Langit sore yang begitu cerah. Hujan sama sekali tidak mengguyur Kota Jakarta pada sore hari ini. Alexa memilih untuk menghabiskan sore harinya untuk pergi membeli aneka camilan dan es lemon ke pasar bersama Kayla dan Belle. Setelah itu, ketiganya memutuskan untuk bersantai di ruang tengah rumah Alexa sambil menonton televisi. Sejak tadi, Alexa sibuk untuk mencari acara televisi yang menarik sambil minum segelas es lemon yang menyegarkan.
“Alexa, kamu cari acara apa, sih? Pindah channel saja terus!” seru Kayla.
“Ah, berisik! Aku lagi cari acara televisi yang menarik dan engga membosankan,” kata Alexa.
“Kalau begitu, coba kamu pilih channel nomor satu! Pasti di situ sekarang lagi tayang gosip seputar selebriti!” seru Belle.
Alexa hampir saja melempar remote televisi yang dipengangnya karena kesal mendengar ucapan Belle. Alexa la
Mike sedang menatap layar ponselnya. Pikirannya jauh melayang tidak tentu arah. Mike sedang memikirkan seorang wanita yang sudah lama dirindukan dan diimpikannya. Wanita tersebut mungkin merupakan cinta pertama Mike.Wanita tersebut telah beberapa kali sengaja menelepon Mike, tetapi Mike mengabaikan panggilan teleponnya. Wanita tersebut juga telah beberapa kali sengaja mengirimkan pesan singkat Whatsapp kepada Mike. Awalnya, Mike masih berusaha untuk mengabaikannya, tetapi lambat laun Mike mulai memberanikan diri untuk membalas pesannya. Mike telah berusaha membuka hatinya untuk wanita lain, tetapi hal tersebut sangat sulit untuk dilakukannya. Mike memutuskan untuk menyalakan sebatang rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam, sebelum pikirannya menjadi semakin kacau. Sementara itu, Reina datan menghampiri Mike.“Mike Alvaro! Lama kita engga ketemu!” seru Reina dengan ceria.&ldquo
Alexa sedang pura-pura sibuk memainkan ponselnya, walau sebenarnya sejak tadi dirinya sibuk mencuri-curi pandang ke arah Danish. Alexa harus mengakui bahwa Danish selalu saja terlihat tampan setiap harinya dan tidak pernah membuat Alexa gagal untuk jatuh hati kepada Danish. Sementara itu, Pak Damar menghampiri Alexa secara tiba-tiba sambil memberikan sekotak bekal makan siang kepada Alexa.“Alexa, coba kamu kasih ini ke Danish, deh! Bilang saja ini dari kamu sebagai wujud perhatian kamu,” kata Pak Damar.“Hah? Apa, Pak? Kenapa harus saya? Saya lagi engga-“ Alexa tidak mampu melanjutkan kalimatnya.“Engga apa? Ayo, Alexa! Walau kamu sebenarnya sama Danish hanya biasa-biasa saja, tapi ini yang dinamakan profesionalitas dunia hiburan,” kata Pak Damar. Alexa hanya menghela napasnya dan mengangguk pelan. Alexa mengambil kotak bekal makan siang tersebut dari t
Danish masih melayangkan seluruh pandangannya ke seluruh penjuru untuk mencari sosok Mike. Danish tidak mungkin salah orang. Sosok yang baru saja tidak sengaja bertabrakan sangat mirip dengan Mike.“Mike! Buat apa loe ada di sini?” tanya Danish dalam hatinya. Danish masih menyimpan banyak dendamnya kepada Mike setelah pertengkaran itu. Danish sangat tidak ingin melihat Mike ada di sekitarnya. Danish kembali melayangkan pandangannya, tetapi tetap tidak berhasil menemukan sosok Mike.“Mungkin gue salah orang kali, ya!” seru Danish pelan. Danish menyadari ponselnya masih terus berdering. Nama Pak Damar masih muncul di layar ponsel Danish. Danish memutuskan untuk pergi menuju ke tempat yang sepi dan mengangkat panggilan telepon dari Pak Damar dengan ogah-ogahan. Di sebarang sana, terdengar suara Pak Dama
Ponsel Danish berdering dengan sangat kencang di pagi hari. Dering ponsel tersebut tentunya sangat mengganggu Danish yang sedang tertidur. Danish membuka kedua matanya dengan sangat terpaksa sambil mengucapkan banyak sumpah serapah. Danish melihat nama Frey muncul di layar ponselnya dan sudah banyak panggilan tidak terjawab sebelumnya. Danish ingat seharusnya hari ini tidak ada jadwal shooting atau pekerjaan lainnya, tetapi Frey meneleponnya berkali-kali seperti ini. Frey tidak mungkin menelepon Danish tanpa alasan. Danish mengangkat telepon tersebut dengan sangat malas.“Halo, Frey! Kenapa, sih? Hari ini itu hari libur gue, jangan ganggu!” seru Danish angkuh.“Danish Adelio! Di mana loe? Cepat loe ke lobi apartemen sekarang! Banyak wartawan yang sudah menunggu loe di sana,” kata Frey panik.
Nada bicara Frey kembali terdengar meninggi. Tatapan Frey terlihat semakin mengerikan. Sementara itu, sebuah notifikasi Whatsapp dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Danish. Danish meminta izin untuk membukanya sejenak dan kaget dengan hal yang dilihatnya. Sekali lagi, Frey kembali berteriak kepada Danish.“Danish Adelio, tolong beri penjelasan sekarang!” seru Frey. Frey menunjukkan foto dan video yang berisi peristiwa Danish berpelukan dan berciuman dengan Reina di lantai dansa kemarin malam. Foto dan video tersebut tampak jelas memperlihatkan wajah Danish. Foto dan video tersebut sama persis dengan foto dan video yang dikirim oleh nomor tidak dikenal ke ponsel Danish.“Frey, gue bi-“ Danish belum sempat menyelesaikan penjelasannya. Frey langsung melayangkan tinjunya tepat ke wajah Danish hingga
Semua teka teki telah terjawab. Alexa kembali berpikir semua ini hanya mimpi buruk, tetapi sayangnya semua ini merupakan kenyataan pahit yang harus diterimanya. Danish Adelio memang tidak pernah ditakdirkan untuknya. Danish Adelio memang sudah ditakdirkan untuk menjadi milik orang lain. Sementara itu, Alexa masih berusaha untuk tegar dalam mendengarkan perkataan Reina.“Kalian semua tahu bagaimana aku dan Danish saling mencintai? Kalau kalian belum tahu, ini buktinya!” seru Reina. Reina berjalan mendekat kepada Danish dan nekat menciumnya. Semua wartawan mulai kembali berkomentar dan sibuk mengambil foto Reina berciuman dengan Danish. Hati Alexa seketika itu juga langsung remuk dan hancur. Alexa melihat Danish berciuman dengan orang lain di hadapannya. Semua ini adalah kenyataan, bukan semata-mata demi kebutuhan akting
Alexa sedang membereskan barang-barang di kamarnya dan tiba-tiba kedua matanya tertuju kepada kertas resolusinya yang berada dinding di dekat meja belajarnya. Alexa berjalan mendekat dan meraih kertas tersebut. Alexa membacanya sekali lagi dan seketika itu juga air mata langsung menetes dan membasahi kedua pipinya. Ingatannya melayang sempurna kepada Danish dan kejadian waktu itu. Alexa memejamkan kedua matanya sejenak dan wajah Danish terbayang dengan sempurna dalam benaknya. Alexa masih ingat saat terakhir berbicara dengan Danish. Alexa masih ingat kata-kata Danish waktu itu.“Mungkin ini sudah saatnya gue menghilang dari kehidupan loe, Ra! It’s better than being weird like this again. Gue minta maaf untuk semua ini!” seru Danish. Kata-kata tersebut memang diucapkan Danish setelah Alexa menampar pipi D
Danish kembali meneguk minuman beralkoholnya di sebuah klub malam. Danish sengaja mematikan ponselnya dan tidak membiarkan orang lain mengganggunya. Untungnya, suasana klub malam cukup sepi, sehingga Danish tidak perlu repot-repot menyamar. Lagi pula, Danish sudah bersikap acuh dan masa bodoh sekarang. Danish mulai tidak peduli jika ada paparazi yang memotretnya secara diam-diam. Danish menghela napasnya, lalu kembali menuangkan sedikit minuman beralkohol kembali ke gelasnya, lalu meminumnya sampai habis. Danish tidak peduli sama sekali jika dirinya minum terlalu banyak pada malam hari ini. Danish hanya butuh sedikit menenangkan dirinya.Pikirannya masih terlalu kacau. Ingatannya melayang pada kenangannya saat terakhir kali bertemu Alexa. Danish kembali teringat kata-katanya yang mengisyaratkan dirinya akan pergi menjauh dari Alexa.“Mungkin ini sudah saatnya gue menghilang dari kehidupan l
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera