Suara motor yang melaju melewati rumah Eleena terdengar seperti menghantam sesuatu di depannya sehingga suara rem begitu nyaring terdengar membuat perdebatan Eleena dan Rafa seketika berhenti.
"Apaan tuh?" tanya Rafa terkejut. "Gak tau," ujar Eleena disertai gelengan kepala. "Buruan liat ke depan," suruh Eleena yang langsung dituruti Rafa.
Suara motor terdengar menjauh saat Rafa membuka pagar rumah Eleena. Saat Rafa sudah keluar, ia terdiam ketika melihat seekor kucing putih terbaring di tengah jalan dengan darah yang menggenang keluar dari mulut, hidung dan kepalanya.
Eleena dan Rasen yang menyusul seketika melebarkan matanya, terutama Eleena. Eleena melihat kucing putihnya yang belum sempat ia beri nama itu sudah tergeletak dengan mengenaskan di tengah jalan membuatnya lemas.
Dengan histeris Eleena menghampiri kucingnya, tangan Eleena yang bergetar mencoba mengusap pelan badan kucingnya yang sepertinya sudah tidak bernyawa. Air mata mengalir di pipinya,
"Lo kenapa sih, Len? Celingak-celinguk mulu kaya orang bingung?" tanya Rafa melahap sesendok mie ayamnya. Eleena yang mendengar namanya disebut pun menoleh pada Rafa, terlihat Rasen juga memperhatikannya penasaran."Kenapa?" Kini Rasen mengeluarkan suaranya dengan lembut membuat Eleena menatapnya lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Gue tadi kaya liat seseorang yang familiar banget, tapi pas gue liat lagi udah gak ada," jelas Eleena lalu meminum susu kocok miliknya. "Siapa?" tanya Rasen."Gak tau, gue lupa. Tapi gue kaya kenal banget gitu rasanya, gue jadi penasaran." Rasen mengerutkan dahinya entah kenapa. "So kenal aja kali, lo," canda Rafa tidak terlalu menghiraukan perkataan Eleena.Mie bakso pedas yang ada dihadapan Eleena kini sudah mulai menurunkan suhunya, hal itu terlihat dari asap yang sudah mulai hilang perlahan. "Makan dulu baksonya, Na," tegur Rasen saat lagi-lagi melihat Eleena melamun menatap kosong ke arah depan. "Iya, Sen. Ini mau kok,"
Rasen menghampiri Eleena dan Rafa yang sedang asyik dengan ponsel mereka masing-masing. Rasen duduk tanpa mengeluarkan satu kata pun membuat Eleena mengalihkan perhatiannya pada Rasen karena merasa ada sedikit pergerakan di sekitarnya."Hai, Sen! Lo tau gak? Tadi di kantin, gelas bekas es teh bekas lo minum tiba-tiba jatuh terus pecah sendiri. Aneh banget tau ga!?" seru Eleena segera menceritakan kejadian yang baru saja ia dan Rafa alami di kantin. Kening Rasen berkerut menandakan ia tidak mengerti."Iya, gak kesenggol, gak ada apa-apa, tiba-tiba itu gelas jatoh padahal disimpennya gak di ujung meja. Aneh, ajaib," ujar Rafa tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang ia genggam."Kok bisa?" tanya Rasen tidak mengerti."Pertanyaan lo juga sama kaya pertanyaan kita, kok bisa-bisanya coba kaya gitu?" balas Eleena memainkan gantungan boneka yang ada di tasnya. Rasen mengalihkan perhatiannya pada gantungan boneka rajutan berbentuk seorang gadis
Laras dan Bintang sedang berada di sebuah cafe dengan laptop dan beberapa buku di hadapan mereka. Laras melihat-lihat sosial media yang menampilkan sebuah story dari akun Onsgram milik Eleena, Laras memperhatikan satu video yang berisi Rafa sedang bercerita lucu dan Eleena serta Rasen hanya tertawa melihatnya. Perasaan Laras menjadi kesal, ia menyimpan ponselnya dengan keras membuat Bintang yang sedang sibuk dengan laptopnya seketika terkejut."Kenapa sih, Ras?" tanya Bintang menatapnya malas."Susah banget deket sama Eleena, so cantik banget itu anak," keluh Laras menyeruput minumannya."Gue juga gak paham, gagal mulu rencana kita buat deket sama dia.""Padahal gue juga cantik, kaya, tapi kenapa ya?" gumam Laras pelan namun Bintang masih bisa mendengarnya."Si Rasen kaya dinding gak sih? Apa-apa Eleena larinya ke Rasen, caper banget gak sih si Eleena?" ujar Bintang mengkompori."Iya 'kan? Sekarang yang dibahas sama anak-an
Rasen dan Eleena berlari kencang di tengah gelapnya hutan yang rimbun, mereka lari di tempat dan jalanan yang sama namun mereka tidak bertemu satu sama lain. Mereka seperti berada di waktu yang berbeda dengan latar tempat yang sama. Sosok di belakang mereka sama-sama mengejar Rasen dan Eleena tanpa mereka ketahui alasannya kenapa.Eleena dan Rasen hanya bisa berlari terus menerus menghindari sosok yang mengejar mereka. Sosok gadis tinggi besar dengan gaun kuning lusuh selututnya serta wajah yang sangat menyeramkan mengejar Rasen yang berada di depannya. Sementara sesosok gadis dengan gaun ungu muda berlari mengejar Eleena yang terus menghindarinya karena takut.Rasen berlari sampai suatu ketika ia berhenti karena terjatuh, ia tersandung batang pohon yang tergeletak di depannya. Rasen merangkak sekuat tenaga agar bisa lari lagi dari sosok yang mengejarnya itu, namun usahanya tidak begitu membuahkan hasil karena saat Rasen berbalik wajah gadis itu sudah ada di hada
Rafa berbaring sambil memandang foto Eleena dan Rasen saat mereka sedang berlibur bersama waktu itu, ada sosok yang menyempil ikut terfoto dan sosok itu cukup membuat Rafa selalu merinding ketika melihatnya. Rafa penasaran dengan sosok gadis bergaun kuning lusuh itu, terlihat kakinya tidak napak ke tanah memperkuat kalau sosok itu bukanlah manusia sepertinya.Rafa ingin mencari tau tentang sosok itu tapi Rafa sendiri tidak tau dari mana ia harus memulai. Tunggu dulu, Rafa ingat sesuatu. Sepertinya ia pernah melihat gadis dengan gaun seperti itu, tapi di mana? Ada satu memori yang ia ingat tapi tidak sepenuhnya, sepertinya Rafa butuh waktu untuk mengingatnya lagi lebih jelas.***Eleena menghampiri Rasen yang sedang asyik bermain game mobile yang biasa ia mainkan di ponselnya. Rasen sendiri saat itu, terduduk dengan kepala menunduk dan seluruh perhatiannya ia berikan pada ponselnya. Rafa tidak ada bersama Rasen seperti biasa, Eleena ragu untuk mengganggu Ra
Rasen membasuh wajahnya, rasa sesak ia rasakan di dadanya ketika melihat Eleena dengan mata sembabnya tadi. Apa Eleena menangis? Apa karena ia Eleena menangis? pikir Rasen.Rasen menatap pantulan wajahnya di cermin, toilet yang ia masuki sedang sepi dan selalu sepi. Rasa dingin yang terasa dari arah tangan menjalar ke lehernya begitu terasa berbeda. Bulu kuduknya merinding tanpa ia sadari. Sosok gadis bergaun kuning selalu menempel pada Rasen dan anehnya Rasen tidak merasakannya seakan-akan sosok itu sudah menyatu dengannya.Perasaan Rasen akan mulai terpengaruhi oleh sosok jahat hantu gadis bergaun kuning tersebut. Mata Rasen tertutup, menggelap. Rasen akan menjadi sosok yang berbeda bila sosok hantu itu dibiarkan menempel pada Rasen. Tapi sayangnya tidak ada yang tau dan paham, hanya ayah dan kakeknya saja yang bisa membantu Rasen lepas dari sosok hantu bergaun kuning itu.Rasen tiba-tiba merasa kesal saat tiba-tiba terbayang wajah Eleena, rasanya
Perawakan laki-laki dengan tinggi yang tentu saja di atas Eleena dan badan yang tegap membawa sebilah pisau di tangannya cukup membuat Eleena ketakutan. Eleena segera berlari dengan sangat kencang sampai ia terjatuh karena tidak sengaja menginjak tumpukan sampah hingga membuatnya hilang keseimbangan.BRRUUUKKKKKeringat membasahi pelipis di wajah Eleena, ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang sangat terkejut ketika ia terjatuh di mimpinya itu terasa sangat nyata. Napasnya terengah-engah seakan ia baru saja berlari kencang walaupun sebenarnya ia memang baru saja berlari dalam mimpinya.Eleena memegang kepalanya yang terasa pusing, mimpi apa yang ia alami tadi? pikirnya. Eleena melihat jam yang ada di atas nakas sebelah ranjang kasurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pas, sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang, memang seharusnya ia bangun dari tidurnya itu.Kamarnya gelap, saat pulang tadi memang Eleena tidak menyalakan
Ayunan yang Arsha duduki terdorong maju mundur sesuai keinginan hati Arsha. Dengan sabar Arsha menunggu anak laki-laki yang tadi pagi mebuat janji bertemu di taman biasa bersamanya. Sudah sepuluh menit Arsha menunggu tapi anak laki-laki itu belum juga nampak.Sampai akhirnya angin yang dingin berembus dengan pelan membuat Arsha merasa merinding. Anak laki-laki itu datang dengan senyumnya yang masih terpajang indah di wajah pucatnya."Hai Arsha, sudah lama menunggu?" sapa anak laki-laki itu duduk di sebelah ayunan yang Arsha duduki. Arsha mengalihkan pandangannya pada anak laki-laki itu, senyumnya cukup membuat hati Arsha terasa berbunga-bunga."Tidak begitu lama, sekitar sepuluh menit. Tapi tidka apa-apa," jawab Arsha tersipu saat anak laki-laki itu menatapnya yang sedang berbicara."Tadi aku memperhatikan kamu saat kamu datang ke sekolah, kamu diantar oleh kakakmu bukan?" Senyum dari wajah pucat anak laki-laki itu tak pernah hilang memb
Sepasang kekasih berjalan santai menuju area taman kampus. Kabar berita tentang berjalannya hubungan mereka awalnya sangat menggemparkan. Namun sudah dua bulan hubungan mereka berjalan, membuat anak lain merasa terbiasa dan bahkan merasa aneh bila mereka tidak bersama. Sebelumnya, banyak sekali momen yang sudah mereka lalui bersama. Kesedihan sang gadis kini terbayar dengan adanya sang kekasih di sampingnya. Rasa sedih dan kecewa kini sudah berganti dengan kebahagiaan yang lebih nyata. Aktivitas belajar mereka pun terlihat lancar. Hubungan mereka dengan teman satu angkatannya pun kini lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih banyak hal yang mengganjal. Hilangnya dua teman satu angkatan mereka pun menjadi tanda tanya besar. Tapi satu hal yang sangat menggemparkan mereka sebelumnya adalah kematian kakak tingkat mereka. Arrabelle, gadis itu ditemukan sudah tak bernyawa di sebuah gang kecil sebelah kampusnya. "Gue gak nyangka Kak Arra meninggal de
Terbesit wajah laki-laki yang tidak begitu Rasen kenali. Rasen mencoba mendalami, mencari tau berharap bisa mendapatkan nama dari pemilik wajah yang ia lihat. Namun gelap, ia tidak mendapatkan petunjuk.Tasha terlihat enggan atau lebih tepatnya sulit untuk mengungkap siapa pelakunya. Rasen hanya bisa pasrah dan tidak memaksanya. Ia berpikir akan mencari tau nanti."Kamu mau tau gimana kematian Varsha?" tanya Tasha pada Rasen lewat batinnya. Rasen mengangguk menandakan ia mau. "Tapi sebelum itu, boleh aku masuk ke tubuh kamu? Aku ingin ngobrol sebentar sama Leena," pinta Tasha dengan mata yang berbinar. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan Eleena karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.Rasen tersenyum, mengangguk lalu berkata dalam batinnya, "Sebelumnya, makasih ya. Saya tau kamu yang masuk ke tubuh salah satu orang yang jahatin Eleena tadi. Berkat kamu, saya sama Eleena jadi bisa lari dari keadaan itu." Tasha tersenyum, "Semua dengan ijin Tuh
Sebuah sore yang dingin dengan awan yang mendung, seorang gadis berjalan dengan santai. Gaun ungu pastelnya terlihat sangat cantik dan cocok di tubuhnya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga ia merasa bersemangat untuk menemui seseorang.Sebuah sekolah perguruan tinggi menjadi tujuannya saat ini. Perguruan tinggi itu ada di daerah atas, daerah yang sekitarnya masih asri dan banyak pepohonan tinggi. Daerahnya di kelilingi komplek perumahan elit namun jarang terlihat ada orang di rumah-rumah besar itu.Tidak ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan kampus tersebut membuat gadis itu harus berjalan sedikit. Seseorang yang spesial membuat janji untuk bertemu dengannya di sana walaupun ia belum resmi menjadi mahasiswi di sana. Sebuah lengan menahannya membuat langkahnya berhenti. Raut wajahnya yang cerah kini seketika luntur."Lo pulang aja ya, biar gue yang temuin," pinta gadis dihadapannya. Sebuah permintaan yang lebih menjurus ke sebuah perintah. "Aku aj
Kesurupan. Lisa kesurupan, ia berteriak histeris. Matanya terbelalak melotot, tangannya mengarah ke depan ke arah Arra. Seperti ingin mencekik, kedua tangannya masih terus mengarah pada Arra.Arra panik hanya bisa mengumpat pada Lisa untuk berhenti menakut-nakutinya. "Anjing lo, Sa! Jangan banyak tingkah!" Entah Arra tidak tau situasinya atau ia benar-benar sudah ketakutan hingga berani mengumpat pada Lisa yang masih berteriak sambil mendekat pada Arra.Arra hanya bisa terus mundur menghindar, teman-temannya yang lain pun tidak berani mendekat pada Lisa. Mereka sadar itu bukan Lisa, melainkan sesosok hantu yang memasuki Lisa."Pergi! Jangan ganggu!" teriak Lisa saat ia sudah berada tepat di depan Arra. "Lisa! Sadar! Lo yang ganggu, Anjing!" seru Arra kesal sambil menggoyang-goyangkan pundak Lisa berharap kesadarannya kembali.Lisa menatapnya tajam, bahunya mengeras menjadi bertenaga sehingga membuat Arra berhenti, lebih tepatnya tidak kuat men
Eleena berjalan santai di dalam perpustakaan kampusnya. Ada banyak buku yang harus ia cari untuk bahan tugasnya hari ini. Rafa belum terlihat, sepertinya ia belum datang.Eleena menghentikan langkahnya ketika ada seseorang di hadapannya. Tatapan mereka saling beradu. Tapi Eleena memutuskan kontak mata mereka karena merasa tidak enak.Terasa canggung dan membingungkan. Bagaimana Eleena bisa keluar dari situasi itu? Pikirnya. Rasen melangkah sedikit lebih dekat lalu berkata, "Hati-hati, jangan sendirian."Setelah mengatakan hal itu, Rasen segera pergi. Eleena diam mematung, dadanya terasa sesak. Suara Rasen yang sangat Eleena rindukan kini terdengar lagi berbicara padanya walaupun hanya beberapa kata.Tapi apa maksudnya? Pikir Eleena. Eleena segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Tapi ia seketika teringat, ponselnya mati, tidak bisa menyala sejak kemarin malam. Eleena juga lupa untuk pergi memperbaikinya tadi sebelum datang ke kampus
Malam ini Eleena sedang asyik menonton televisi di hadapannya. Menonton acara sinetron dengan serius yang Eleena rasa kurang bermutu tapi tetap saja ia menontonnya. Eleena hanya sendirian malam ini, mamanya pergi berlibur bersama ibu-ibu kompleknya dan diperkirakan pulang besok siang.Sebuah nada dering terdengar nyaring di telinganya. Eleena segera melihat layar ponselnya, sebuah nomor yang tidak ia kenal terpampang jelas. Dahi Eleena mengkerut heran, siapa? Pikirnya. Eleena segera mengangkat panggilan tersebut karena penasaran.Sebuah suara seseorang terdengar di sebrang sambungan itu. Eleena segera beranjak melihat ke arah luar lewat jendela. Seseorang dengan celana dan jaket bertudung hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Eleena segera mematikan sambungan telepon tersebut dan beranjak mengambil jaketnya lalu segera keluar rumahnya untuk menghampiri orang tersebut."Kak Hardi?" sapa Eleena setelah ia sampai di hadapannya. Orang itu berbalik dan tersenyum ke arahnya, "Hai, Len." Be
Rasen selalu bermimpi buruk. Tidurnya selalu terasa tidak tenang. Entah apa yang salah, pikirnya. Jam dinding di kamarnya terdengar berdenting dengan jelas. Sepi rumahnya membuat jam itu terdengar. Wajar saja, kini sudah tengah malam. Hanya kesadaran Rasen saja yang masih terjaga malam itu.Rasen berbaring menatap langit-langit kamarnya. Beberapa hal terputar-putar dalam pikirannya. Beberapa mimpi yang ia alami selalu membuat Rasen merasa bersalah. Entah dalam hal apa, Rasen masih belum paham dan mengerti.Di balik itu, ada rasa rindu pada Eleena, gadis yang ia hindari tanpa alasan selama ini. Rasanya ia ingin bertemu dan menjalani hari-hari seperti dulu bersamanya. Namun, sosok yang katanya sahabatnya itu selalu berhasil menghasut Rasen. Rasen sendiri belum tau kebenarannya. Tapi sayangnya ia melangkah terlalu jauh untuk menghindari Eleena. Ia mulai berpikir apa mungkin ia salah. Seharusnya Rasen bisa berpikir jernih dan mencari tau dulu kebenarannya, entah kebenaran sosok hantu pe
Eleena mencoba memanggil gadis yang membelakanginya. Namun gadis itu tidak mau menoleh sama sekali. Eleena melihat pakaian gadis itu, terasa sangat familiar. Eleena mendengar gadis itu berkata, "Foto di dalam buku." Dahi Eleena mengkerut, ia bingung dengan maksud gadis itu. "Maksudnya?" tanya Eleena, gadis itu berbalik membuat mata Eleena melotot tidak percaya. "Cha ...," gumam Eleena bergetar saat melihat sahabatnya itu tersenyum lembut ke arahnya. "Foto seseorang di dalam buku tebal," ujar sahabatnya itu pelan. "Kenapa? Siapa? Maksudnya?" tanya Eleena tidak mengerti maksud dari perkataan sahabatnya itu. Cha sahabatnya itu tersenyum sangat manis, "Cari tau, nanti kamu bisa temuin jawabannya." Eleena yang ingin menghampiri sahabatnya itu pun terasa di tahan oleh sesuatu, sebuah tangan penuh luka sayat terlihat memeluk Eleena dari belakang. Langit yang tadinya terang dan cerah, kini berubah menjadi langit yang merah dan gelap. Eleena berusaha meminta tolong pada sahabatnya, namun
Setelah kejadian perundungan kemarin, Eleena benar-benar merasa trauma dan tidak mau pergi ke kampus untuk beberapa hari ke depan. Sangat tidak masuk akal bukan seseorang menjadi korban perundungan hanya karena rumor yang belum tentu kebenarannya?Mental dan fisik Eleena benar-benar diguncang hanya karena sebuah rumor yang kebenarannya pun masih harus dipertanyakan seharusnya. Ditambah laki-laki yang menurutnya sangat spesial tiba-tiba berubah sedikit demi sedikit yang Eleena sendiri tidak tau apa penyebabnya.Eleena berbaring di kasurnya sambil menatap sebuah foto yang ada di genggamannya. Air mata sudah mengalir di pipinya sedari tadi. "Apa gue nyusul lo aja ya, Cha?" gumam Eleena sangat pelan.Sebuah pergerakan terasa di kasurnya membuat Eleena melihat ke arah pergerakan tersebut. Kucingnya yang gendut, si Gembul, naik ke kasurnya lalu bersiap untuk tidur di sebelah kaki Eleena. Tidak mau mengganggu kucingnya itu, Eleena hanya menatapnya sambil te