TAKDIR YANG TERLAHIR"Aaapa? Hanya satu yang bisa diselamatkan? Suster, tolong sampaikan pada dokter selamatkan ibu dan anaknya", bu Ambar cemas berderai air mata. "Suster tolong upayakan untuk menyelamatkan keduanya", timbal Abi."Iya suster, menantu dan cucu saya harus selamat", timbal ummi. Semua tampak sangat cemas dengan kondisi Nanda dan anaknya terlebih lagi Arya. Ya, Arya terlihat sangat menghawatirkan Nanda. Namun lain halnya dengan Ardi yang saat ini sedang asyik memadu kasih dengan Anggi. Dia benar benar lupa bahwa istrinya sedang hamil besar sangat membutuhkannya, sewaktu waktu Nanda bisa mengalami kontraksi dan melahirkan. Anggi berhasil mengambil simpati Ardi, ia berhasil merebut Ardi dari Nanda. Namun tanpa Nanda sadari, Anggi memang sudah menginginkan Ardi sedari dulu saat mereka masih duduk di bangku kuliah. Anggi mencintai Ardi, dia menginginkan Ardi untuk menjadi miliknya. Namun sayang beribu sayang, cintanya harus bertepuk sebelah tangan karena Ardi memil
DUSTA PERNIKAHAN Mas Ardi membelalakan mata saat melihat aku membuang bunga mawar pemberian darinya. Aku diam seribu bahasa tak menanggapi ucapannya, kali ini aku benar benar benci mendengar suara yang biasa aku rindukan itu, bahkan untuk melihat wajahnya saja aku tak sudi. Wajah yang penuh dengan dusta dan kemunafikan."Kamu marah ya? mas paham kok perasaan kamu seperti apa. Mas benar benar minta maaf ya, mas sangat menyesal", ungkapnya penuh penyesalan seraya mencium keningku lalu menggenggam kedua tanganku. Tak butuh waktu lama, aku langsung menepis tangannya."Sayang, maafkan mas ya. Marahnya jangan lama lama ya, kalau begitu mas pamit mau lihat putri kecil kita dulu". Diam. Ya, hanya itu jurus ampuhku saat ini. Diam seribu bahasa, aku memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Ketika aku melihat wajahnya hanya rasa sesak dan sakit yang terasa di dalam rongga dadaku. Dia beranjak pergi di ikuti oleh Arya. Saat ini aku benar benar tidak dapat mengontrol emosiku, aku ben
SEBUAH KENANGAN 9 Tahun Yang Lalu"Halo sayangku, selamat pagi", sapa seseorang di seberang sana."Halo sayangku selamat pagi juga, hari ini kamu ada kelas gak?", Tanyaku padanya."Hari ini kebetulan aku lagi free sayang, kalau kamu?", jawabnya riang."Aku juga sama sayang, kita jalan yuk", ajakku dengan semangat."Iya sayang, seperti biasa aku tunggu di kampus ya","Oke sayang, love you","Love you too", dia mematikan teleponnya. Ya, pria tersebut adalah Arya kakaknya mas Ardi yang sekarang telah menjadi suamiku. Dia adalah pria masa laluku, kami saling mencintai. Kami sudah menjalani hubungan selama kurang lebih hampir 2 tahun, namun pada saat itu kami belum memperkenalkan hubungan kami kepada keluarga masing masing karena saat itu kami masih fokus mengemban pendidikan. Kami berkomitmen setelah lulus baru akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Arya adalah pria yang baik, sopan, pintar, dan penyayang. Dia juga sangat sabar men
ARTI SEBUAH PENYESALANSenduMenatap matamu dalam lamunankuBayanganmu nampak terlihat semuAku mendekapmu kian semakin menjauhCinta memang tak selalu indahTerkadang hati dibuat meranaAku diam tak berdayaSaat melihatmu pergi bersamanyaTertawa dalam dustaMerana bercucuran air mataMimpi telah hilang meninggalkan lukaDerita pun kian menerpa asa~~~~ Arya hanya bisa termenung sendirian di dalam kamarnya, dia masih tidak bisa percaya dengan apa yang telah menimpanya. Bagaimana bisa wanita yang sangat dia cintai dan dambakan akan menjadi adik iparnya sendiri? dia masih tidak percaya dengan kenyataan pahit akan takdirnya ini. Dia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya dia saat melihat prosesi akad nikah mereka nanti, dan betapa remuk hatinya membayangkan Malam pertama Nanda dengan sang adik. Selama ini dia berjuang keras di Negeri orang semata mata untuk mempersunting Nanda, namun nyatanya keputusannya itu malah membuat dia menyesal seumur hidup karena harus kehilangan
BAB 16CINTA TAK HARUS MEMILIKI"Nanda, bisa kita bertemu untuk yang terakhir kali?", Arya memohon untuk bertemu denganku, aku ragu. Semua sudah jelas, lantas apa lagi yang akan kami bicarakan nanti?. Namun setelah aku menikah nanti Arya akan menjadi kakak iparku, tak ada salahnya jika aku menemuinya saat ini. "Ya, kita bertemu di tempat biasa ya". "Iya. Assalamualaikum", ungkapnya dari kejauhan sana."Waalaikumsalam", aku mematikan teleponnya. Sudah 1 jam aku menunggu Arya namun ia belum datang juga. Tak biasanya dia datang terlambat, dia orang yang disiplin dan tepat waktu. "Assalamualaikum", sapa seseorang di belakangku. Saat ku tengok ternyata itu Arya. "Waalaikumsalam, tumben telat?","Maaf ya, tadi kejebak macet", ungkapnya seraya duduk dihadapanku. "Ini untuk kamu, tolong terima ya. Anggap saja hadiah terakhir dari calon kakak iparmu". Dia memberikan kotak kado berwarna merah berukuran kecil. Saat ku buka ternyata isinya itu sebuah kalung berlian yang sangat indah
TERLANJUR CINTA"Nanda, Ardi..", teriak seseorang dibalik kamarku. Aku bernafas lega, ternyata itu bukan mas Ardi melainkan ibu."Iya bu sebentar", jawabku bergegas mendokumentasikan berkas berkas dan bukti bukti perselingkuhan mereka lalu aku segera membereskannya lagi. Aku berjalan ke luar kamar untuk menghampiri ibu."Bu, kok tidak menghubungi Nanda dulu?", tanyaku takzim mencium tangan ibu."Iya sayang, ibu tadi habis memantau restoran sekalian saja mampir kesini. Oh ya, barusan pintu rumah kenapa tidak dikunci?", Ya ampun! Betapa teledornya aku setelah mengobrak abrik mobil mas Ardi aku lupa tidak mengunci pintu rumah lagi malah kubiarkan terbuka begitu saja. "Nanda lupa bu", jawabku polos cengengesan seraya memeluk tubuh ibu."Ya ampun Nanda, kamu gimana sih! Nanti kalau ada maling gimana", ungkap ibu memarahiku. "Iya deh bu, oh ya ibu sudah makan belum? Kita makan malam yu", ungkapku seraya mengajak ibu menuju dapur. Saat ini Nindya masih tertidur pulas, nanti malam
MUSUH DALAM SELIMUT"Pagi sayang, halo anak papah yang cantik", ungkap mas Ardi menyapa aku dan Nindya."Pagi juga mas", jawabku malas. "Halo sayang anak papa yang cantik", Mas Ardi menggendong Nindya lalu mengecup kening dan pipinya. Mereka berjalan menuju halaman meninggalkan aku yang sedang sibuk membuat sarapan. Setelah semua selesai, aku berjalan keluar untuk menghampiri mereka. "Mas sarapan dulu", ungkapku tanpa ekspresi, bagaimana bisa aku bersikap manja dan manis kepadanya setelah mengetahui segala kebusukannya."Iya sayang, anak papah yang cantik kita makan dulu ya", mereka berjalan masuk, aku mengambil alih untuk menggendong Nindya."Sayang", suara mas Ardi memecah kesunyian."Ya", jawabku singkat. "Hari ini mas ada acara dengan orang kantor, pergi jalan jalannya di cancel saja tidak apa apa ya? mas janji minggu depan kita jadi jalan jalannya", ungkapnya menatapku ragu Entah mengapa perasaanku mengatakan bahwa saat ini dia sedang menipuku lagi. Perasaan seorang
BAB 19MEMILIH YANG LAIN"Nindya...", aku berteriak histeris melihat anak semata wayangku kejang kejang. Mulutnya mengeluarkan cairan seperti busa dan matanya membelalak ke atas, bola matanya hampir tidak terlihat. Aku panik, Aku bingung. Aku menangis histeris cemas sesuatu yang buruk menimpanya. Lebih tepatnya aku trauma setelah enak pertamaku berpulang karena tragedi kecelakaan itu. Aku tak ingin harus kehilangan anak ku lagi untuk yang kedua kalinya. "Nanda!", teriak seseorang berlari menghampiriku. Betapa lega nya hati ini melihat kedatangan Arya.. Dia bergegas merangkul Nindya yang masih kejang kejang, dia langsung meletakkan nya pada tempat yang empuk, datar dan luas, lalu menghadapkan Nindya dalam posisi miring agar ia tak tersedak oleh air liurnya atau muntahannya dan Arya melonggarkan pakaiannya terutama pada bagian lehernya. Tak berselang lama kejangnya pun berhenti. Ini adalah pertolongan pertama saat anak mengalami kejang, itulah yang Arya ucapkan padaku. Setelah kon
SESAK"Nanda, aku mohon maafkan aku". Mas Ardi memelukku, tak butuh waktu lama untuk aku melepaskan pelukannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh tersungkur di lantai."Nanda, tolong beri aku kesempatan untuk yang ke dua kalinya. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku mohon Nanda, aku tidak bisa kehilangan kamu dan anak kita". Ungkapnya memelas berlutut dihadapanku, entah mengapa bukannya kasihan namun justru rasa sakit itu datang kembali. Saat aku melihat wajahnya hanya ada rasa sesak dan sakit teramat yang aku rasakan. Benci? tentu saja, bahkan untuk mendengarkan suaranya pun aku sudah enggan. Aku memang sangat mencintainya namun rasa sakit hati dan luka yang ia torehkan lebih besar dari pada rasa cinta ku padanya. "Apa yang kamu lakukan bersama wanita simpananmu itu saat aku terbaring koma tak berdaya dirumah sakit mas?", tanyaku dingin memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Dia nampak terkejut dengan pertanyaanku. Dia bangkit lalu mencoba mendekatiku."Nanda, mengapa kamu be
HILANGNYA HARAPAN"ANGGI!!!". Teriakan itu jelas membuat Anggi terperanjat, selama ia menjalani hubungan dengan sang kekasih, dia tidak pernah dibentak atau diperlakukan buruk olehnya."Kenapa mas? apa ada yang salah!", Anggi mulai meninggikan suaranya."Apa yang ada di pikiran kamu? mengapa kamu membiarkan Nanda melihat semuanya!","Aku memang sengaja melakukan itu agar dia mengetahui hubungan kita. Aku sudah lelah harus terus berpura pura dalam hubungan ini!", Anggi memalingkan wajahnya dengan berlinang air mata."Tapi tidak harus dengan cara itu Anggi!","Lantas harus dengan cara apa lagi mas? aku telah memberikan segalanya untuk kamu mas, aku juga menginginkan kamu mas! aku ingin kamu menjadi milik aku seutuhnya!","Tidak bisa, aku tidak bisa kehilangan Nanda dan Nindya", gumam nya membelakangi tubuh Anggi."Kenapa? lantas bagaimana dengan aku mas? apa kamu hanya ingin mempermainkan aku saja? kamu anggap aku ini apa mas?","Anggi, aku juga mencintai kamu tapi aku tidak bisa keh
DIANTARA DUA CINTA "BUUGGGGGGGG!!!". Wajah Arya terkena pukulan yang cukup keras, aku hanya berdiri mematung terkejut dengan pemandangan yang ada di depan mata ku saat ini, aku menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Aku melihat Arya jatuh tersungkur kebawah untuk yang ke dua kalinya."Mas Ardi", Teriakku saat menengadahkan wajah untuk melihat siapa pria yang dengan lancang memukuli Arya, ternyata dia adalah suamiku sendiri.. adik kandung Arya. Saat Arya mengetahui adiknya yang telah menyeret dan memukulinya, dia pun bangkit membalas pukulan sang adik."BBBUGGG!, Brengs*k kamu Ardi! Berani beraninya kamu menyeret dan memukuli aku! Harusnya aku yang menghajar kamu hingga babak belur karena perbuatan hina kamu!". Arya menyeret mas Ardi dengan sekuat tenaga lalu memukuli wajah nya hingga cairan merah itu mengalir di bagian mulut dan hidungnya."BBUGGGGG! BBUGGGG!". Saat Arya akan memukul bagian perutnya, mas Ardi menangkis dan mendorong Arya hingga terpental ke jalanan.
DUKA YANG BERKARAT Lamunanku buyar ketika seseorang memanggil namaku. Ya, bisa ditebak siapa dia? Ya, tentu saja siapa lagi kalau bukan mas Ardi. Dia berdiri di belakang sana menyaksikan kekacauan yang kami buat barusan. Dia berdiri memeluk putriku yang sudah terbangun dari tidurnya. Aku segera beranjak mengambil alih Nindya dari pelukan nya. Ada perasaan tidak rela, anak ku harus di peluk oleh sosok laki laki yang bej*t seperti dia!."Nanda.. Nanda.. tunggu aku..". Aku bergegas masuk kedalam kamar, aku kunci pintunya lalu membereskan baju baju beserta segala kebutuhannya Nindya termasuk semua dokumen, berkas berkas sertifikat rumah dan semua bukti perselingkuhan mas Ardi." Sayang, mau pergi kemana? Kamu mau bawa Nindya kemana? Nanda beri aku kesempatan untuk berbicara untuk menjelaskan semuanya", dia mengekori langkahku. Aku tak berbicara sepatah katapun, enggan sekali berbicara dengannya. Mendengar suaranya saja aku sudah muak!. Aku mengeluarkan benda pipih yang menjadi buk
BUKTI PENGHIANATAN"Nanda! berhenti! diam disitu!". Ungkap wanita jal*ang itu ketakutan, karena sebelumnya ia tak pernah melihat aku semarah ini. Dulu jika kami bertengkar, aku hanya diam dan mengalah. Dia mungkin terkejut melihat amarah yang sudah berada di puncak ubun ubun kepalaku saat ini."Dasar penghianat! Munafik! Kamu fikir aku Bod*h! Kamu fikir aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan dengan mas Ardi dibelakangku selama ini! Kamu sudah benar benar membuat aku kehilangan kesabaran Anggi!". Dadaku kembang kempis, nafasku memburu hebat. Aku mencoba untuk menahan amarah yang sudah memuncak, aku tak ingin menyakitinya lagi. "Apa maksud kamu Nanda? aku tidak mengerti. Aku dan mas Ardi? apa maksud semua perkataanmu?", ungkapnya merasa tak bersalah."Cukup Anggi! cukup akhiri semua sandiwaramu. Aku tidak akan pernah tertipu lagi! aku sudah mengetahui semuanya Anggi!","Sandiwara? tertipu? aku benar benar tidak mengerti dengan semua ucapanmu", lirihnya berlinang air mata seolah o
BAYANG BAYANG HINA"Mas, cepat mas jangan lama lama, aku sudah tidak sabar". Ungkap wanita hina itu saat mas Ardi memeluk dan mendaratkan sentuhan mesra di punggungnya."Iya sayang, mas kangen banget sama kamu. Kangen aroma tubuh kamu"."Iya mas, aku juga sama. Aku kangen banget sama kamu". Dia memeluk erat dan mendaratkan sentuhan mesra nan lembut di setiap jengkal tubuh selingkuhannya itu, lalu dia membaringkan tubuh Anggi di atas kasur, mereka saling melepaskan gejolak yang terpendam selama ini. Bayang bayang hina itu terus berputar di kepalaku membuat mata ini enggan untuk terpejam."Mas.. kamu keterlaluan! Anggi kamu penghianat!", Gumamku lirih dengan suara pelan menahan tangisku sedari tadi. Bagaimana bisa aku melanjutkan hidup bersama orang yang telah mengkhianatiku?. Terlebih lagi itu adalah suamiku sendiri, jangan kan untuk tidur bersamanya, mendengar suara dan melihat wajahnya saja aku sudah muak. Rasa kasih sayang dan cinta yang dulu tumbuh di dalam relung hati ini se
PENGHIANATAN TERDALAM Mas Ardi menghampiri Anggi memeluk dan mengecup mesra bibir Anggi, tanpa rasa bersalah mereka melakukan hal itu dirumah ini. Aku segera mengeluarkan benda pipih yang tersimpan di dalam saku piyamaku. Aku berjalan mengendap ngendap mengikuti langkah mas Ardi, dirasa momen dan tempatnya sudah pas, aku memotret mereka, tak berselang lama kulihat mas Ardi menyingkapkan piyama yang Anggi pakai lalu dia memeluk erat pinggang ramping wanita itu. Mereka berjalan masuk ke dalam kamar tamu yang di tempati oleh Anggi malam itu. Aku mengikuti langkah mereka, berjalan perlahan lalu mendekati pintu yang tidak dikunci. Entah mereka lupa menutup rapat dan mengunci pintu ini? atau mereka sengaja membiarkan nya sedikit terbuka hingga ada ruang agar aku bisa menyaksikan perbuatan hina mereka saat ini. "Sayang, aku kangen banget sama kamu", ungkap Anggi dengan suara manjanya memeluk erat mas Ardi."Iya sayang, mas juga kangen banget sama kamu", jawab Mas Ardi."Sayang, kamu wang
TANGIS TANPA SUARA"Anak sayang, makan yang banyak ya", ungkapku gemas mengecup kening Nindya. Bel rumah berbunyi, aku segera berjalan untuk membukakan pintu. "Halo sayang", ungkap seorang wanita riang menyapaku. Bisa kalian tebak siapakah dia? ya, pasti kalian sudah mengetahuinya. Anggi datang mengenakan pakaian ketat berwarna putih dan rok mini berwarna navy dilengkapi riasan lipstik berwarna nude yang menghiasi bibir mungilnya. "Sudah selesai kerjaannya?", tanyaku datar."Iya Nda, tadi kerjaannya gak terlalu banyak jadi aku bisa cepat cepat pulang deh", jawabnya tersenyum riang. "Mana Nindya?", tanyanya berjalan masuk ke dalam rumah. "Ada sedang makan", jawabku singkat. "Oh iya ini aku bawa beberapa sayuran, kamu belum masak untuk makan malam kan? biar aku saja yang masak ya". Tanpa menunggu persetujuanku, dengan semangat dia berjalan masuk ke dapur dan mempersiapkan bahan bahan untuk memasak. "Semangat banget ya, nyiapin makan malam buat sang pujaan hati", gumamku pelan.
SEBUAH KEBOHONGAN"Halo", Suara khas bariton dari seorang pria yang dia kenal, Arya membulatkan matanya. Dadanya berkecambuk hebat. Darahnya berdesir panas, dia segera melajukan mobilnya menuju ke suatu tempat. Tempat dimana pria itu mengangkat panggilannya. Setelah dia sampai ditempat itu, ia lalu bergegas untuk menghampiri sang penerima panggilan itu."ARDI! Bajingan lo!", teriak Arya saat memasuki rumah sang adik. Ardi yang sedang duduk bangkit menatap bingung kedatangan sang kakak yang penuh amarah. Arya melihat Ardi sedang menggenggam sebuah ponsel, dia yakin bahwa nomor itu berasal dari ponselnya. Arya mencoba menghubungi nomor itu dan sebuah nada panggilan masuk berbunyi dari ponsel yang sedang Ardi genggam. Belum sempat Ardi mengangkat panggilan itu, Sang kakak menghujaminya dengan sebuah pukulan keras tepat di wajahnya."BBUUUUUUGGGGGGGH!". Arya memukul wajah Ardi dengan keras hingga hidung dan bibir bawah Ardi mengeluarkan cairan kental berwarna merah, Ardi meringis kes