Rafa berbaring sambil memandang foto Eleena dan Rasen saat mereka sedang berlibur bersama waktu itu, ada sosok yang menyempil ikut terfoto dan sosok itu cukup membuat Rafa selalu merinding ketika melihatnya. Rafa penasaran dengan sosok gadis bergaun kuning lusuh itu, terlihat kakinya tidak napak ke tanah memperkuat kalau sosok itu bukanlah manusia sepertinya.
Rafa ingin mencari tau tentang sosok itu tapi Rafa sendiri tidak tau dari mana ia harus memulai. Tunggu dulu, Rafa ingat sesuatu. Sepertinya ia pernah melihat gadis dengan gaun seperti itu, tapi di mana? Ada satu memori yang ia ingat tapi tidak sepenuhnya, sepertinya Rafa butuh waktu untuk mengingatnya lagi lebih jelas.
***
Eleena menghampiri Rasen yang sedang asyik bermain game mobile yang biasa ia mainkan di ponselnya. Rasen sendiri saat itu, terduduk dengan kepala menunduk dan seluruh perhatiannya ia berikan pada ponselnya. Rafa tidak ada bersama Rasen seperti biasa, Eleena ragu untuk mengganggu Ra
Rasen membasuh wajahnya, rasa sesak ia rasakan di dadanya ketika melihat Eleena dengan mata sembabnya tadi. Apa Eleena menangis? Apa karena ia Eleena menangis? pikir Rasen.Rasen menatap pantulan wajahnya di cermin, toilet yang ia masuki sedang sepi dan selalu sepi. Rasa dingin yang terasa dari arah tangan menjalar ke lehernya begitu terasa berbeda. Bulu kuduknya merinding tanpa ia sadari. Sosok gadis bergaun kuning selalu menempel pada Rasen dan anehnya Rasen tidak merasakannya seakan-akan sosok itu sudah menyatu dengannya.Perasaan Rasen akan mulai terpengaruhi oleh sosok jahat hantu gadis bergaun kuning tersebut. Mata Rasen tertutup, menggelap. Rasen akan menjadi sosok yang berbeda bila sosok hantu itu dibiarkan menempel pada Rasen. Tapi sayangnya tidak ada yang tau dan paham, hanya ayah dan kakeknya saja yang bisa membantu Rasen lepas dari sosok hantu bergaun kuning itu.Rasen tiba-tiba merasa kesal saat tiba-tiba terbayang wajah Eleena, rasanya
Perawakan laki-laki dengan tinggi yang tentu saja di atas Eleena dan badan yang tegap membawa sebilah pisau di tangannya cukup membuat Eleena ketakutan. Eleena segera berlari dengan sangat kencang sampai ia terjatuh karena tidak sengaja menginjak tumpukan sampah hingga membuatnya hilang keseimbangan.BRRUUUKKKKKeringat membasahi pelipis di wajah Eleena, ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang sangat terkejut ketika ia terjatuh di mimpinya itu terasa sangat nyata. Napasnya terengah-engah seakan ia baru saja berlari kencang walaupun sebenarnya ia memang baru saja berlari dalam mimpinya.Eleena memegang kepalanya yang terasa pusing, mimpi apa yang ia alami tadi? pikirnya. Eleena melihat jam yang ada di atas nakas sebelah ranjang kasurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pas, sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang, memang seharusnya ia bangun dari tidurnya itu.Kamarnya gelap, saat pulang tadi memang Eleena tidak menyalakan
Ayunan yang Arsha duduki terdorong maju mundur sesuai keinginan hati Arsha. Dengan sabar Arsha menunggu anak laki-laki yang tadi pagi mebuat janji bertemu di taman biasa bersamanya. Sudah sepuluh menit Arsha menunggu tapi anak laki-laki itu belum juga nampak.Sampai akhirnya angin yang dingin berembus dengan pelan membuat Arsha merasa merinding. Anak laki-laki itu datang dengan senyumnya yang masih terpajang indah di wajah pucatnya."Hai Arsha, sudah lama menunggu?" sapa anak laki-laki itu duduk di sebelah ayunan yang Arsha duduki. Arsha mengalihkan pandangannya pada anak laki-laki itu, senyumnya cukup membuat hati Arsha terasa berbunga-bunga."Tidak begitu lama, sekitar sepuluh menit. Tapi tidka apa-apa," jawab Arsha tersipu saat anak laki-laki itu menatapnya yang sedang berbicara."Tadi aku memperhatikan kamu saat kamu datang ke sekolah, kamu diantar oleh kakakmu bukan?" Senyum dari wajah pucat anak laki-laki itu tak pernah hilang memb
***Eleena berdiri dengan terengah-engah di sebuah rooftop kampusnya. Ia merasa ada seseorang yang mengejar-ngejarnya dan ia harus segera bersembunyi, tapi di mana? Rooftop itu terlihat kosong, tidak ada tempat persembunyian yang pasti aman untuknya.Dengan lelah, Eleena pasrah ketika melihat seseorang berpakaian hitam yang sama seperti ia lihat sebelumnya di dalam mimpi. Eleena penasaran dengan apa yang akan terjadi padanya bila laki-laki itu menangkapnya. Eleena memberanikan dirinya untuk menghadapi laki-laki tersebut, tapi sangat tidak disangka lagi-lagi orang itu menggenggam sebuah pisau, kali ini pisau yang lebih besar dari yang ia lihat sebelumnya. Namun, terlihat sudah ada noda darah di pisau tersebut.Eleena mundur perlahan, hal itu tidak akan menyelamatkannya namun setidaknya ia harus lebih berhati-hati agar ia tidak kenapa-napa lebih cepat. Laki-laki misterius itu pun maju seiring mundurnya Eleena, posisinya terjebak untuk saat ini.Sampai pada
Berjajar dengan rapi motor-motor yang terparkir di hadapan seorang laki-laki berkulit putih dengan alis tebalnya, ia mencopot helm yang masih terpasang di kepalanya lalu melihat ke sekitar. Setelah menyelidik dan memastikan tidak ada orang yang ia kenal, ia segera merogoh ponselnya lalu menghubungi seseorang.Setelah beberapa saat menunggu, tidak ada jawaban dari panggilannya. Ada seseorang yang menepuk bahunya membuat ia sedikit terperanjat lalu segera berbalik melihat siapa yang menepuknya. "Lo Rafa 'kan?" tanya laki-laki itu saat berbalik melihat Rafa yang menepuk bahunya tadi, Rafa tersenyum ke arahnya."Lo Rizki 'kan? Nyari Rasen?" tanya Rafa memastikan, Rizki mengangguk membenarkan tebakannya. "Si Rasen lagi gak ada kabar, tadi sih gue liat dia ada cuma ngilang gak tau kemana, gak bilang." Penjelasan Rafa membuat Rizki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung harus ke mana kalau Rasen tidak bisa ditemukan."Eh, Raf. Lo tau Eleena tadi di baw
Bisikan-bisikan dari orang-orang yang melirik ke arah Eleena dengan tatapan aneh mereka membuat Eleena sepertinya sudah biasa dengan hal itu. Eleena sudah bisa memahami situasi yang ia alami saat ini.Perkataan-perkataan menyakitkan selalu Eleena dengar ketika melewati mahasiswa atau mahasiswi yang sedang berkumpul membahas sesuatu. Eleena sudah tidak ambil pusing lagi karena yang ia pikirkan saat ini adalah Rasen yang semakin lama semakin berbeda.Rasen benar-benar tidak memperdulikan Eleena seperti biasanya bahkan, Eleena seakan tidak pernah terlihat oleh Rasen. Entah apa yang harus Eleena lakukan lagi, Eleena sangat bingung dan merasa kehilangan sosok orang yang selalu ada untuknya selain Rafa.Anehnya, masalah Rasen yang berubah ini bisa merambat pada para mahasiswa yang ada di kampusnya, yang tadinya menyukainya kini dengan terang-terangan mencemoohnya karena mendengar rumor yang belum tentu benar atau salah.Eleena sendiri tidak tau siapa oran
Rafa melihat seorang gadis yang sepertinya ia kenal sedang berjalan ke arah belakang gedung dengan wajah menunduk. Rafa mengangkat alisnya penasaran, mau apa dia ke belakang gedung yang sepi? pikirnya. Rafa mengikutinya dari belakang, ia berniat menyapanya namun Rafa urungkan.Setelah beberapa langkah Rafa membuntutinya, seseorang menepuk bahu Rafa dengan pelan membuat Rafa terperanjat kaget. Saat Rafa menoleh, rasa kaget Rafa bertambah dicampur dengan rasa bingungnya."Lo mau kemana, Raf?" tanya Eleena memandangnya dengan tanpa ekspresi. "Loh? Len? Kok lo di sini? Bukannya tadi lo jalan di depan gue?" tanya Rafa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Eleena mengerutkan kedua alisnya, "Lo halu, Raf? Ada-ada aja deh."Jawaban Eleena cukup membuat Rafa membrigidik ngeri. "Lo gak bercanda 'kan? Jelas-jelas gue liat lo jalan sambil nunduk ke arah belakang gedung, makanya gue ikutin takut lo kenapa-napa," papar Rafa dengan yakin bahwa jelas saja tadi ia meliha
Masih dengan tubuh yang lemas, Rafa bersandar pada kursi mobil Rizki yang membawanya menuju rumah. Eleena dan Rafa duduk di belakang sementara Rizki yang mengemudi di depan. Sesekali Eleena menatap Rafa dengan khawatir dan tidak tega."Raf?" panggil Eleena pelan. "Hem." Rafa hanya berdehem untuk menjawab panggilan Eleena di sebelahnya. "Raf, lo kenapa? Masih belum bisa cerita lo kenapa?" tanya Eleena menatap Rafa yang masih dengan matanya yang terpejam."Gue liat hantu, Len." Jawaban Rafa membuat Eleena terdiam bingung, Rizki tidak berniat masuk dalam obrolan namun sesekali ia melihat ke belakang lewat kaca spion. Belum sempat Eleena membalas ucapan Rafa, Rafa sudah berbicara mendahuluinya."Gue liat lo jalan sendirian ke arah belakang gedung kampus, gue ikutin." Rafa menelan ludahnya sebelum melanjutkan ceritanya, "Gue ikutin sampe gue liat lo belok, tiba-tiba ada yang nepuk bahu gue. Pas gue nengok, ternyata itu lo." Penjelasan Rafa membuat Eleena mengerutkan
Sepasang kekasih berjalan santai menuju area taman kampus. Kabar berita tentang berjalannya hubungan mereka awalnya sangat menggemparkan. Namun sudah dua bulan hubungan mereka berjalan, membuat anak lain merasa terbiasa dan bahkan merasa aneh bila mereka tidak bersama. Sebelumnya, banyak sekali momen yang sudah mereka lalui bersama. Kesedihan sang gadis kini terbayar dengan adanya sang kekasih di sampingnya. Rasa sedih dan kecewa kini sudah berganti dengan kebahagiaan yang lebih nyata. Aktivitas belajar mereka pun terlihat lancar. Hubungan mereka dengan teman satu angkatannya pun kini lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih banyak hal yang mengganjal. Hilangnya dua teman satu angkatan mereka pun menjadi tanda tanya besar. Tapi satu hal yang sangat menggemparkan mereka sebelumnya adalah kematian kakak tingkat mereka. Arrabelle, gadis itu ditemukan sudah tak bernyawa di sebuah gang kecil sebelah kampusnya. "Gue gak nyangka Kak Arra meninggal de
Terbesit wajah laki-laki yang tidak begitu Rasen kenali. Rasen mencoba mendalami, mencari tau berharap bisa mendapatkan nama dari pemilik wajah yang ia lihat. Namun gelap, ia tidak mendapatkan petunjuk.Tasha terlihat enggan atau lebih tepatnya sulit untuk mengungkap siapa pelakunya. Rasen hanya bisa pasrah dan tidak memaksanya. Ia berpikir akan mencari tau nanti."Kamu mau tau gimana kematian Varsha?" tanya Tasha pada Rasen lewat batinnya. Rasen mengangguk menandakan ia mau. "Tapi sebelum itu, boleh aku masuk ke tubuh kamu? Aku ingin ngobrol sebentar sama Leena," pinta Tasha dengan mata yang berbinar. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan Eleena karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.Rasen tersenyum, mengangguk lalu berkata dalam batinnya, "Sebelumnya, makasih ya. Saya tau kamu yang masuk ke tubuh salah satu orang yang jahatin Eleena tadi. Berkat kamu, saya sama Eleena jadi bisa lari dari keadaan itu." Tasha tersenyum, "Semua dengan ijin Tuh
Sebuah sore yang dingin dengan awan yang mendung, seorang gadis berjalan dengan santai. Gaun ungu pastelnya terlihat sangat cantik dan cocok di tubuhnya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga ia merasa bersemangat untuk menemui seseorang.Sebuah sekolah perguruan tinggi menjadi tujuannya saat ini. Perguruan tinggi itu ada di daerah atas, daerah yang sekitarnya masih asri dan banyak pepohonan tinggi. Daerahnya di kelilingi komplek perumahan elit namun jarang terlihat ada orang di rumah-rumah besar itu.Tidak ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan kampus tersebut membuat gadis itu harus berjalan sedikit. Seseorang yang spesial membuat janji untuk bertemu dengannya di sana walaupun ia belum resmi menjadi mahasiswi di sana. Sebuah lengan menahannya membuat langkahnya berhenti. Raut wajahnya yang cerah kini seketika luntur."Lo pulang aja ya, biar gue yang temuin," pinta gadis dihadapannya. Sebuah permintaan yang lebih menjurus ke sebuah perintah. "Aku aj
Kesurupan. Lisa kesurupan, ia berteriak histeris. Matanya terbelalak melotot, tangannya mengarah ke depan ke arah Arra. Seperti ingin mencekik, kedua tangannya masih terus mengarah pada Arra.Arra panik hanya bisa mengumpat pada Lisa untuk berhenti menakut-nakutinya. "Anjing lo, Sa! Jangan banyak tingkah!" Entah Arra tidak tau situasinya atau ia benar-benar sudah ketakutan hingga berani mengumpat pada Lisa yang masih berteriak sambil mendekat pada Arra.Arra hanya bisa terus mundur menghindar, teman-temannya yang lain pun tidak berani mendekat pada Lisa. Mereka sadar itu bukan Lisa, melainkan sesosok hantu yang memasuki Lisa."Pergi! Jangan ganggu!" teriak Lisa saat ia sudah berada tepat di depan Arra. "Lisa! Sadar! Lo yang ganggu, Anjing!" seru Arra kesal sambil menggoyang-goyangkan pundak Lisa berharap kesadarannya kembali.Lisa menatapnya tajam, bahunya mengeras menjadi bertenaga sehingga membuat Arra berhenti, lebih tepatnya tidak kuat men
Eleena berjalan santai di dalam perpustakaan kampusnya. Ada banyak buku yang harus ia cari untuk bahan tugasnya hari ini. Rafa belum terlihat, sepertinya ia belum datang.Eleena menghentikan langkahnya ketika ada seseorang di hadapannya. Tatapan mereka saling beradu. Tapi Eleena memutuskan kontak mata mereka karena merasa tidak enak.Terasa canggung dan membingungkan. Bagaimana Eleena bisa keluar dari situasi itu? Pikirnya. Rasen melangkah sedikit lebih dekat lalu berkata, "Hati-hati, jangan sendirian."Setelah mengatakan hal itu, Rasen segera pergi. Eleena diam mematung, dadanya terasa sesak. Suara Rasen yang sangat Eleena rindukan kini terdengar lagi berbicara padanya walaupun hanya beberapa kata.Tapi apa maksudnya? Pikir Eleena. Eleena segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Tapi ia seketika teringat, ponselnya mati, tidak bisa menyala sejak kemarin malam. Eleena juga lupa untuk pergi memperbaikinya tadi sebelum datang ke kampus
Malam ini Eleena sedang asyik menonton televisi di hadapannya. Menonton acara sinetron dengan serius yang Eleena rasa kurang bermutu tapi tetap saja ia menontonnya. Eleena hanya sendirian malam ini, mamanya pergi berlibur bersama ibu-ibu kompleknya dan diperkirakan pulang besok siang.Sebuah nada dering terdengar nyaring di telinganya. Eleena segera melihat layar ponselnya, sebuah nomor yang tidak ia kenal terpampang jelas. Dahi Eleena mengkerut heran, siapa? Pikirnya. Eleena segera mengangkat panggilan tersebut karena penasaran.Sebuah suara seseorang terdengar di sebrang sambungan itu. Eleena segera beranjak melihat ke arah luar lewat jendela. Seseorang dengan celana dan jaket bertudung hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Eleena segera mematikan sambungan telepon tersebut dan beranjak mengambil jaketnya lalu segera keluar rumahnya untuk menghampiri orang tersebut."Kak Hardi?" sapa Eleena setelah ia sampai di hadapannya. Orang itu berbalik dan tersenyum ke arahnya, "Hai, Len." Be
Rasen selalu bermimpi buruk. Tidurnya selalu terasa tidak tenang. Entah apa yang salah, pikirnya. Jam dinding di kamarnya terdengar berdenting dengan jelas. Sepi rumahnya membuat jam itu terdengar. Wajar saja, kini sudah tengah malam. Hanya kesadaran Rasen saja yang masih terjaga malam itu.Rasen berbaring menatap langit-langit kamarnya. Beberapa hal terputar-putar dalam pikirannya. Beberapa mimpi yang ia alami selalu membuat Rasen merasa bersalah. Entah dalam hal apa, Rasen masih belum paham dan mengerti.Di balik itu, ada rasa rindu pada Eleena, gadis yang ia hindari tanpa alasan selama ini. Rasanya ia ingin bertemu dan menjalani hari-hari seperti dulu bersamanya. Namun, sosok yang katanya sahabatnya itu selalu berhasil menghasut Rasen. Rasen sendiri belum tau kebenarannya. Tapi sayangnya ia melangkah terlalu jauh untuk menghindari Eleena. Ia mulai berpikir apa mungkin ia salah. Seharusnya Rasen bisa berpikir jernih dan mencari tau dulu kebenarannya, entah kebenaran sosok hantu pe
Eleena mencoba memanggil gadis yang membelakanginya. Namun gadis itu tidak mau menoleh sama sekali. Eleena melihat pakaian gadis itu, terasa sangat familiar. Eleena mendengar gadis itu berkata, "Foto di dalam buku." Dahi Eleena mengkerut, ia bingung dengan maksud gadis itu. "Maksudnya?" tanya Eleena, gadis itu berbalik membuat mata Eleena melotot tidak percaya. "Cha ...," gumam Eleena bergetar saat melihat sahabatnya itu tersenyum lembut ke arahnya. "Foto seseorang di dalam buku tebal," ujar sahabatnya itu pelan. "Kenapa? Siapa? Maksudnya?" tanya Eleena tidak mengerti maksud dari perkataan sahabatnya itu. Cha sahabatnya itu tersenyum sangat manis, "Cari tau, nanti kamu bisa temuin jawabannya." Eleena yang ingin menghampiri sahabatnya itu pun terasa di tahan oleh sesuatu, sebuah tangan penuh luka sayat terlihat memeluk Eleena dari belakang. Langit yang tadinya terang dan cerah, kini berubah menjadi langit yang merah dan gelap. Eleena berusaha meminta tolong pada sahabatnya, namun
Setelah kejadian perundungan kemarin, Eleena benar-benar merasa trauma dan tidak mau pergi ke kampus untuk beberapa hari ke depan. Sangat tidak masuk akal bukan seseorang menjadi korban perundungan hanya karena rumor yang belum tentu kebenarannya?Mental dan fisik Eleena benar-benar diguncang hanya karena sebuah rumor yang kebenarannya pun masih harus dipertanyakan seharusnya. Ditambah laki-laki yang menurutnya sangat spesial tiba-tiba berubah sedikit demi sedikit yang Eleena sendiri tidak tau apa penyebabnya.Eleena berbaring di kasurnya sambil menatap sebuah foto yang ada di genggamannya. Air mata sudah mengalir di pipinya sedari tadi. "Apa gue nyusul lo aja ya, Cha?" gumam Eleena sangat pelan.Sebuah pergerakan terasa di kasurnya membuat Eleena melihat ke arah pergerakan tersebut. Kucingnya yang gendut, si Gembul, naik ke kasurnya lalu bersiap untuk tidur di sebelah kaki Eleena. Tidak mau mengganggu kucingnya itu, Eleena hanya menatapnya sambil te