Semua teka teki telah terjawab. Alexa kembali berpikir semua ini hanya mimpi buruk, tetapi sayangnya semua ini merupakan kenyataan pahit yang harus diterimanya. Danish Adelio memang tidak pernah ditakdirkan untuknya. Danish Adelio memang sudah ditakdirkan untuk menjadi milik orang lain. Sementara itu, Alexa masih berusaha untuk tegar dalam mendengarkan perkataan Reina.
“Kalian semua tahu bagaimana aku dan Danish saling mencintai? Kalau kalian belum tahu, ini buktinya!” seru Reina.
Reina berjalan mendekat kepada Danish dan nekat menciumnya. Semua wartawan mulai kembali berkomentar dan sibuk mengambil foto Reina berciuman dengan Danish.
Hati Alexa seketika itu juga langsung remuk dan hancur. Alexa melihat Danish berciuman dengan orang lain di hadapannya. Semua ini adalah kenyataan, bukan semata-mata demi kebutuhan akting
Alexa sedang membereskan barang-barang di kamarnya dan tiba-tiba kedua matanya tertuju kepada kertas resolusinya yang berada dinding di dekat meja belajarnya. Alexa berjalan mendekat dan meraih kertas tersebut. Alexa membacanya sekali lagi dan seketika itu juga air mata langsung menetes dan membasahi kedua pipinya. Ingatannya melayang sempurna kepada Danish dan kejadian waktu itu. Alexa memejamkan kedua matanya sejenak dan wajah Danish terbayang dengan sempurna dalam benaknya. Alexa masih ingat saat terakhir berbicara dengan Danish. Alexa masih ingat kata-kata Danish waktu itu.“Mungkin ini sudah saatnya gue menghilang dari kehidupan loe, Ra! It’s better than being weird like this again. Gue minta maaf untuk semua ini!” seru Danish. Kata-kata tersebut memang diucapkan Danish setelah Alexa menampar pipi D
Danish kembali meneguk minuman beralkoholnya di sebuah klub malam. Danish sengaja mematikan ponselnya dan tidak membiarkan orang lain mengganggunya. Untungnya, suasana klub malam cukup sepi, sehingga Danish tidak perlu repot-repot menyamar. Lagi pula, Danish sudah bersikap acuh dan masa bodoh sekarang. Danish mulai tidak peduli jika ada paparazi yang memotretnya secara diam-diam. Danish menghela napasnya, lalu kembali menuangkan sedikit minuman beralkohol kembali ke gelasnya, lalu meminumnya sampai habis. Danish tidak peduli sama sekali jika dirinya minum terlalu banyak pada malam hari ini. Danish hanya butuh sedikit menenangkan dirinya.Pikirannya masih terlalu kacau. Ingatannya melayang pada kenangannya saat terakhir kali bertemu Alexa. Danish kembali teringat kata-katanya yang mengisyaratkan dirinya akan pergi menjauh dari Alexa.“Mungkin ini sudah saatnya gue menghilang dari kehidupan l
Danish masih tidak percaya dengan semua ini. Mike benar-benar tega melakukan semua ini. Selama ini, kecurigaan Danish terhadap Mike akhirnya terbukti. Mike memang bukan lagi sahabat yang baik, melainkan musuh dalam selimut yang harus dihindari. Danish menggelengkan kepalanya dan langsung berteriak dengan nada tinggi kepada Mike.“Mike, ini apa? Sumpah, loe adalah manusia paling jahat yang pernah gue kenal! Gue benci sama loe!” seru Danish. Danish langsung melayangkan tinjunya secara bertubi-tubi kepada Mike. Mike hanya tertawa sinis, seolah-olah tawanya bermaksud untuk menghina Danish. Danish semakin tidak terima. Danish kembali melayangkan tinjunya kepada Mike. Mike memilih untuk kembali tertawa sinis.“Ini doang perlawanan loe? Dasar lemah!” seru Mike. Mike langsung ikut melayangkan tinjunya ke waj
Hari ini adalah hari libur sekolah. Alexa sebenarnya ingin sekali memanfaatkan hari libur ini untuk tidur sepuas-puasnya, tetapi Belle dan Kayla terus memaksa Alexa untuk ikut pergi ke pusat perbelanjaan. Alexa memang merasa sangat lelah dan malas, tetapi akhirnya ikut pergi dengan terpaksa. Sekarang, Alexa lebih memilih untuk diam dibandingkan mengobrol dengan Kayla dan Belle. Sementara itu, Kayla dan Belle sedang berdebat tentang makanan yang mau dipesannya.“Aku mau makan pizza pokoknya! Kamu harus ikut, dong!” seru Kayla.“Aku lagi bosan makan pizza. Jangan pesan pizza! Aku mau pesan yang lain! Mana menunya?” tanya Belle. Belle langsung merebut buku menu restoran tersebut secara paksa hingga membuat Kayla kesal. Belle tidak peduli dengan wajah Kayla yang berubah menjadi marah dan kesal. Sementara itu, Belle menatap Alexa kemudian bertanya kep
Alexa sedang menatap layar ponselnya, lalu kembali menggelengkan kepalanya. Alexa ingin sekali berteriak dan marah karena seluruh komentar negatif yang masih terus menyerangnya di media sosial. Semua orang selalu menuduh Danish berselingkuh dengan Alexa, walau sudah memiliki kekasih. Semua orang seperti menyalahkan Alexa. Alexa merasa semakin lelah untuk menghadapi semua ini. Alexa menghela napasnya, lalu memutuskan untuk menutup ponselnya. Alexa berdiri dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya ke jendela kamarnya. Hujan memang sedang tidak mengguyur Kota Jakarta. Langit terlihat cukup cerah dengan adanya bintang-bintang yang menghiasi langit. Alexa menganggap dirinya akan menjadi salah satu dari bintang tersebut, tetapi kenyataannya sangat sulit. Alexa tidak mampu menjadi bintang yang bercahaya, melainkan telah menjadi bintang yang
Alexa masih mampu mengingat dengan sempurna kejadian malam hari itu. Alexa masih ingat pertemuannya dengan Frey, pembicaraannya, hingga ungkapan pamit yang telah Alexa ucapkan. Itulah pertemuan terakhir Alexa dengan Frey. Setelah itu, Alexa menganggap semua karier dan mimpinya sebagai seorang aktris telah benar-benar berakhir. Alexa harus kembali mengubur semua mimpi dan harapannya untuk dapat terus menjadi seorang aktris yang terkenal. Mungkin semua ini bukan takdir Alexa. Alexa sempat merasa kesal dengan dirinya sendiri yang pernah memiliki mimpi untuk menjadi seorang aktris terkenal. Nyatanya, semua itu tidak cocok untuk Alexa. Alexa berpikir hanya Danish Adelio yang pantas untuk menjadi seorang aktor dan model terkenal. Kini, Alexa masih sibuk untuk kembali menata hidupnya yang memang masih berantakan. Hidupnya masih dianggap beranta
Alexa sedang sibuk membereskan barang-barangnya dan tiba-tiba kedua matanya tertuju kepada sebuah undangan pesta ulang tahun. Alexa menggeleng pelan, lalu memutuskan untuk menyimpan undangan tersebut ke dalam tas. Sementara itu, Bu Siti datang dan langsung memanggil nama Alexa dengan sangat kencang.“Alexa! Alexandra! Murid Bu Siti yang paling pintar dan berprestasi. Selamat, ya!” seru Bu Siti. Lamunan Alexa terhenti. Alexa merasa kaget dan agak sedikit tersentak. Alexa mengalihkan pandangannya dan melihat Bu Siti yang sedang tersenyum lebar.“Bu Siti, saya kaget!” seru Alexa pelan.“Kaget? Kamu kebanyakan melamun, sih! Kamu melamun tentang Danish Adelio, ya?” tanya Bu Siti. Alexa ingin menghela napasnya, seolah-olah Bu Siti sudah mengetahui isi hati dan pikirannya sekarang. Alexa
Alexa menutup pintu kamarnya rapat-rapat dan menyandarkan tubuhnya di pintu kamarnya. Alexa baru pulang menjelang malam hari. Belle dan Kayla terlalu bersemangat untuk berkeliling seluruh sudut di pusat perbelanjaan. Tujuannya adalah untuk membuat Alexa kembali tersenyum dan bahagia. Namun, usaha kedua sahabatnya belum berhasil. Alexa masih saja terus memikirkan Danish dan belum mampu merasa bahagia. Alexa hanya merasa semakin lelah karena harus berjalan kaki sangat jauh. Alexa melemparkan tas sekolahnya secara asal ke atas tempat tidurnya. Alexa meraih ponselnya dan ikut merebahkan dirinya di tempat tidur. Alexa mengecek seluruh notifikasi yang masuk. Lagi-lagi, Alexa merasa begitu bodoh karena masih saja menunggu sebuah notifikasi dari Danish. Alexa membuka akun