Share

Bab 18

Penulis: Aulia Lapan Bilan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku tak pernah segelisah ini sebelumnya. Dari kemarin yang ku pikirkan hanya pulang, pulang, dan pulang. Untung urusan dengan buyer bisa ku percepat, jadi aku bisa mengambil penerbangan pagi sekali.

Dua hari di Surabaya, yah tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Macet. Apalagi tak ada istriku di sisi. Kalian tersenyum? Aku pun sudah sering tersenyum sendiri jika ingat menyebut bocah itu istriku. Ya karena memang dia istriku.

Lebih dari hasrat ingin dipuaskan, aku sangat merindukan wajah ayunya. Senyumnya yang menggelontor tubuhku dengan kebahagiaan. Aku rindu, sangat rindu.

Aku tak peduli lagi dengan rencana balas dendam sialan itu. Itu bukan lagi sebuah prioritas, sudah ku lempar jauh ke tempat yang tak seorang pun sanggup menemukan.

Ku rasa aku jatuh cinta. Di usia yang sudah matang ini aku merasa jatuh cinta bak seorang remaja. Sudah lama tak ku rasakan sensasi jatuh cinta sebahagia ini. Mungkin usiaku mengecil menyesuaikan usianya. Ah a

Aulia Lapan Bilan

vote dan komentar ya say

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 19

    Elan mengusap puncak kepala Dina. "Cepat katakan Kak!" Dina tak sabar. Lelaki itu berbisik lirih. Patahan katanya dibentuk agar gadisnya gemas dan merengek manja. "Aku.." Elan sengaja memotong ucapannya untuk membuat Dina semakin penasaran. "Ayolah Kak..Please.." Dina merengek sembari tersenyum gembira. Elan heran mengapa Dina bisa sebahagia ini hanya untuk mendengarnya bicara. Ia tertawa lalu mendekati telinga Dina untuk membisikkan niatnya. "Aku ingin mengajakmu bulan madu." "Oh.." Dina kecut. Hanya 'oh'. Ekspresi harap gadis itu seketika mengendur. Ternyata sebuah ajakan bulan madu, bukan ungkapan cinta yang sedari tadi mengitari otaknya, mendamba. Senyum kecut itu pun hampir raib jika saja Elan tak menyergahnya. "Tidak mau ya?" Elan kecewa. Dina buru-buru menggeleng. Ia tak mau Elan salah paham. "Mau kok.. Aku mau.. Ke mana?" Dina memaksakan senyumnya. Elan mene

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 20

    Dina melihat hamparan taman bunga di Hokkaido. Matanya berbinar-binar menyaksikan berbagai macam bunga mekar dengan indahnya. Warna mereka tegas, setegas warna lipstiknya yang merah spesial untuk bulan madu mereka. Meskipun terlihat lucu di mata Elan, tapi ia menghargai Dina untuk dandan. Lagi pula apapun wujud Dina akan tetap cantik di matanya. Hanya saja kali ini terlihat lebih menggoda. "Kamu suka?" Tanya Elan sembari melingkari perut Dina. Dina menoleh ke belakang dan mengangguk penuh keceriaan. Elan pun gemas dan menciumi tengkuk Dina tak sabar, juga tak peduli bahwa lagi-lagi ini adalah tempat umum. "Mari kembali ke penginapan, aku sudah ingin kamu lagi.." "Kita baru sampai masa sudah kembali sih?!" Protes Dina kesal. "Suamimu kan ingin Sayang, penuhi kewajibanmu.." Elan menuntut beralasan. "Tadi di pesawat juga bilang begitu, begitu sampai masuk kamar langsung aku layani. Masa sekarangme timesebentar saja ti

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 21

    Dina melangkah menuju kamarnya. Cepat karena ingin segera menangis menumpahkan kecewa. Terluka. "Hey Bocah, Sandra akan kemari, mungkin lebih baik kamu pergi agar dia lebih nyaman berada di sini." Dina menelan bulat pil pahit yang sepertinya Elan jejalkan dengan sengaja. Ia paham ini bukan rumahnya tapi mengusirnya untuk berduaan atau mungkin bercinta dengan gadis lain sangat tidak manusiawi baginya. Setelah semua yang mereka jalani bersama, mengapa ia merasa didepak? Sebagai satu serpihan yang tak diharapkan hidup Elan. Bagaimanapun Dina merasa masih berstatus istri sah Elan. Ia ingin setidaknya dihormati, bukan hanya dianggap tak dianggap. Entahlah, Dina pun bingung dengan perasaannya sendiri. Mungkin ini cemburu, cemburu yang tak perlu. "Aku di dalam kamar saja, tidak perlu keluar tidak masalah kan?" Dina berusaha tenang. "Terserah, asal jangan keluar kamar sampai Sandra pulang." Dina tak merespons. Ia segera masuk ke dalam kamar. M

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 22

    Kring kring.. "Halo.. Mama.." "Halo Sayang.. Kamu baik-baik saja? Suaramu serak? Batuk Nak?" "Bukan Ma, baru sarapan, belum minum saja. Ada apa Mama pagi-pagi telepon?" "Ah iya.. Asya bilang bulan-bulan ini padat-padatnya daftar kuliah. Kamu sudah daftar Sayang?" "Oh, emm.. Sudah.." "Kok ragu? Anak Mama tidak boleh menyerah, harus mencoba dulu, gagal di jalur nontes itu biasa. Asya bilang tidak ada salahnya mencoba semua jalur. Elan mendukungmu kan?" "Ah iya Ma, pasti, pasti dia mendukung." "Syukurlah.. Dia pernah bilang ke Mama kalau semua biaya kuliah kamu akan ditanggung. Awalnya Mama ingin menolak tapi Papamu bilang kalau kami menolak, khawatir dia tersinggung." "Ya, Ma." "Kok cuma ya?" "Mama tidak perlu khawatir, dia menanggung semua." "Ya sudah, itu dulu ya. Jangan kecewakan Elan, Mama tunggu kabar bahagianya. Anak Mama pasti

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 23

    Dina menggerakkan tubuhnya untuk menjemput kesadaran. Matanya terbuka dan tersadar sedang tidur di kamar Elan. Ia menoleh ke kiri kanan tapi tak menemukan siapapun. Mungkin Elan sudah berangkat. Ia menatap cermin dari jauh. menemukan refleksi dirinya yang miris. Menjijikkan. Dina kembali menangis. Terisak-isak tanpa ada yang menolong. Setiap sendi di tubuhnya seakan lepas, tapi yang paling menyakitkan adalah harapan yang hilang, kepercayaan yang pudar. Berulang kali ia menyapu air mata dengan jari. Lelah rasanya menangis. Ini bukan gayanya. Namun tak ada cara lain untuk mengurangi kesedihan. Terbangun dalam tubuh telanjang tak berselimut sudah sangat membuktikan betapa Elan tak lagi peduli. Jangankan peduli, ia saja merasa diperlakukan tak manusiawi. Dina memungut lalu memakai pakaian dalam dan rok seragamnya. Punggung tangannya mengusap kasar pipi, berusaha mensterilkan dari air mata. Kriet.. Brak! Dina tersentak, refleks menyilang d

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 24

    Berulang kali Dina mengambil nafas berat sebelum membuka pintu apartemen Elan. Berusaha menetralkan nafasnya yang tersengal. Sepanjang perjalanan ia terus dihantui rasa cemas. Menduga-duga kemarahan Elan karena dirinya pulang terlambat. Tapi apa salahku? Dia tidak berhak mengatur hidupku.. Dina masuk. Menyapu pandang ke seluruh sudut ruang. Refleks menunduk saat melihat Elan tengah menikmati santap malam di meja makan. Ia melangkah pasti, percaya diri untuk menuju kamarnya. "Makanlah!" Suara Elan memecah keheningan. Terdengar sangat dingin tapi tak tercemar emosi. Dina memberanikan diri, membelokkan langkah mendekati meja makan. "Duduklah!" Perintah Elan pendek, masih nihil pandang ke arah Dina. Perlahan Dina menyeret kursi ke belakang, lalu duduk dengan tenang. Ia berusaha menghilangkan rasa takutnya. Di hadapannya sudah terhidang makan malam yang sepertinya sengaja Elan siapkan untuknya. Dina belum mau menyen

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 25

    "Pak.. Pak Elan? Permisi.." "Oh?" Aku melongo. Baru sadar jika Damar memanggilku sedari tadi. "Ini beberapa informasi tentang Sakura Town yang bermasalah pajaknya, kita bisa menjadikan ini cela untuk memeroleh penawaran yang lebih rendah jika kita bisa mendapat solusi yang minim risiko untuk menyelesaikan masalah mereka. Menurut Bapak, kawasan ini cukup menarik minat penyewaatau bagaimana?" "Mar, kamu sudah menikah kan?" "Loh Kok?" Damar terlihat kebingungan mendengarku sama sekali tak menggubris penjelasannya. Pikiranku seperti di-remote oleh Dina dari jauh. Tak bisa berhenti memikirkannya. Iblis macam apa yang telah merasukiku hingga berlaku sekejam itu? Aku sudah menendang harga dirinya bertubi-tubi dengan sikap yang sangat menjijikkan. Bodohnya aku baru menyadari semuanya sekarang. Sakit hati dan dendam itu sangat tidak perlu. Sekarang bisa jadi aku ya

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 26

    Kecupan kecil mendarat di punggung tangan Dina. Ia melihat bagaimana Elan memperlakukan tangannya bak permen kapas yang jika ditekan sedikit saja akan rusak. Sangat berhati-hati. Aneh, hanya butuh waktu 24 jam untuk memutar sikap kasar lelaki itu. "Katakan apa yang kamu inginkan Sayang?" Dina membuang nafasnya kasar. Berharap keputusannya benar. "Ceraikan aku.." Elan tak melepas genggaman di tangan Dina. Sekalipun ekspresi tenangnya goyah, ia berusaha tak terpengaruh. Bagi Elan, bagaimanapun caranya ia harus tetap mendominasi. Tak perlu menanggapi, apalagi memedulikan permintaan Dina. "Oh ya, nanti jam satu siang aku akan menjemputmu. Kamu belum memilih gaun untuk nanti malam." Dina bisa menemukan penolakan keras dari kepura-puraan Elan. Ia berusaha menarik tangannya dari genggaman tapi tertahan kuat oleh remasan. "Sampai kapan kamu mau menyiksaku?" "Sekalian membeli sepatu. Aku ingin istriku terlihat sempurna malam ini

Bab terbaru

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 8

    Bahagia Kedelapan***Dua puluh tahun kemudian.“Tapi Mom..”“Pokoknya Mommy tidak mau tahu, Krisan!” Bentak istriku. Ekspresinya menunjukkan sedang tak ingin dibantah.Hari-hari ini rumah kami memang lebih sering diwarnai prengutan wajah Daisy-ku. Pasalnya putri sulung kami yang menginjak usia dua puluh empat tahun mulai berulah. Krisan diam-diam menjadi pengagum Rash, putra kandung Raka dan Asya. Dari Asya kami tahu Krisan bahkan berani mengungkap perasaannya.Tentu saja aku turut memikirkannya, tapi mana tega menyakiti Krisan dengan kemanjaannya. Mungkin ini salahku juga terlalu memanjakannya, hingga ia terbiasa mendapat segala sesuatu yang diinginkan. Namun kali ini aku pun tak bisa meluluskan keinginannya. Ini tidak benar. Kedekatan hubungan kami berempat tak memperkenankan Krisan menjalin hubungan dengan Rash.“Berani kamu dekati

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 7

    Bahagia Ketujuh***Edelweis. Itu nama putri ketiga kami. Lambang cinta abadi yang tak lekang oleh waktu, begitu kata Kak Elan padaku.Terkadang kami kesulitan membuat nama panggilan untuknya. Aku bersikukuh memanggil dia Edel, sedang Daddy-nya lebih suka memanggil Ed. Hmm.. Sebal! Seperti anak lelaki saja.Bicara soal anak laki-laki, suamiku memang sedang mendambakannya. Namun mau bagaimana lagi, berulang kali konsultasi ke dokter Diana pun belum membuahkan hasil pejantan lain di keluarga kami, hingga lahirlah bayi Edel yang punya mirip sekali dengan Yasmin kakaknya. Daddy tetap yang tertampan di antara kami.Usia Edel memang baru enam bulan tapi dari kemarin yang Kak Elan bicarakan hanya soal bayi tabung, bayi tabung, dan bayi tabung. Alasannya, dia ingin punya jagoan yang melindungi kakak-kakak perempuannya.“Beluk tentu seratus persen berhasil Kak..”“Yang penting kita berusaha

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 6

    Bahagia Keenam***Tiga tahun kemudian."Dinaaaa!""Apa sih, Ma?" Dina mendekat dengan langkah lelahnya. Ia mendekati ibunya yang memegangi kepala tak kuat."Pusing Mama lama-lama."Seolah hafal perilaku ibunya, Dina segera mencari sumber masalah yang membuat ibunya menjerit memanggil namanya. Di balik meja dapur, Dina menemukan sosok kecil yang berkedip lugu duduk menatapnya. Tubuhnya dibalur tepung dari kepala hingga kaki, hanya menyisakan warna hitam di kedua mata. Warna mata Elan yang sempit tapi tajam."Yasmin.."Daripada marah, Dina justru terpingkal melihat putri kecilnya yang baru belajar berjalan itu."Anak Mommy ya ampun.." Seru Dina sambil menunduk, bersiap mengangkat tubuh si wajah bulat Yasmin."Eitt!"Seseorang datang mencegah tangannya."Mommy jangan angkat-angkat, ingat kata dokter Diana..""Kakak.. Aku sudah hafal kali..""Sok hafal ju

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 5

    Bahagia Kelima***Hari ke empat puluh lima setelah melahirkan, Dina dan Elan masih tinggal di rumah Ranti. Elan paham, yang dibutuhkan seorang ibu pemula seperti Dina adalah ilmu keibuan yang bisa diperoleh dari senior-seniornya.Alhasil, rumah itu dihuni tiga pasang suami istri. Lengkap dengan tawa dan tangis kecil cucu Ranti dan Darius. Dua jagoan kecil Raka dan Asya yang mulai aktif berjalan ditambah pula si montok Krisan.Tak seperti panggilannya selama di dalam kandungan, nyatanya putri 'Sultan' satu itu lahir dengan bobot 3,8 kilogram, pipinya pun bulat tebal ala Dina kecil. Pantas saja Dina sempat menjerit tak mau tidur dengan Elan lagi kala itu.Lalu bagaimana malam ini?“Krisan, tidur dong Nak..” Elan berujar lesu sambil membelai pipi putrinya di dalam box bayi.Dina sedang sibuk menyiapkan kemeja dan jas Elan untuk esok pagi. Ia samar-samar mendengar Elan mengajak putrinya mengobrol.

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 4

    Dina mempersilahkan tamunya masuk. Mengarahkan untuk mendampinginya di sofa. Seorang tamu agung yang lama ia nanti-nanti.“Itu perut pengen ditendang kayaknya, bulat amat..”“Kampret kamu!” Umpat Dina menyaksikan Bryan mengikik geli melihat bentuk tubuhnya. “Ditunggu-tunggu main lama, sekalinya datang bikin emosi kamu Bry!”Bryan pun tergelak. Temannya itu masih sama. Masih enak dikata-katain.“Kapan lahiran?”“Kata dokter sih dua minggu lagi. Aku sih ingin secepatnya, biar cuti kuliah pasca melahirkan bisa lebih lama. Aduh!”“Kenapa kamu?” Bryan panik melihat sahabatnya mengaduh sambil memegangi perutnya.“Biasa Bry, Mumut tingkahnya aduhai.. Apa semua ibu hamil merasakan begini ya? Seperti yang dokter bilang, anaknya aktif sekali. Hmm.. Persis Daddy-nya.”Mumut? Bryan memutar bola matanya. Sebuah panggilan a

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 3

    Sesampainya di apartemen, Elan semakin berlebihan memperlakukan istrinya. Ia menggendong Dina dari tempat parkir hingga masuk ke dalam. Dina pun hanya bisa malu-malu saat berpapasan dengan orang lain. Namun sisi bahagia menguasai segalanya. Rasa malu itupun sirna sedemikian rupa.Elan baru menurunkan istrinya di sofa. Mereka berbahagia. Mereka menikmati karunia yang Tuhan titipkan di perut ramping Dina.Elan tak sabar segera membuka perut istrinya. Mengusap-usapnya lembut lalu menciumnya tak terus menerus.“Kak, geliihh..”Elan tak peduli. Ia hanya ingin menyalurkan kasih sayangnya. Menebus dosa masa lalu karena tak bisa memberi Mungil limpahan kasih sayang.“Kakak.. Sudaah..” Rajuk Dina.Elan merayap ke atas. Tersenyum lalu mencium bibir istrinya yang juga tertarik lebar. Ia memutar posisi, menelungkupkan Dina di atas tubuhnya yang terlentang.“Kakak bahagia ya usahanya berhasil?”Bibir Elan

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 2

    Semakin hari Elan semakin diuji oleh Dina. Bak jatuh tertimpa tangga, sudah lama tak dapat jatah, ia malah mau-mau saja diminta Dina melakukan apapun keinginannya. Jika saja tidak teringat kemungkinan ada adik Mungil di dalam sana rasanya ia tak mungkin rela berpuasa hampir dua minggu lamanya.Hampir setiap hari Elan memaksa Din memakai testpack tapi selalu ditolak mentah-mentah. Tunggu seminggu katanya, seperti Mungil dulu.Hueekk.. Hueekk..Elan mendengar suara itu dari arah dapur. Ia panik menemukan istrinya memegang kepala dan perut tampak kesakitan.“Sayang kamu kenapa?”Dina mewek, merengek, menangis manja. Elan pun semakin mendekat untuk memastikan istrinya baik-baik saja.“Hiks.. Sakit Kak perutnya..”Elan mengusap air mata di pipi Dina. Dilanjutkan mengelus perutnya lembut sekali. Ia yakin 99,99% ada adik Mungil di dalam sana. Kepanikannya berangsur kendur, terutama setelah Dina denga

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Extra Part 1

    "Kupasin!"Elan mengalihkan bola mata dari layar laptopnya. Melirik wajah menyun yang tiba-tiba seenak sendiri meletakkan sekantung kacang di atas keyboard laptop lalu duduk di sofa.Ia terpaksa menutup laptop setelah menyinyalir gelagat kecemburuan dari istrinya. Memang salahnya juga menduakan perhatian pada pekerjaan.Dengan sabar, Elan mengupas kacang garing itu lalu menyetorkan setiap butirnya di tangan Dina. Ia tersenyum karena belum juga menemukan senyuman di bibir istrinya."Cemberut terus? Kan sudah dikupasin..""Tahu! Sebel!" Dina ketus.Elan meletakkan kacangnya di atas meja. Ia gemas melihat raut muka Dina. Tubuhnya tiba-tiba menerjang istrinya agar rebah di atas sofa."Iiiihhh!! Tidak mau! Pergi!! Kakak bauuu!!" Dina terus mengajukan protes keras sembari menepuk-nepuk dada Elan.Elan pun mencium kedua ketiaknya sendiri. Menurutnya wangi, tapi dari kemarin setiap kali dipeluk Dina selalu me

  • REVENGE: DENDAM CINTA ELAN   Bab 63

    PR *** "Kak.. Nanti aku cukup diam kan di antara kalian? Aku malu kalau terlihat bodoh." "Itu lagi itu lagi yang ditakutkan hmph.." Elan membuang mukanya ke kaca mobil di sebelahnya. Tangan dan pikirannya sibuk berkonsentrasi pada jalanan yang cukup ramai, tapi ucapan Dina barusan berhasil memecahnya. "Ya kan aku takut Kak.." Dina bergumam sedih. "Hey jangan cemberut begitu ah, ada Vio juga di sana. Kamu bisa mengobrol dengannya.." "Dengan Afsheen juga tidak?" Dina bersemangat. Elan menaikkan pundaknya tanda tak tahu. "Sepertinya tidak. Jarek bilang mereka mau menginap di hotel tempat acara." "Loh kok?" Dina bertanya-tanya. "Mereka mau bulan madu kecil-kecilan mungkin." "Kan kasihan Afsheen Kak, kita culik yuk!" Dina mengutarakan ide gila. Tentu saja bercanda. "Terlalu beresiko, lebih baik bikin sendiri." "Kumat mesumnya ini bison. Tidak peduli malam, pagi, siang, sore, sa

DMCA.com Protection Status