Union Pub and Club, itulah nama tempat yang sedang dikunjungi Sellena untuk bersenang-senang pada malam hari ini. Sellena sudah lama menjadi langganan tempat ini, tepatnya sejak dirinya mulai hobi mengunjungi diskotek dan merasakan ingar-bingar dunia gemerlap. Sellena melakukan semua itu hanya untuk bersenang-senang dan melupakan beban hidupnya yang terasa berat.
Sellena meneguk minuman beralkohol di tangannya. Suasana Union Pub and Club masih tergolong sepi, padahal hari ini adalah hari Sabtu. Sellena merasa begitu kesepian dan memutuskan untuk meraih ponselnya. Sellena menekan nomor ponsel seseorang sambil tersenyum sinis.
Di seberang sana, ponsel Alexa berdering. Alexa berpikir kalau Danish meneleponnya, namun ternyata panggilan tersebut berasal dari nomor tidak dikenal. Alexa mengernyitkan dahinya dan sengaja mengabaikan panggilan te
Jantung Alexa berdebar sangat kencang. Di hadapannya sudah ada beberapa gelas minuman beralkohol. Alexa seolah bisa membaca rencana jahat Sellena sebentar lagi. Alexa benar-benar merutuki kebodohannya hari ini. Alexa tidak seharusnya melakukan semua ini. Alexa memejamkan kedua matanya sebentar. Alexa ingat perkataan Danish di Chicken Ranger beberapa hari yang lalu.“You should take care of yourself. Sebentar lagi usia loe sudah 17 tahun. Loe harus bisa membedakan mana yang baik dan buruk,” kata Alexa dalam hatinya. Perkataan Danish terus terbayang dalam benak Alexa. Alexa takut kalau Danish akan marah padanya jika mengetahui perbuatan bodoh Alexa. Namun, Alexa tidak mau kalau Sellena menganggapnya lemah. Alexa membalas tatapan sinis Sellena.“Apa tujuan loe mengundang gue ke sini?” tanya Ale
Danish sudah mencoba menghubungi Alexa berkali-kali, namun Alexa selalu mengabaikan panggilannya. Hal tersebut membuat Danish sangat panik sekarang. Di manakah Alexa berada? Suara Alexa terdengar begitu menghawatirkan. Danish yakin kalau firasatnya tidak salah. Alexa benar-benar butuh bantuannya sekarang. Danish melangkahkan kakinya untuk kembali menemui teman-temannya. Theo, Garry, dan Mike seolah dapat membaca wajah kusut Danish sekarang. Mereka menatap Danish heran.“Lio, apa yang terjadi? Muka loe kusut kayak habis ketemu kochenglanak,” kata Theo.“Ah, jangan-jangan loe habis dimarahi Pak Damar, ya? Makanya, loe jangan suka bolos kalau shooting,” kata Garry. Garry, Theo, dan Mike malah tertawa dan tidak memahami situasi genting yang dialami Danish sekarang. Danish menatap ketiga sahabatn
Alexa masih memiliki sedikit kesadaran. Alexa bisa menghirup aroma parfum Danish di setiap tarikan napasnya. Awalnya, Alexa berpikir semua ini hanya halusinasi, tetapi aroma parfum Danish benar-benar meyakinkannya sekarang. Danish telah datang menolongnya. Alexa samar-samar kembali mendegar suara Danish.“Alexa? What happened? Loe kenapa?” tanya Danish.“Kak Danish, you’re the cutest man in the world! Don’t leave me!” seru Alexa. Danish mengernyitkan dahinya. Sepertinya Alexa dalam keadaan mabuk berat sehingga kesadaran dan ingatannya terganggu. Alexa pasti akan berbicara di luar kesadarannya sekarang.“Ra? You’re so drunk! Dasar bodoh! Loe masih kecil, bisa-bisanya loe minum alkohol,” kata Danish.“Kak Danish, don’t leave me! Aku sangat ketakutan. I’m so scared
Danish berjalan kembali menuju mobilnya untuk menjemput Alexa. Danish menggendong Alexa dengan susah payah hingga sampai di depan kamar 413. Alexa dapat merasakan dekapan hangat Danish dan wajah tampan Danish, walau penghilatan Alexa sedikit kabur.“Kak Danish! Kak Danish ganteng banget hari ini,” kata Alexa. Alexa memeluk Danish dengan sangat erat. Danish kaget bukan main.“Ra, apa yang loe lakukan? Ngapain loe peluk-peluk gue segala!” seru Danish.“I don’t care! Aku gak peduli. Aku mau peluk Kak Danish karena Kak Danish ganteng banget sekarang,” kata Alexa.“Ra! Stop it!” seru Danish. Alexa tidak menghiraukan Danish. Alexa melepaskan pelukannya, lalu mencubit kedua pipi Danish karena gemas. Danish semakin kehabisan kata-katanya.&
Rule number 7:“Danish Adelio adalah seorang pahlawan” Matahari sudah tinggi dan Alexa membuka kedua matanya perlahan. Alexa sudah tidak dalam kondisi mabuk berat dan kesadarannya sudah kembali. Alexa mengucek-ngucek kedua matanya dan memegang kepalanya yang masih sedikit terasa pening. Alexa sadar kalau dirinya tidak sedang berada dalam kamarnya. Alexa berusaha mengingat kejadian semalam, namun sepertinya Alexa gagal. Alexa nyaris tidak mampu mengingatnya.“Oh, my head hurts so bad!” seru Alexa. Alexa memijat kepalanya perlahan dan duduk di tempat tidurnya. Sementara itu, Danish baru saja selesai mandi pagi. Danish serta-merta keluar dari dalam kamar mandi dengan kondisi tubuh dan rambut yang masih cukup basah. D
Danish menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Alexa. Kemeja kebesaran Danish nampak membuat penampilan Alexa terkesan lebih imut-imut. Alexa benar-benar berterima kasih kepada Danish karena rela meminjamkan kemejanya, walaupun itu adalah kemeja yang Danish pakai hari sebelumnya dan disimpan di dalam mobilnya, serta berterima kasih karena Danish mengantarkannya pulang. Alexa hendak membuka sabuk pengaman yang dikenakannya, namun Danish menahannya.“Ra, ingat kata gue! You should take care of yourself. Loe harus bisa membedakan hal yang baik dan buruk. Loe sudah harus bersikap dewasa,” kata Danish. Alexa tersenyum tipis. Alexa berpamitan kepada Danish dan mengucapkan terima kasih sekali lagi.“Ra, nanti gue urus mobil loe supaya bisa dikembalikan ke sini,” kata Danish.“Oh, iya! Aku baru ingat mobilku,” kata Alexa.&nb
Alexa berangkat sekolah di hari Senin yang cerah dengan penuh semangat. Tidak lupa, Alexa membawa sepatu hak tinggi miliknya dalam sebuah tas jinjing bening. Belle menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, buat apa kamu bawa sepatu hak tinggi? Kamu mau pake untuk upacara?” tanya Belle.“Ih, sembarangan kamu! Aku mengejar mimpiku!” seru Alexa. Belle jadi teringat ekstrakurikuler modelling yang pernah diikuti Alexa selama 2 pertemuan saja. Belle langsung menertawakan Alexa.“Ra, kamu mau ikut ekstrakurikuler modelling lagi? Astaga! Dulu saja kamu cuma ikut 2 pertemuan,” kata Belle.“Ih, sembarangan kamu! Kali ini aku bertekad engga akan pernah bolos lagi,” kata Alexa.“Ah, kamu! Paling nanti baru seminggu juga langsung bolos lagi,” kata Belle. 
Alexa masih merasa sangat kesal karena tidak dapat kembali bergabung dalam ekstrakurikuler modelling. Alexa ingin sekali menyerah rasanya, namun wajah Sellena kembali terbayang dalam ingatannya. Sellena pasti akan semakin menyombongkan dirinya nanti. Alexa tetap bertekad untuk bisa mengalahkan popularitas Sellena. Menurut catatan Alexa, cara lain untuk menjadi terkenal adalah menjadi seorang aktris. Alexa ingat betul kalau ada ekstrakurikuler teater di sekolahnya dan hal ini patut untuk dicoba. Alexa bertekad untuk mengikuti seleksi ekstrakurikuler teater sepulang sekolah hari ini. Bel pulang sekolah berbunyi. Alexa sudah tidak sabar untuk pergi ke auditorium tempat diadakannya ekstrakurikuler tersebut. Alexa melirik jam tangannya dan membereskan barang-barangnya, namun Kayla bertanya kepadanya.“Ra, kamu mau ke man
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera