersadar dari terkesiap. Matanya fokus oleh kehadiran sosok Elan, mewaspadai situasi genting darurat. Ia bahkan menampel kedua tangan Arya berulang kali. Berusaha melepaskan diri dari segala sentuhan Arya yang masih belum mengerti keadaan ini. Namun semakin Arya menyelami perubahan sikap dan ekspresi Dina semakin ia bisa menebak siapa gerangan sosok yang berjalan dengan congkak ke arah mereka. Elan berjalan mendekat. Dari kejauhan sorot matanya sudah mengunci sekaligus menghakimi Arya. Ia sempat melihat cara lelaki itu menyentuh istrinya dan berusaha melawan ego dengan mengenyahkan amarah. "Kakak.." Dina menyambut kedatangan Elan dengan melenganinya. Membawa Elan mendekati Arya untuk meluruskan kecurigaan yang ia pastikan menghuni pikiran suaminya. Dua lelaki itu akhirnya berhadapan, saling menunggu respons dan mencurigai satu sama lain. Tatapan keduanya menghasilkan kekhawatiran 

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 40

    Brummm!! Elan menurunkan Dina di depan deretan gedung-gedung perkuliahan yang salah satunya menjadi lokasi tes istrinya. Sudah ada Bryan yangmesam-mesemmenyambut kedatangan sahabatnya. Ia berdiri melambaikan tangan mengkode posisinya di gazebo, yang tak lama kemudian duduk kembali kala Dina membalas lambaian tangannya. "Aku parkir motor dulu ya.. Kamu tunggu di sini.." "Ehh Kakak tidak usah!" Dina tampak keberatan, terlihat sekali ekspresinya melarang. Elan melipat keningnya. Penasaran sekaligus curiga. "Kenapa?" "Malu Kakak! Itu kan banyak anak SMA juga." "Kamu malu karena sudah punya suami atau malu karena punya suami aku?" Elan menguji jawaban Dina. "Ya pokoknya malu.." Dina melarikan bola matanya dari tatapan dingin Elan yang sedari tadi mencurigainya. Ia tahu Elan tak suka dengan sikapnya yang demikian. "Kebanyakan mereka kan belum menikah Kak. Aku?" "Sayang.." Elan mengusap le

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 41

    "Kamu siap meneriakkan namaku lebih keras malam ini hmm?" Elan mengendus leher Dina lalu menjauhinya kala melihat ketegangan di otot jenjang tersebut. Ia kemudian membuang udara dari hidung karena senyum lebarnya, tak menyangka Dina berani mengutarakan kode bercinta. "Kamu inginDaisy?" "Bu.. Bukan. Aku cuma.." "Aku mampu menahannya sampai besok. Tidurlah, aku tidak mau kamu kelelahan.” Elan menutup kalimat dengan kecupan di kening istrinya. Menjadikan kecewa Dina terkubur kedamaian batin, yang justru diimpit perasaan bersalah. Aku telah bersalah karena menaruh banyak curiga padamu Kak.. Kamu tak seperti yang ku duga, kamu bahkan bisa menahan perasaan cemburumu, juga hasrat bercintamu, demi kebahagiaanku.. Aku yakin kamu tak akan kembali pada sifat kasarmu, tapi bagaimana jika aku ternyata mengandung anakmu? Maukah kamu menerimanya? Sedangkan ku lihat kamu sangat fokus pada pekerjaanmu, tak pernah sekalipun menyinggun

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 42

    Sayup-sayup terdengar suara panggilan ibadah pagi saat Dina membuka mata dan tak menemukan Elan di sisinya. Ia mengintip pakaiannya di balik selimut. Utuh. Semalam Elan benar-benar tak berani menyentuhnya lagi, sejak pengakuan mengejutkan itu. Ia ingat telah memilih menyingkuri Elan dan tenggelam dalam perasaan takut. Bagaimana tidak? Ia tidak mau diperlakukan kasar lagi. Nafsunya menciut kala mengingat betapa momen-momen yang disebut Elan masih terasa sangat menyakitkan. Dina meninggalkan kamar Elan dan mencari sosok yang dicintainya itu, menyapu pandang ke seluruh ruang dan menemukan suaminya sedang menduduki treadmill dengan keringat mengalir dan nafas memburu. Tampak sangat kelelahan. Kepalanya menunduk dengan kedua tangan menjambak rambutnya menahan. Ia tahu Elan memilih menyalurkan kepenatannya dengan berlari hingga mencapai batas kemampuan kaki.Batinnya dilema. Ingin menolong kesakitan suaminya tapi ia tak mau menjadi korban tindakan men

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 43

    Air yang keluar dari lubang shower mengguyur. Dina berharap rasa sakitnya luntur, pergi beriring lupa. Ia ingin melupakan segalanya. Rasa cintanya pada Elan sudah terlalu dalam. Ia ingin mencintai tanpa kata tapi. Fokus hatinya kini hanya pada Elan. Ia harus belajar dewasa, menerima segala kelebihan dan kekurangan suaminya. Dina menyabun dadanya dan merasakan nyeri di kedua puncaknya. Kakinya masih gemetar tak sanggup berdiri lama-lama. Ia akhirnya terduduk setelah nyaris terjatuh, cukup lama tapi rasa perih di selangkangannya belum juga sirna. Sepertinya karena lecet tergerus gerakan Elan yang membabi buta. Tidak ada kenikmatan di sana. Matanya kembali berair, berlomba dengan air. Ia tak mau begini lagi. Doanya hanya Elan berhenti saat menyadari perbuatannya telah demikian mencipta pedih. Berharap Elan berubah, ia merindukan sosok Elan gila yang penuh kejutan bahagia, bukan sosok menyeramkan yang lebih menyerupai serigala. Rasa bersalah Elan sendiri

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 44

    Sempoyongan. Berdiri tegak tiba-tiba menjadi hal yang sulit Dina dilakukan. Kakinya berpijak tapi terkulai. Sendinya seolah memuai, memanjang dalam lunglai. Dalam bola mata berguncang tak tenang, ia akhirnya jatuh ke lantai. Debaran jantungnya berpacu dalam kecepatan. Kali ini kepercayaan diri dan ketangguhannya dalam menghadapi badai patut dipertanyakan. Tangan Dina gemetar saat sebuahtestpackdi genggamannya menunjukkan reaksi. Memberi hasil di luar ekspektasinya. Memacu rasa penasarannya kian melingkupi. Ia berusaha keras membuka seluruhtestpackyang tersisa, sempat kesulitan karena gugup mendera. Saking tidak sabarnya hingga ia celupkan semua bersamaan. Dalam batinnya hanya bisa berdoa, semoga semua yang menjadi firasatnya bertentangan dengan realitas. Dalam nafas tersengal dan tubuh hampir mati rasa Dina menanti. Hingga beberapa saat kemudian satu per satu alat penguji kehamilan itu ia punguti, ia cermati,

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 45

    "Kakak!!" Dina berusaha menahan dada Elan. Betapa lelaki itu selalu menyudutkannya dalam bilik kenikmatan hingga ia kerap susah payah bertahan dari serangan. Seperti saat ini, ia berusaha mengelak tapi dibarengi dengan desahan. "Apa Sayang.. Hmm?" Elan lebih dari siap memasuki, menjelajah ruang istrinya yang selalu istimewa baginya. "Kakaak.." Rengekan Dina mencerminkan kerisauan. Berusaha menemukan cara mencegah Elan memasukinya. Ia baru teringat pesan dokter Diana, bodohnya setelah sekian lama terlena oleh perlakuan Elan di tubuhnya, hingga menghasilkan telaga yang siap membenam milik Elan dalam syahdunya senggama. Ah lelaki itu selalu saja membuat kewarasannya ambyar. Buyar lalu tercerai berai. Sebelumnya, Dina hanya bisa hanya bisa mengeratkan remasan di tepian meja kerja saat Elan berjongkok, lalu lidah profesionalnya bekerja prima hingga sebuah klimaks mudah ia gapai. Jika saja boleh, ia ingin merutuki diri sendiri sepuasnya saa

Bab terbaru

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 8

    Bahagia Kedelapan***Dua puluh tahun kemudian.“Tapi Mom..”“Pokoknya Mommy tidak mau tahu, Krisan!” Bentak istriku. Ekspresinya menunjukkan sedang tak ingin dibantah.Hari-hari ini rumah kami memang lebih sering diwarnai prengutan wajah Daisy-ku. Pasalnya putri sulung kami yang menginjak usia dua puluh empat tahun mulai berulah. Krisan diam-diam menjadi pengagum Rash, putra kandung Raka dan Asya. Dari Asya kami tahu Krisan bahkan berani mengungkap perasaannya.Tentu saja aku turut memikirkannya, tapi mana tega menyakiti Krisan dengan kemanjaannya. Mungkin ini salahku juga terlalu memanjakannya, hingga ia terbiasa mendapat segala sesuatu yang diinginkan. Namun kali ini aku pun tak bisa meluluskan keinginannya. Ini tidak benar. Kedekatan hubungan kami berempat tak memperkenankan Krisan menjalin hubungan dengan Rash.“Berani kamu dekati

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 7

    Bahagia Ketujuh***Edelweis. Itu nama putri ketiga kami. Lambang cinta abadi yang tak lekang oleh waktu, begitu kata Kak Elan padaku.Terkadang kami kesulitan membuat nama panggilan untuknya. Aku bersikukuh memanggil dia Edel, sedang Daddy-nya lebih suka memanggil Ed. Hmm.. Sebal! Seperti anak lelaki saja.Bicara soal anak laki-laki, suamiku memang sedang mendambakannya. Namun mau bagaimana lagi, berulang kali konsultasi ke dokter Diana pun belum membuahkan hasil pejantan lain di keluarga kami, hingga lahirlah bayi Edel yang punya mirip sekali dengan Yasmin kakaknya. Daddy tetap yang tertampan di antara kami.Usia Edel memang baru enam bulan tapi dari kemarin yang Kak Elan bicarakan hanya soal bayi tabung, bayi tabung, dan bayi tabung. Alasannya, dia ingin punya jagoan yang melindungi kakak-kakak perempuannya.“Beluk tentu seratus persen berhasil Kak..”“Yang penting kita berusaha

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 6

    Bahagia Keenam***Tiga tahun kemudian."Dinaaaa!""Apa sih, Ma?" Dina mendekat dengan langkah lelahnya. Ia mendekati ibunya yang memegangi kepala tak kuat."Pusing Mama lama-lama."Seolah hafal perilaku ibunya, Dina segera mencari sumber masalah yang membuat ibunya menjerit memanggil namanya. Di balik meja dapur, Dina menemukan sosok kecil yang berkedip lugu duduk menatapnya. Tubuhnya dibalur tepung dari kepala hingga kaki, hanya menyisakan warna hitam di kedua mata. Warna mata Elan yang sempit tapi tajam."Yasmin.."Daripada marah, Dina justru terpingkal melihat putri kecilnya yang baru belajar berjalan itu."Anak Mommy ya ampun.." Seru Dina sambil menunduk, bersiap mengangkat tubuh si wajah bulat Yasmin."Eitt!"Seseorang datang mencegah tangannya."Mommy jangan angkat-angkat, ingat kata dokter Diana..""Kakak.. Aku sudah hafal kali..""Sok hafal ju

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 5

    Bahagia Kelima***Hari ke empat puluh lima setelah melahirkan, Dina dan Elan masih tinggal di rumah Ranti. Elan paham, yang dibutuhkan seorang ibu pemula seperti Dina adalah ilmu keibuan yang bisa diperoleh dari senior-seniornya.Alhasil, rumah itu dihuni tiga pasang suami istri. Lengkap dengan tawa dan tangis kecil cucu Ranti dan Darius. Dua jagoan kecil Raka dan Asya yang mulai aktif berjalan ditambah pula si montok Krisan.Tak seperti panggilannya selama di dalam kandungan, nyatanya putri 'Sultan' satu itu lahir dengan bobot 3,8 kilogram, pipinya pun bulat tebal ala Dina kecil. Pantas saja Dina sempat menjerit tak mau tidur dengan Elan lagi kala itu.Lalu bagaimana malam ini?“Krisan, tidur dong Nak..” Elan berujar lesu sambil membelai pipi putrinya di dalam box bayi.Dina sedang sibuk menyiapkan kemeja dan jas Elan untuk esok pagi. Ia samar-samar mendengar Elan mengajak putrinya mengobrol.

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 4

    Dina mempersilahkan tamunya masuk. Mengarahkan untuk mendampinginya di sofa. Seorang tamu agung yang lama ia nanti-nanti.“Itu perut pengen ditendang kayaknya, bulat amat..”“Kampret kamu!” Umpat Dina menyaksikan Bryan mengikik geli melihat bentuk tubuhnya. “Ditunggu-tunggu main lama, sekalinya datang bikin emosi kamu Bry!”Bryan pun tergelak. Temannya itu masih sama. Masih enak dikata-katain.“Kapan lahiran?”“Kata dokter sih dua minggu lagi. Aku sih ingin secepatnya, biar cuti kuliah pasca melahirkan bisa lebih lama. Aduh!”“Kenapa kamu?” Bryan panik melihat sahabatnya mengaduh sambil memegangi perutnya.“Biasa Bry, Mumut tingkahnya aduhai.. Apa semua ibu hamil merasakan begini ya? Seperti yang dokter bilang, anaknya aktif sekali. Hmm.. Persis Daddy-nya.”Mumut? Bryan memutar bola matanya. Sebuah panggilan a

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 3

    Sesampainya di apartemen, Elan semakin berlebihan memperlakukan istrinya. Ia menggendong Dina dari tempat parkir hingga masuk ke dalam. Dina pun hanya bisa malu-malu saat berpapasan dengan orang lain. Namun sisi bahagia menguasai segalanya. Rasa malu itupun sirna sedemikian rupa.Elan baru menurunkan istrinya di sofa. Mereka berbahagia. Mereka menikmati karunia yang Tuhan titipkan di perut ramping Dina.Elan tak sabar segera membuka perut istrinya. Mengusap-usapnya lembut lalu menciumnya tak terus menerus.“Kak, geliihh..”Elan tak peduli. Ia hanya ingin menyalurkan kasih sayangnya. Menebus dosa masa lalu karena tak bisa memberi Mungil limpahan kasih sayang.“Kakak.. Sudaah..” Rajuk Dina.Elan merayap ke atas. Tersenyum lalu mencium bibir istrinya yang juga tertarik lebar. Ia memutar posisi, menelungkupkan Dina di atas tubuhnya yang terlentang.“Kakak bahagia ya usahanya berhasil?”Bibir Elan

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 2

    Semakin hari Elan semakin diuji oleh Dina. Bak jatuh tertimpa tangga, sudah lama tak dapat jatah, ia malah mau-mau saja diminta Dina melakukan apapun keinginannya. Jika saja tidak teringat kemungkinan ada adik Mungil di dalam sana rasanya ia tak mungkin rela berpuasa hampir dua minggu lamanya.Hampir setiap hari Elan memaksa Din memakai testpack tapi selalu ditolak mentah-mentah. Tunggu seminggu katanya, seperti Mungil dulu.Hueekk.. Hueekk..Elan mendengar suara itu dari arah dapur. Ia panik menemukan istrinya memegang kepala dan perut tampak kesakitan.“Sayang kamu kenapa?”Dina mewek, merengek, menangis manja. Elan pun semakin mendekat untuk memastikan istrinya baik-baik saja.“Hiks.. Sakit Kak perutnya..”Elan mengusap air mata di pipi Dina. Dilanjutkan mengelus perutnya lembut sekali. Ia yakin 99,99% ada adik Mungil di dalam sana. Kepanikannya berangsur kendur, terutama setelah Dina denga

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 1

    "Kupasin!"Elan mengalihkan bola mata dari layar laptopnya. Melirik wajah menyun yang tiba-tiba seenak sendiri meletakkan sekantung kacang di atas keyboard laptop lalu duduk di sofa.Ia terpaksa menutup laptop setelah menyinyalir gelagat kecemburuan dari istrinya. Memang salahnya juga menduakan perhatian pada pekerjaan.Dengan sabar, Elan mengupas kacang garing itu lalu menyetorkan setiap butirnya di tangan Dina. Ia tersenyum karena belum juga menemukan senyuman di bibir istrinya."Cemberut terus? Kan sudah dikupasin..""Tahu! Sebel!" Dina ketus.Elan meletakkan kacangnya di atas meja. Ia gemas melihat raut muka Dina. Tubuhnya tiba-tiba menerjang istrinya agar rebah di atas sofa."Iiiihhh!! Tidak mau! Pergi!! Kakak bauuu!!" Dina terus mengajukan protes keras sembari menepuk-nepuk dada Elan.Elan pun mencium kedua ketiaknya sendiri. Menurutnya wangi, tapi dari kemarin setiap kali dipeluk Dina selalu me

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 63

    PR *** "Kak.. Nanti aku cukup diam kan di antara kalian? Aku malu kalau terlihat bodoh." "Itu lagi itu lagi yang ditakutkan hmph.." Elan membuang mukanya ke kaca mobil di sebelahnya. Tangan dan pikirannya sibuk berkonsentrasi pada jalanan yang cukup ramai, tapi ucapan Dina barusan berhasil memecahnya. "Ya kan aku takut Kak.." Dina bergumam sedih. "Hey jangan cemberut begitu ah, ada Vio juga di sana. Kamu bisa mengobrol dengannya.." "Dengan Afsheen juga tidak?" Dina bersemangat. Elan menaikkan pundaknya tanda tak tahu. "Sepertinya tidak. Jarek bilang mereka mau menginap di hotel tempat acara." "Loh kok?" Dina bertanya-tanya. "Mereka mau bulan madu kecil-kecilan mungkin." "Kan kasihan Afsheen Kak, kita culik yuk!" Dina mengutarakan ide gila. Tentu saja bercanda. "Terlalu beresiko, lebih baik bikin sendiri." "Kumat mesumnya ini bison. Tidak peduli malam, pagi, siang, sore, sa

DMCA.com Protection Status