Alexa sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ulangan Matematika besok saat ponselnya berdering. Alexa terpaksa menghentikan kegiatan belajarnya sejenak dan meraih ponselnya. Alexa kaget saat melihat nama Frey muncul di layar ponselnya.
“Kak Frey? Tumben Kak Frey telepon aku,” gumam Alexa pelan.
Alexa segera mengangkat panggilan telepon tersebut. Beberapa sat kemudian, terdengar suara Frey di seberang telepon sana.
“Halo, Alexa! Kamu lagi ada di mana?” tanya Frey.
“Aku di rumah, Kak. Lagi belajar. Hari ini memang engga ada jadwal shooting, kan?” tanya Alexa.
Alexa langsung berusaha membuka memori dalam otaknya dan berusaha untuk mengingat seluruh jadwal shooting dan pekerjaan lainnya yang harus diselesaikan. Alexa takut kalau dirinya memiliki jadwal shooting
Danish baru saja memarkir mobilnya di basement apartemennya. Danish mematikan mesin mobilnya dan kembali mengamati wajahnya. Danish menggelengkan kepalanya. Rasanya, sangat tidak mungkin untuk berjalan menyusuri lobi, lift, dan koridor apartemen dengan kondisi yang mengenaskan seperti ini. Danish mencari sebuah topi dan kacamata hitam di bangku penumpang baris belakang. Sementara itu, Danish menyadari kalau ponselnya berdering lagi. Nama Alexa kembali muncul di layar ponsel Danish. Danish menggelengkan kepalanya dan memilih untuk kembali mengabaikan panggilan tersebut. Rasanya sangat malas untuk berbicara dengan Alexa sekarang.“Alexa, loe jangan ganggu gue!” seru Danish dalam hatinya. Danish memutuskan untuk langsung mengenakan kacamata hitam dan topinya agar orang-orang di sekitar tidak mengenalinya
Ponsel Danish masih terus berdering. Nama Reina Aria berkali-kali muncul di layar ponsel Danish. Rasa penasaran semakin menghantui hati dan pikiran Alexa. Tidak salah lagi, nama Reina Aria adalah nama yang sama dengan nama yang tertulis pada cincin yang pernah dilihatnya di kamar Danish. Alexa ingin sekali mengangkat panggilan telepon tersebut. Alexa tidak peduli jika Danish akan marah besar padanya. Baginya, sangat penting untuk menghilangkan rasa penasarannya sekarang. Alexa berusaha untuk meraih ponsel Danish, tetapi tangan kekar Danish langsung menepis lengan Alexa dengan kasar. Alexa menunduk ketakutan. Alexa berusaha untuk mencari alasan untuk menyelamatkan dirinya sekarang.“Siapa yang suruh loe angkat telepon di ponsel gue?” tanya Danish kasar.
Danish masih berdiri mematung di hadapan Ibu Barbara dan Reina. Danish benar-benar tidak menyangka keduanya akan datang malam ini. Semula, Danish tidak terlalu menanggapi dengan serius pembicaraannya dengan Reina di telepon. Danish masih menganggap Reina hanya bercanda. Keduanya menatap Danish lurus. Sementara itu, Danish masih tidak mampu menatap Ibu Barbara dan Reina. Danish masih berusaha untuk mengatur semua perasaannya. Setelah merasa cukup tenang, Danish berdeham dan berani untuk memulai percakapannya.“Mom, Reina? Aku engga menyangka kalian akan datang malam ini,” kata Danish pelan. Danish mengalihkan pandangannya kepada Reina. Reina berusaha untuk tersenyum manis di depan Danish.“Memangnya kenapa, Lio? Apa perlu Ibu harus selalu memberitahu kamu setiap kali Ibu mau ke sini? Rasanya tidak
Danish sedang sibuk membereskan barang-barangnya. Beberapa hari ini rasanya merupakan hari-hari paling lelah yang dialami oleh Danish. Danish baru ingat saat beberapa hari yang lalu, ketika Ibu Barbara dan Reina baru tiba di Indonesia dan langsung datang menghampiri Danish di apartemennya. Danish ingat saat dirinya terpaksa pergi dan membanting pintu sebagai aksi protesnya. Danish pun masih ingat saat dirinya baru kembali ke apartemennya tengah malam, saat memastikan Reina dan Ibu Barbara sudah tidak ada di sana. Danish juga ingat saat beberapa hari ini Reina dan Ibu Barbara seperti terus menghantuinya. Setiap kali Danish pulang, Ibu Barbara pasti menelepon dan kerap mengajak Reina untuk pergi ke apartemen Danish. Semuanya terasa begitu menyebalkan. Danish sadar bahwa selama ini dirinya sama sekali tidak mencintai Reina. Semua hal terseb
Tangan Danish masih tidak sengaja menyentuh tangan Alexa untuk mengambil sepasang sumpit yang sama. Kedua mata Danish dan Alexa masih bertemu. Keduanya saling berpandangan. Sementara itu, Alexa yang tidak ingin benteng pertahanannya semakin runtuh memilih untuk menarik tangannya secara cepat dan meminta maaf kepada Danish.“Maaf, Kak Danish. Aku engga maksud,” kata Alexa. Danish memilih untuk diam dan tidak membalas ucapan Alexa. Alexa hanya mampu melihat Danish sedikit menggelengkan kepalanya, lalu memutuskan untuk mulai memasak beberapa potong daging. Alexa berusaha mengendalikan jantungnya yang mulai berdebar semakin kencang dengan meminum jus jeruk yang tersaji di hadapannya. Alexa kembali merasa kacau saat mendengar Danish kembali berbicara kepadanya.“Nih, loe mau makan?” tanya Danish. Danish m
Danish baru saja menghentikan langkahnya di depan pintu unit apartemennya. Danish sangat kaget melihat Ibu Barbara sudah menunggunya di depan pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.“Mom, ada perlu apa? Ini sudah malam,” kata Danish. Danish melirik jam tangannya dan bermaksud untuk mengalihkan topik pembicaraan, walau sebenarnya Danish sudah melihat kemarahan dari sorot kedua mata Ibu Barbara. Ibu Barbara hanya menggelengkan kepalanya sambil masih melipat kedua tangannya di depan dadanya.“Lio, dari mana saja kamu? Kamu engga lihat ini jam berapa?” tanya Ibu Barbara dengan nada tinggi.“Mom, aku bukan anak kecil lagi! Biasanya juga aku pulang larut malam, bahkan pernah aku pulang subuh. Engga ada yang mempermasalahkan semua itu,” kata Danish angkuh.
Langit sore yang begitu cerah. Hujan sama sekali tidak mengguyur Kota Jakarta pada sore hari ini. Alexa memilih untuk menghabiskan sore harinya untuk pergi membeli aneka camilan dan es lemon ke pasar bersama Kayla dan Belle. Setelah itu, ketiganya memutuskan untuk bersantai di ruang tengah rumah Alexa sambil menonton televisi. Sejak tadi, Alexa sibuk untuk mencari acara televisi yang menarik sambil minum segelas es lemon yang menyegarkan.“Alexa, kamu cari acara apa, sih? Pindah channel saja terus!” seru Kayla.“Ah, berisik! Aku lagi cari acara televisi yang menarik dan engga membosankan,” kata Alexa.“Kalau begitu, coba kamu pilih channel nomor satu! Pasti di situ sekarang lagi tayang gosip seputar selebriti!” seru Belle. Alexa hampir saja melempar remote televisi yang dipengangnya karena kesal mendengar ucapan Belle. Alexa la
Mike sedang menatap layar ponselnya. Pikirannya jauh melayang tidak tentu arah. Mike sedang memikirkan seorang wanita yang sudah lama dirindukan dan diimpikannya. Wanita tersebut mungkin merupakan cinta pertama Mike.Wanita tersebut telah beberapa kali sengaja menelepon Mike, tetapi Mike mengabaikan panggilan teleponnya. Wanita tersebut juga telah beberapa kali sengaja mengirimkan pesan singkat Whatsapp kepada Mike. Awalnya, Mike masih berusaha untuk mengabaikannya, tetapi lambat laun Mike mulai memberanikan diri untuk membalas pesannya. Mike telah berusaha membuka hatinya untuk wanita lain, tetapi hal tersebut sangat sulit untuk dilakukannya. Mike memutuskan untuk menyalakan sebatang rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam, sebelum pikirannya menjadi semakin kacau. Sementara itu, Reina datan menghampiri Mike.“Mike Alvaro! Lama kita engga ketemu!” seru Reina dengan ceria.&ldquo