"Kamu dilamar pemilik tanah?" tanya Eyang putri tidak percaya.
Riri mengangguk pelan. Semalam ia tidak bisa tidur memikirkan hal ini, begitu pulang sekolah melihat eyang putri sudah duduk menonton TV di kursi goyang kesayangannya. Ia begitu gembira dan mengeluarkan semua keluh kesahnya.
"Kapan itu terjadi?"
"Kemarin, Eyang."
Eyang putri menghela napas sambil mengelus dadanya. "Duh, gusti."
"Kenapa, Eyang?"
"Pemilik tanah datang kesini?"
Riri menggeleng cepat. "Utusannya yang kesini."
"Dan kamu terima lamarannya?"
Riri menggeleng sekali lagi.
"Apa kamu akan menerima lamarannya?"
Riri diam menu
"Bu, bapak sudah buku mulut nih." Bapak menunjuk mulutnya yang terbuka lebar, tanda minta disuapin lagi. Ibu menurutinya sambil menahan malu dilihat pasien lain. Ya, bapak masuk ruang bangsal perawatan yang diisi 8 orang. "Bapak ini. Malu ah, sudah tua." "Ya, nggak papa toh," jawab bapak sambil mengunyah makanannya. Setelah dioperasi dua hari lalu, bapak tidak bisa makan-makanan keras dan dua hari ini meskipun tidak bisa bergerak bebas, hanya bisa duduk dan tiduran terus. Bapak semakin manja ke ibu. Awalnya ibu mengira bapak sengaja melakukan itu di depan bapaknya Radith, ternyata dugaan ibu salah. Alhasil beginilah sekarang, Menyuapi suaminya dengan tontonan banyak keluarga pasien, bahkan sesekali ada anak muda yang bersiul menggoda mereka berdua. Riri masuk ruang bangsal dan menggaruk kepalanya
"Luca benar-benar menjengkelkan!" gerutu Laki sambil konsentrasi menyetir mobil. Ia terpaksa menuruti permintaan Luca mengenai makanan gara-gara kalah taruhan. Setelah puas bertemu dengan Rosaline, Luca menemuinya dan bertaruh mengenai sepak bola yang diadakan siaran langsung di ibukota, mereka bertaruh di tengah pertandingan berlangsung. Tentu saja dirinya kalah dan menuruti perkataan Luca untuk makan steak ala Jawa. Untung saja Laki punya teman yang membuka restaurant steak di tengah kota dengan budget minim, sekalian aja kerjain Luca. Tiba-tiba Laki menghentikan mobilnya ke pinggir ketika melihat orang yang dikenalnya berdiri di pinggir jalan dengan wajah lesu di tengah hujan. Laki keluar dari mobilnya dengan payung, ia melihat Riri berdiri bengong di pinggir jalan mengabaikan hujan dan tatapan orang-orang. Iamenghampiri R
Laki menghentikan mobil di pinggir jalan dekat hutan, arah ke rumah untuk makan bersama fast food yang sudah dipesannya. Laki dan Riri sepakat tidak turun di tempat masuk desa supaya tidak menimbulkan curiga warga desa."Jadi kamu akan menolak lamaran keduanya?" tanya Laki sambil makan burger."Ya. Itu keputusan akhirku.""Kenapa?""Seorang perempuan yang mendapatkan masalah, bukan berarti pernikahan jalan keluarnya. Kecuali untuk kasus tertentu sih." Jawab Riri sambil menyeruput colanya. "Akukan tidak hamil," tambahnya.Laki tertawa.Riri jadi ikutan tertawa. "Benar bukan?""Benar sih, pernikahan bukan akhir jawaban dari masalah." Dan seharusnya Rosaline beserta keluarganya mendengar jawaban ini. Tambah Laki dalam hati."Biar bagaimanapun aku masih berusia 15 tahun, masih banyak yang harus aku lakukan dari sekedar menjadi istri.""Istri dari orang kaya tidak ma
KriiiiingLaki dan Riri terkejut. Mereka berdua sama-sama menatap sumber suara yang ternyata handphone Laki. "Alarm." Kata Laki sambil mematikan alarm handphone."Memang sudah jam berapa?" tanya Riri."Jam 5 sore." Laki menunjukan layar handphone."Gawat, aku harus pulang!" Riri dengan cepat menghabiskan burger sambil melepas jasket Laki yang sudah basah sebagian karena menutup dirinya."Kamu baik-baik saja pulang dalam keadaaan basah? Nanti keluarga kamu tanya bagaimana?""Ya, aku bilang kehujanan. Kan memang benar toh," cuek Riri.Laki menghela napas kecewa. Niatnya ingin jalan sampai ke rumah Riri dengan alasan mengantar rumah."Oh, ya. Terima kasih atas traktiran dan tumpangannya ya. Aku tidak tahu harus bagaimana kalau tidak ada kamu.""Sama-sama." Laki menunjukan senyum terbaiknya."Kapan-kapan datanglah ke rumahku biar aku bisa membalas kebaikan hatimu dengan memasak, gini-gini masakanku enak lho," aj
Luca duduk di sebelah Rosaline yang melamun di gazebo taman. "Kamu ternyata disini, kenapa duduk disini?"Rosaline menoleh pelan ke Luca. "Kamu sendiri kenapa disini?""Akhirnya kamu menjawab, jadi kegilaan kamu sudah berakhir?" seringai Luca sambil bermain dan mencium rambutnya."Jadi kamu tahu tentang itu semua?" "Orang lain bisa kamu tipu tapi aku dan Laki tidak bisa ditipu, kami sudah bertemu orang seperti kamu di luar sana," kata Luca."Tapi tidak ada orang semenyedihkan aku. Menikah dengan orang yang tidak aku cintai hanya untuk menutupi suamiku yang kabur demi wanita lain." Rosaline menatap kosong taman, mengingat masa lalu menyenangkan sekaligus menyedihkan.Luca tergelitik ingin mengatakan kalau Rosaline sendirilah yang menyebabkan suaminya kabur. Biar bagaimanapun suami sebelumnya tidak pernah menyukai Rosaline dan keluarganya yang sangat mengagungkan kekayaan dan kekuasaan. "Semua orang pasti punya jawaban sendiri dalam men
Laki baru saja turun dari mobil ketika salah satu bawahan lari menghampirinya dengan panik sekaligus memberikan surat tuntutan dari orang-orang perusahaan konstruksi. Laki meremas surat itu dan membuang ke segala arah. Desa yang dimaksud dalam surat itu adalah desa Riri, apa yang sudah dilakukan warga tempat Riri berasal? Selama ini Laki sudah menuruti permintaan mereka. Pembangunan jalan dan jembatan untuk warga desa meskipun Laki tahu semata itu demi keinginan mereka. Laki akui dengan pembangunan itu, perekonomian warga desa maju pesat dan upeti yang masukpun jauh lebih tinggi dari sebelumnya tapi, bukan berarti mereka dengan seenaknya bersikap seperti ini. "Berikan ini pada Luca!" Ujar Laki sambil memberikan bungkusan kepada salah satu staff yang kebetulan lewat. Laki berjalan cepat menuju kantor tanpa menunjukan emosi, dia melihat para tetua sudah duduk mengelilingi meja masing-masing dengan intercom di tengahnya. "Bagaimana ini bisa t
Riri sudah memikirkannya semalam, dia memang harus menemukan bukti bahwa bapak tidak bersalah. Sebelum ke sawah, ia menemui kakek Radith dan hasilnya mengejutkan. Pihak pemilik tanah tidak berani menentukan pilihan dan hanya ingin bertemu dengan bapak. Tentu saja kepala desa dan semua warga tidak setuju, mereka tidak mau mengambil resiko kembali. Sudah cukup bapak Riri dipukul babak belur seperti itu. Hari minggu dan jam sudah menunjukan jam 7 pagi. Beberapa warga sudah jalan ke kebun dan sawah untuk memastikan hasil panen mereka. Bahkan warga pun berbaik hati membantu menjaga merawat kebun keluarga Riri dan karena tidak mau merepotkan warga lebih dari ini, Riri serta neneknya memutuskan membawa pulang Ciki untuk dirawat sampai bapak kembali. Riri takut pekerjaan mereka terganggu karena keusilan Ciki. Riri benar-bener berterima kasih dengan kekompakan warga desa, ia harus membalas kebaikan semua orang. Riri melihat Hida lari memakai baju training olah r
Di tempat parkir Cfd.Laki yang tidak peduli tatapan aneh orang-orang karena menarik istrinya di depan umum, langsung mendorong Rosaline ke pintu penumpang belakang mobil. "Apa-apaan sih kamu!""Kamu yang apa-apaan!" sengit Rosaline"Anak itu tidak sengaja menabrakku! Kamu ngapain ribut kayak orang gila gitu!""Kamu memang sudah menganggapku gila!" balas Rosaline tidak terima.Luca yang berdiri di belakang Laki tidak melakukan apapun, dia tidak berani ikut campur urusan rumah tangga orang lain.Laki mendorong mundur Rosaline hingga terjepit di antara mobil dan dirinya. "Kamu pikir, saya tidak tahu- selama ini kamu diam-diam mengambil uang saya untuk menambah koleksi perhiasan kamu? uang pengobatan yang selama ini saya berikan ke salah satu asisten kamu, kamu gunakan sebagian untuk menutup mulut dokter dan sebagian lagi kamu larikan ke rekening kamu?"Rosaline menatap terkejut Laki, begitu juga dengan Luca."Da... da..."