Rasen sedang berada di mall besar di kotanya, tepatnya di toko alat musik dan sedang bersama Rizki. Mereka sedang mencari gitar baru untuk Rizki beli. Anggara Rizki Purnama, sahabat Rasen dari SMA sampai sekarang.
Sayangnya tempat kuliah mereka harus terpisah sekarang. Rasen kekeuh ingin masuk ke kampus yang ia janjikan dengan sahabat masa kecilnya dulu, Universitas Dwirasa. Padahal Rasen mampu masuk universitas negeri yang lebih baik. Rizki sedikit menyayangkan keputusan Rasen, tapi apa boleh buat? Rasen sudah memutuskannya sedari dulu.
Rasen dan Rizki memang memiliki hobi yang sama yaitu bermain alat musik dan bernyanyi. Saat mereka SMA, duo mereka dikenal dengan Double R. Posisi Rasen dan Rizki sama-sama memainkan gitar dan menjadi vokalis. Keduanya sering muncul di acara pentas musik di sekolahnya dulu dan selalu mengikuti lomba-lomba di dalam maupun di luar sekolah. Tak heran mereka berdua agak terkenal karena duet mereka yang sangat bagus dan wajah mereka yang tampan.
"Sen, kita jadi ikut lomba di kampus gue?" tanya Rizki sambil mencoba memetik senar salah satu gitar yang sedikit menarik perhatiannya.
"Boleh tuh, saya tertarik. Hadiahnya juga lumayan." Rasen membalas tanpa menatap Rizki karena sedang melihat-lihat ukulele, ia juga merasa sedikit tertarik.
Gaya bicara Rasen yang kaku karena selalu menggunakan panggilan saya dan kamu ini sudah biasa di dengar Rizki. Rizki selalu menyuruhnya untuk tidak seperti itu, tapi Rasen bilang sudah terbiasa dan lebih sopan terdengar katanya. Aneh memang. Tapi Rizki sudah tidak memperdulikannya karena sudah terbiasa, malah untuk saat ini akan terdengar aneh bila Rasen tidak seperti itu.
"Lumayan 'kan, jadi nambah terkenal kita," balas Rizki dengan senyum sumringahnya yang bisa membuat perempuan-perempuan yang melihatnya tergila-gila. Untung saja di toko itu hanya ada pegawai laki-laki yang berjaga.
Sedang mengobrol ringan, Rasen sedikit menyadari seperti ada seseorang mengintip mereka dari balik kaca dekat pintu keluar, wajar saja semua toko disini hanya ditutup oleh kaca karena ini pusat pertokoan yang sedikitnya harus menarik minat pembeli dari orang-orang yang lewat.
Tapi Rasen tidak mau menghiraukannya, karena takut makhluk itu bukan manusia dan akan mengikuti Rasen sampai rumah. Rasen mencoba berpikir positif, mungkin itu salah satu gadis yang tertarik dengan Rizki dan hanya bisa melihatnya dari luar toko, pikirnya.
Wajar saja Rasen bisa berpikir seperti itu, karena tidak sekali dua kali ada kejadian para gadis-gadis memerhatikan mereka setiap mereka berada di tempat umum. Bahkan sampai para gadis mengikuti kemana mereka pergi.
Rasen kembali fokus mencoba beberapa ukulele, sepertinya ia juga ingin membeli salah satu dari ukulele tersebut.
***
"Saya mau beli boba dulu buat Arsha, kamu duluan aja kalau mau pulang, Ki," ujar Rasen menghentikan langkahnya dipersimpangan jalan menuju parkiran.
"Wah, Arsha apa kabar, Sen? Udah lama gue gak liat dia, makin cantik pasti," ujar Rizki dengan senyuman cerahnya. Rizki memang sedikit tertarik dengan adiknya Rasen. Tapi dia tidak berani dekat-dekat karena perbedaan umur mereka, juga karena Rasen yang selalu galak jika ia membahas soal Arsha, seperti sekarang ini contohnya.
"Baik kok, pastinya makin cantik. Makanya saya sembunyiin dari kamu biar dia ga tergoda sama pedofil," balas Rasen mendelik.
"Haha, santailah, tau diri gue, Sen. Lagian mana berani gue sama kakaknya yang galak." Rasen memelototi Rizki dan Rizki hanya tersenyum mengacungkan dua jari telunjuk dan tengahnya bertanda piece.
"Ampun, Sen. Ya udah deh gue balik duluan ya. Lu hati-hati, katanya parkiran bawah angker haha. Lu parkir di bawah 'kan?" tanya Rizki.
"Iya tadi di depan penuh, jadi disuruh ke bawah sama tukang parkirnya."
"Hati-hati, nanti lu ada yang ngikutin haha, gue duluan yaa." Rizki pamit sambil sedikit berlari meninggalkan Rasen yang terlihat sangat kesal mendengar akhir ucapan dari Rizki yang sompral.
Rasen berbalik mencoba tidak peduli dan tidak mau memikirkan ucapan Rizki. Rasen melirik jam tangan di pergelangan tangannya, segera ke tempat boba favorit adiknya karena jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Terlalu asik mereka di toko musik sehingga membuat mereka tidak sadar menghabiskan banyak waktu di sana.
***
Di parkiran bawah, Rasen mengingat ucapan Rizki tentang parkiran bawah yang angker. Rasen terpaksa memarkirkan motor kesayangannya di parkiran bawah karena saat dia sampai tadi di parkiran atas sudah penuh, entah memang lahannya tidak cukup luas di sana atau mungkin pengunjung sedang ramai-ramainya.
Rasen sedang memakai helmnya, dia merasa ada yang mengawasi. Sialnya, parkiran di sini sedang sepi. Rasen hanya bisa menepis pikiran-pikiran buruknya. Tapi tidak bisa karena merasa ada seseorang yang terus menatap ke arahnya. Rasen melihat sekitar, kosong. Tidak ada orang, hanya ada barisan motor dan mobil yang berjejer rapih, tidak terlalu penuh. Perasaannya semakin tidak karuan.
Rasen merasa ada seseorang mendekat ke arahnya. Rasen gugup, tidak berani melihat ke arah sekitarnya lagi. Dia mencari kunci motornya di dalam tas selempangnya tapi karena sedikit panik, alhasil dia tidak menemukannya. Rasen merasa seseorang itu sudah berada di dekatnya dan membuat perasaan Rasen semakin tidak karuan.
Hingga akhirnya Rasen terperanjat saat ada seseorang yang menepuk bahunya. Sangat terkejut, itu yang Rasen rasakan. Dia berbalik dan melihat seorang gadis berdiri tepat di hadapannya.
"Wah jodoh kali ya, kita bisa ketemu disini," ujar gadis itu santai dengan cengiran yang membuat dia terlihat cantik. Rasen diam karena masih terkejut.
"Lo kenapa? Kok kaget banget kayanya, kaya abis liat setan aja sih? Apa lo pikir gue setan, ya? Haha," tanya gadis itu mengejek diiringi tawa. Rasen melihat ke arah belakang gadis itu, ada sosok lain yang bersembunyi di balik mobil yang berada beberapa meter di depan mereka. Sepertinya sosok gadis yang ada di rooftop kampusnya kemarin.
Benar, sosok itu masih mengikutinya. Tapi tiba-tiba sosok itu perlahan mundur dan menghilang saat Rasen menyadari keberadaannya.
"Woi, kok lo diem aja sih? Liat apaan sih di belakang gue?" tanya gadis itu lagi karena tidak dapat jawaban dari Rasen, ia pun menengok ke belakang tidak mendapati apa-apa kecuali sepasang kekasih yang baru keluar dari lift.
"Oh, lo lagi liat mantan lo sama pacar barunya?" tanya gadis itu lagi sok tahu.
"Apa sih, sok tau! Lagian kamu sok kenal banget sama saya." Akhirnya Rasen bersuara. Rasen sudah sedikit tenang karena sosok hantu gadis itu sudah menghilang, tapi di sisi lain Rasen jadi tau bahwa sosok itu benar-benar masih mengikuti Rasen.
"Ya abisnya, lo itu gue tanya baik-baik gak jawab. Lo lagi ngapain di sini?"
"Lagi mancing. Emang kamu gak liat saya lagi ngapain?" Suara Rasen terdengar kesal. Entah mood Rasen sepertinya sedang buruk. Gadis itu sedikit sebal, tapi dia tidak menunjukkannya.
Perasaan tidak tenang Rasen kembali muncul. Rasen sedikit gugup, ia berpikir sepertinya semua ini gara-gara sosok hantu gadis itu yang masih mengikutinya.
"Nama lo siapa?" tanya gadis berambut sebahu itu. Gadis itu melihat Rasen hanya bergeming seperti sedang berpikir, entah memikirkan apa."Kita satu kampus 'kan? Jadi ga ada salahnya kalau kita kenalan, hehe," lanjut gadis itu tersenyum mencoba menghilangkan rasa sebalnya, berharap Rasen mau berkenalan dan berteman dengannya."Emang penting?" Rasen balik bertanya dengan wajah yang tidak dapat diartikan lalu ia menaiki motornya dan segera meninggalkan gadis tersebut. Eleena.Eleena bersumpah ia tidak merasa sakit hati atau tersinggung, Eleena hanya merasa agak kesal. Kenapa ada laki-laki dingin seperti itu? Apa Eleena salah bila hanya ingin mengajak ia ngobrol dan berkenalan?"Parah banget sih, orang ngajak kenalan doang juga malah ditinggal. Untung ya, untung lo ganteng. Kalau ngga, awas aja." Untung saja di sana sudah tidak ada orang lain lagi selain dirinya, sepasang kekasih yang tadi pun sepertinya sudah pergi, bila masih ada mungkin mereka yang melihat Eleena mengira gadis itu agak
"Dek?" panggil Rasen pelan. Sedikit hati-hati, Rasen mendekati Arsha. Tidak, itu bukan Arsha. Saat menyadari itu, Arsha tiba-tiba tertawa sangat kencang membuat Rasen menutup kedua telinganya. Papanya datang dan langsung memegangi Arsha. Di usap punggungnya ke atas lalu ke leher dan ke kepalanya sembari melafalkan ayat-ayat suci yang membuat Arsha terus berteriak seperti kepanasan. Rasen mencoba untuk membantu, ia memegangi Arsha dan menenangkannya. "Dek, dek tahan dek. Istighfar, keluarin dek!" titah Rasen sambil mengusap-usap lengan Arsha. Arsha mulai tersadar dan langsung terbatuk-batuk karena di mulutnya masih ada busa bekas tadi ia menyikat gigi. Rasen dan Papanya membantu nya berdiri membiarkan Arsha berkumur-kumur dan mencuci muka. Rasen menenangkannya. "Kaget, masa tadi aku lagi cuci muka tiba-tiba barang-barang aku jatuh. Terus aku ambil 'kan. Pas aku liat ke atas ada Miss K, melototin aku," terang Arsha tanpa ditanya. Miss K yang dimaksud Arsha adalah Kuntilanak. Sosok y
Eleena dan kedua teman barunya sudah berada di kantin. Ini pertama kalinya Eleena menginjakkan kakinya di kantin kampusnya. Tidak terlalu penuh hanya terisi sebagian saja. Saat Eleena datang, entah kenapa ia menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa disana. Mungkin karena kecantikannya, hal itu pun disadari oleh Laras dan Bintang. Mereka saling berbisik di belakang Eleena. "Lo liat? Rata-rata mahasiswa di sini merhatiin kita, eh ngga. Lebih tepatnya merhatiin si Eleena." Laras berbisik sangat pelan kepada Bintang seraya mengikuti Eleena yang berjalan santai di depannya. Bintang mengangguk setuju. "Gue udah tau, liat dari mukanya dia yang cantik banget, ini cewek pasti bakal jadi primadona kampus. Dan terbukti 'kan sekarang? Baru masuk kantin aja banyak yang merhatiin dia, dari maba sampai kating. Pokoknya kita harus bisa jadi temen terdekat dia biar kita juga dilirik sama mahasiswa lain," bisik Laras lagi sambil tertawa dengan sangat pelan yang diikuti juga oleh anggukan Bintang sa
Rasen sedang berjalan-jalan sendiri di lorong kampusnya. Ia belum begitu mengenal lingkungan ini jadi dia berinisiatif melihat-lihat untuk lebih mengenal lingkungan barunya. Tidak begitu sepi, ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Ada juga mahasiswi yang sedang mengobrol di kursi lorong dan ketika Rasen lewat, Rasen mendengar samar-samar bahwa Rasen menjadi bahan obrolan mereka setelahnya. Rasen tidak peduli. Tapi Rasen terkejut saat ia melewati lab bahasa. Ia melihat sosok hitam, tinggi, besar dengan penuh bulu disana, Rasen berpaling. Tidak mau sosok itu tahu bahwa ia bisa melihatnya. Rasen lanjut berjalan, terlihat lebih sepi di daerah sini. Entahlah, Rasen sendiri tidak tahu dia dimana. Sebut saja Rasen sedang tersasar di kampusnya sendiri. Rasen berjalan lurus sampai ke ujung, sepertinya itu area belakang kampus ini. Terlihat dari arah Rasen berjalan, ada rumput-rumput yang lumayan tinggi di ujung sana. Rasen penasaran dan terus berjalan sehingga dia sadar
Rasen terbangun dari tidurnya ketika mimpi yang ia alami benar-benar terasa seperti nyata.Badannya berkeringat, jantungnya berdegup dengan kencang dan tangannya bergetar. Sebelumnya ia tidak pernah mimpi seperti itu.Rasen ingat persis mimpinya, itu kejadian saat Rasen masih SD bersama sahabat kecilnya dulu. Dan juga Rasen ingat dulu mereka benar-benar pergi membeli es krim bukan seperti yang terjadi di mimpi Rasen tadi.Rasen melihat gadis kecil itu berubah menjadi lebih tinggi darinya, wajahnya tersayat-sayat dan mengeluarkan banyak darah, tatapan matanya yang menyeramkan, rambutnya yang sangat panjang, memakai dress berwarna kuning terang dengan bercak darah yang sangat banyak di bagian dadanya dan di akhir sosok tersebut berteriak sangat keras hingga membuat Rasen akhirnya terbangun dari tidurnya.Rasen merinding, sangat menyeramkan. Bila diingat-ingat sosok tadi hampir mirip dengan sosok hantu yang ia temui akhir-akhir ini. Sosok hantu gadis rooftop. Rasen melihat jam di dinding
Rasen dan Rafa sedang asik bermain game mobile di taman depan kampusnya. Suasana di sana benar-benar sejuk, pohon-pohon pun terlihat rindang menghalangi sinar matahari yang ingin menyinari mereka secara langsung."Kalian gue cariin di kantin gak ada, ternyata lagi asik ngadem di sini," ujar Eleena yang tiba-tiba duduk di kursi kosong bersebrangan dengan Rasen. Rasen dan Rafa melirik sekilas ke arah Eleena lalu kembali fokus ke game yang mereka mainkan."Eh, Len, bentar ya gue lagi fokus ngegame dulu nih. Sen! Sen, lord nya itu dikit lagi sampah aja," cetus Rafa tanpa menatap Eleena di sebelahnya.Eleena cemberut dan memakan cemilan yang ia bawa tadi dari kantin. Ada satu notifikasi pesan masuk ke ponselnya.Laras :Eleena lo dimana? Gak makan bareng gue sama Bintang?Eleena:Sorry, gue udah makan. Lo makan aja sama Bintang, oke.Eleena mengembuskan napasnya. Sedikit bosan, ia lanjut melihat-lihat postingan teman-temannya di media sosial."Sorry, Len, nih kita udah selesai mainnya."Ele
Hari ini hari di mana Double R mengikuti lomba pada siang hari nanti. Untung saja Rasen hari ini hanya ada kelas pagi. Pagi ini Rasen, Rafa dan Eleena sedang berada di dalam kelas menunggu dosen masuk. "Tumben lo bawa gitar, Sen," ujar Rafa menghadap belakang ke arah Rasen, Rafa duduk di depan Rasen dan Eleena di sebelah kiri Rasen. Rasen mengangguk, "Iya, mau ikut lomba abis kelas selesai." "Hari ini? Lomba dimana? Gue boleh liat ga?" tanya Eleena terlihat excited mengetahui Rasen sepertinya jago bermain gitar. "Di kampus temen saya," balas Rasen. "Wah, gue nonton boleh gak nih? Mumpung hari ini kita cuma ada kelas pagi doang," cetus Rafa, sebenarnya ia hanya ingin menemani Eleena untuk menonton Rasen. "Boleh kayanya, nanti saya tanya temen saya dulu." "Yeay, lo pasti jago banget main gitarnya. Pokoknya gue mau liat, ya,
"Lo suka ya sama Rasen?" tanya Rizki saat sedang berjalan ke arah taman belakang, mereka hanya berjalan berdua saat ini.Eleena terkejut mendengar pertanyaan atau mungkin lebih tepat pernyataannya Rizki. Apa terlalu keliatan jelas ya kalau Eleena sangat tertarik dengan Rasen? Pikirnya."Keliatan jelas ya? Aduh malu banget gue," ucap Eleena dengan jujur.Rizki tertawa dengan kencang, "Serius lo suka sama Rasen? Cowok kaku kaya gitu lo suka?" tanya Rizki masih dengan tawanya yang renyah.Eleena mengangguk mengiyakan. "Gatau kenapa sih, pas pertama gue ketemu dia gue ngerasa kalau gue tertarik banget sama dia. Gue bener-bener berasa beruntung waktu tau kalau gue satu kampus sama dia." Eleena tersenyum ceria hanya dengan membayangkan bagaimana pertama kali ia dan Rasen bertemu."Ada dua kemungkinan yang bakal lo lakuin kalau lo tau rahasia Rasen," ungkap Rizki dengan santai."
Sepasang kekasih berjalan santai menuju area taman kampus. Kabar berita tentang berjalannya hubungan mereka awalnya sangat menggemparkan. Namun sudah dua bulan hubungan mereka berjalan, membuat anak lain merasa terbiasa dan bahkan merasa aneh bila mereka tidak bersama. Sebelumnya, banyak sekali momen yang sudah mereka lalui bersama. Kesedihan sang gadis kini terbayar dengan adanya sang kekasih di sampingnya. Rasa sedih dan kecewa kini sudah berganti dengan kebahagiaan yang lebih nyata. Aktivitas belajar mereka pun terlihat lancar. Hubungan mereka dengan teman satu angkatannya pun kini lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih banyak hal yang mengganjal. Hilangnya dua teman satu angkatan mereka pun menjadi tanda tanya besar. Tapi satu hal yang sangat menggemparkan mereka sebelumnya adalah kematian kakak tingkat mereka. Arrabelle, gadis itu ditemukan sudah tak bernyawa di sebuah gang kecil sebelah kampusnya. "Gue gak nyangka Kak Arra meninggal de
Terbesit wajah laki-laki yang tidak begitu Rasen kenali. Rasen mencoba mendalami, mencari tau berharap bisa mendapatkan nama dari pemilik wajah yang ia lihat. Namun gelap, ia tidak mendapatkan petunjuk.Tasha terlihat enggan atau lebih tepatnya sulit untuk mengungkap siapa pelakunya. Rasen hanya bisa pasrah dan tidak memaksanya. Ia berpikir akan mencari tau nanti."Kamu mau tau gimana kematian Varsha?" tanya Tasha pada Rasen lewat batinnya. Rasen mengangguk menandakan ia mau. "Tapi sebelum itu, boleh aku masuk ke tubuh kamu? Aku ingin ngobrol sebentar sama Leena," pinta Tasha dengan mata yang berbinar. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan Eleena karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.Rasen tersenyum, mengangguk lalu berkata dalam batinnya, "Sebelumnya, makasih ya. Saya tau kamu yang masuk ke tubuh salah satu orang yang jahatin Eleena tadi. Berkat kamu, saya sama Eleena jadi bisa lari dari keadaan itu." Tasha tersenyum, "Semua dengan ijin Tuh
Sebuah sore yang dingin dengan awan yang mendung, seorang gadis berjalan dengan santai. Gaun ungu pastelnya terlihat sangat cantik dan cocok di tubuhnya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga ia merasa bersemangat untuk menemui seseorang.Sebuah sekolah perguruan tinggi menjadi tujuannya saat ini. Perguruan tinggi itu ada di daerah atas, daerah yang sekitarnya masih asri dan banyak pepohonan tinggi. Daerahnya di kelilingi komplek perumahan elit namun jarang terlihat ada orang di rumah-rumah besar itu.Tidak ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan kampus tersebut membuat gadis itu harus berjalan sedikit. Seseorang yang spesial membuat janji untuk bertemu dengannya di sana walaupun ia belum resmi menjadi mahasiswi di sana. Sebuah lengan menahannya membuat langkahnya berhenti. Raut wajahnya yang cerah kini seketika luntur."Lo pulang aja ya, biar gue yang temuin," pinta gadis dihadapannya. Sebuah permintaan yang lebih menjurus ke sebuah perintah. "Aku aj
Kesurupan. Lisa kesurupan, ia berteriak histeris. Matanya terbelalak melotot, tangannya mengarah ke depan ke arah Arra. Seperti ingin mencekik, kedua tangannya masih terus mengarah pada Arra.Arra panik hanya bisa mengumpat pada Lisa untuk berhenti menakut-nakutinya. "Anjing lo, Sa! Jangan banyak tingkah!" Entah Arra tidak tau situasinya atau ia benar-benar sudah ketakutan hingga berani mengumpat pada Lisa yang masih berteriak sambil mendekat pada Arra.Arra hanya bisa terus mundur menghindar, teman-temannya yang lain pun tidak berani mendekat pada Lisa. Mereka sadar itu bukan Lisa, melainkan sesosok hantu yang memasuki Lisa."Pergi! Jangan ganggu!" teriak Lisa saat ia sudah berada tepat di depan Arra. "Lisa! Sadar! Lo yang ganggu, Anjing!" seru Arra kesal sambil menggoyang-goyangkan pundak Lisa berharap kesadarannya kembali.Lisa menatapnya tajam, bahunya mengeras menjadi bertenaga sehingga membuat Arra berhenti, lebih tepatnya tidak kuat men
Eleena berjalan santai di dalam perpustakaan kampusnya. Ada banyak buku yang harus ia cari untuk bahan tugasnya hari ini. Rafa belum terlihat, sepertinya ia belum datang.Eleena menghentikan langkahnya ketika ada seseorang di hadapannya. Tatapan mereka saling beradu. Tapi Eleena memutuskan kontak mata mereka karena merasa tidak enak.Terasa canggung dan membingungkan. Bagaimana Eleena bisa keluar dari situasi itu? Pikirnya. Rasen melangkah sedikit lebih dekat lalu berkata, "Hati-hati, jangan sendirian."Setelah mengatakan hal itu, Rasen segera pergi. Eleena diam mematung, dadanya terasa sesak. Suara Rasen yang sangat Eleena rindukan kini terdengar lagi berbicara padanya walaupun hanya beberapa kata.Tapi apa maksudnya? Pikir Eleena. Eleena segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Tapi ia seketika teringat, ponselnya mati, tidak bisa menyala sejak kemarin malam. Eleena juga lupa untuk pergi memperbaikinya tadi sebelum datang ke kampus
Malam ini Eleena sedang asyik menonton televisi di hadapannya. Menonton acara sinetron dengan serius yang Eleena rasa kurang bermutu tapi tetap saja ia menontonnya. Eleena hanya sendirian malam ini, mamanya pergi berlibur bersama ibu-ibu kompleknya dan diperkirakan pulang besok siang.Sebuah nada dering terdengar nyaring di telinganya. Eleena segera melihat layar ponselnya, sebuah nomor yang tidak ia kenal terpampang jelas. Dahi Eleena mengkerut heran, siapa? Pikirnya. Eleena segera mengangkat panggilan tersebut karena penasaran.Sebuah suara seseorang terdengar di sebrang sambungan itu. Eleena segera beranjak melihat ke arah luar lewat jendela. Seseorang dengan celana dan jaket bertudung hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Eleena segera mematikan sambungan telepon tersebut dan beranjak mengambil jaketnya lalu segera keluar rumahnya untuk menghampiri orang tersebut."Kak Hardi?" sapa Eleena setelah ia sampai di hadapannya. Orang itu berbalik dan tersenyum ke arahnya, "Hai, Len." Be
Rasen selalu bermimpi buruk. Tidurnya selalu terasa tidak tenang. Entah apa yang salah, pikirnya. Jam dinding di kamarnya terdengar berdenting dengan jelas. Sepi rumahnya membuat jam itu terdengar. Wajar saja, kini sudah tengah malam. Hanya kesadaran Rasen saja yang masih terjaga malam itu.Rasen berbaring menatap langit-langit kamarnya. Beberapa hal terputar-putar dalam pikirannya. Beberapa mimpi yang ia alami selalu membuat Rasen merasa bersalah. Entah dalam hal apa, Rasen masih belum paham dan mengerti.Di balik itu, ada rasa rindu pada Eleena, gadis yang ia hindari tanpa alasan selama ini. Rasanya ia ingin bertemu dan menjalani hari-hari seperti dulu bersamanya. Namun, sosok yang katanya sahabatnya itu selalu berhasil menghasut Rasen. Rasen sendiri belum tau kebenarannya. Tapi sayangnya ia melangkah terlalu jauh untuk menghindari Eleena. Ia mulai berpikir apa mungkin ia salah. Seharusnya Rasen bisa berpikir jernih dan mencari tau dulu kebenarannya, entah kebenaran sosok hantu pe
Eleena mencoba memanggil gadis yang membelakanginya. Namun gadis itu tidak mau menoleh sama sekali. Eleena melihat pakaian gadis itu, terasa sangat familiar. Eleena mendengar gadis itu berkata, "Foto di dalam buku." Dahi Eleena mengkerut, ia bingung dengan maksud gadis itu. "Maksudnya?" tanya Eleena, gadis itu berbalik membuat mata Eleena melotot tidak percaya. "Cha ...," gumam Eleena bergetar saat melihat sahabatnya itu tersenyum lembut ke arahnya. "Foto seseorang di dalam buku tebal," ujar sahabatnya itu pelan. "Kenapa? Siapa? Maksudnya?" tanya Eleena tidak mengerti maksud dari perkataan sahabatnya itu. Cha sahabatnya itu tersenyum sangat manis, "Cari tau, nanti kamu bisa temuin jawabannya." Eleena yang ingin menghampiri sahabatnya itu pun terasa di tahan oleh sesuatu, sebuah tangan penuh luka sayat terlihat memeluk Eleena dari belakang. Langit yang tadinya terang dan cerah, kini berubah menjadi langit yang merah dan gelap. Eleena berusaha meminta tolong pada sahabatnya, namun
Setelah kejadian perundungan kemarin, Eleena benar-benar merasa trauma dan tidak mau pergi ke kampus untuk beberapa hari ke depan. Sangat tidak masuk akal bukan seseorang menjadi korban perundungan hanya karena rumor yang belum tentu kebenarannya?Mental dan fisik Eleena benar-benar diguncang hanya karena sebuah rumor yang kebenarannya pun masih harus dipertanyakan seharusnya. Ditambah laki-laki yang menurutnya sangat spesial tiba-tiba berubah sedikit demi sedikit yang Eleena sendiri tidak tau apa penyebabnya.Eleena berbaring di kasurnya sambil menatap sebuah foto yang ada di genggamannya. Air mata sudah mengalir di pipinya sedari tadi. "Apa gue nyusul lo aja ya, Cha?" gumam Eleena sangat pelan.Sebuah pergerakan terasa di kasurnya membuat Eleena melihat ke arah pergerakan tersebut. Kucingnya yang gendut, si Gembul, naik ke kasurnya lalu bersiap untuk tidur di sebelah kaki Eleena. Tidak mau mengganggu kucingnya itu, Eleena hanya menatapnya sambil te