Alexa berjalan menyusuri koridor di sekolahnya sambil berusaha melupakan kejadian semalam. Semalam, Alexa tidak menyangka kalau dirinya akan menginap di apartemen Danish. Semalam, Alexa juga tidak menyangka bahwa dirinya akan menemukan cincin bertuliskan nama Reina Aria di kamar tidur Danish. Alexa masih belum dapat menemukan jawaban apa pun tentang Reina Aria sampai detik ini.
“Siapa Reina Aria? Ah, lupakan! Lupakan!” Alexa menjitak kepalanya pelan.
Semakin Alexa ingin melupakan Reina Aria, Alexa semakin sulit untuk melupakannya. Nama Reina Aria dan seluruh teka teki tentangnya juga tentang Danish terus terbayang dalam benak Alexa sepanjang perjalanan menuju kelasnya. Setelah sampai di depan kelasnya, Alexa menghentikan langkahnya sejenak dan membuat sebuah afirmasi untuk dirinya.
“Lupakan! Lupakan! Lupakan! Anggap semalam engga melihat apa-apa di sana,” kata Alexa.
<Danish masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap pergi shooting pada hari ini. Sesampainya di dalam kamarnya, Danish tersenyum saat melihat tempat tidurnya yang sudah rapi. Alexa memang tampak begitu telaten dalam mengerjakan segala sesuatu. Hal tersebut terbukti dengan posisi bantal dan guling yang sudah tertata begitu rapi, serta bedcover yang juga sudah dirapikan menutupi seluruh permukaan tempat tidur Danish. Danish tersenyum. Semula, Danish berpikir Alexa akan balas dendam padanya dengan cara tidak merapikan tempat tidurnya dengan maksud sengaja membuat Danish kesal dan kewalahan. Namun, Alexa malah melakukan sebaliknya. Danish melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya. Kedua matanya tertuju kepada kotak yang terletak di atas nakas samping tempat tidurnya. Jantung Danish seketika itu juga langsung berde
Danish menyandarkan tubuhnya di sofa. Danish merasa sangat lelah, seperti habis berlari mengelilingi lapangan sepak bola. Danish membuka kacamata hitamnya. Sementara itu, Frey malah sibuk memilih-milih hadiah pemberian para penggemar Danish.“Ini bagus! Eh, yang ini juga bagus! Gue pilih yang mana, ya? Lio, menurut loe lebih bagus yang mana?” tanya Frey. Frey sedang bingung memilih antara jam tangan kulit berwarna cokelat dengan jam tangan kulit berwarna hitam di hadapannya. Frey memandangi kedua jam tangan tersebut dengan mata berbinar. Tidak lama kemudian, pandangan Frey beralih kepada beberapa batang cokelat yang terlihat sangat lezat.“Lio, cokelat ini juga kelihatannya enak banget, ya! Menurut loe ini beneran enak engga?” tanya Frey. Danish melirik Frey dengan tatapan sangat malas. Danish terpak
Danish melirik jam tangannya. Proses shooting berlangsung lebih lama dari biasanya hari ini karena Sellena banyak bersikap rewel. Selain itu, shooting juga terpaksa dimulai terlambat karena ulah Frey dan Pak Damar yang sibuk berebut hadiah pemberian para penggemar Danish. Sungguh, Danish menganggap keduanya seperti anak kecil yang berebut permen. Danish membereskan barang-barangnya. Sekarang, sudah saatnya untuk pulang. Danish sudah memikirkan rasanya mandi air hangat dan minum segelas cappuccino kesukaannya sambil santai menonton fim kesukannya di apartemennya. Tidak ada orang lain yang boleh mengganggunya pada malam hari ini. Danish juga mungkin akan nekat mematikan ponselnya untuk merasakan ketenangan pada malam hari ini. Namun, sepertinya semua hal tersebut hanya ada dalam mimpinya saja. Danish baru saja ak
Danish belum menghubungi Alexa lagi setelah Alexa menginap di apartemen Danish. Pesan terakhir dari Danish adalah ucapan terima kasih Danish kepada Alexa atas kebaikan Alexa, terutama karena Alexa masih mau membantu Danish dan sempat menyiapkan sarapan untuk Danish. Alexa memang sempat membalas pesan Danish, tetapi Danish tidak kunjung membalasnya kembali. Danish seolah-olah memilih diam dan tidak berkomunikasi dengan Alexa. Sebenarnya, Alexa begitu merindukan Danish. Alexa ingin sekali menghubungi Danish untuk menanyakan kabarnya, tetapi Alexa rasa dirinya tidak perlu melakukannya. Cukup dengan melihat Danish tampil di layar kaca, Alexa pasti sudah tahu bahwa kabar Danish baik-baik saja. Kini, waktu pulang sekolah telah tiba. Alexa kembali mengecek ponselnya sambil menggendong tas ranselnya. Alexa berharap akan mendapat notifikasi Whats
Rule number 11:“Alexa dilarang cemburu kepada seluruh penggemar Danish Adelio” Alexa merasa hari ini merupakan hari paling berantakan dalam hidupnya. Alexa merebahkan dirinya di tempat tidurnya. Rasanya lelah sekali. Alexa memejamkan kedua matanya sebentar dan berusaha untuk mengingat seluruh kejadian menyebalkan dan menyeramkan yang sempat terjadi hari ini. Alexa merasa kesal karena seseorang tega menabraknya dan menumpahkan minuman ke seragamnya. Alexa merasa ketakutan dan marah saat mobilnya dipenuhi oleh bunga rampai dan spanduk. Perasaan Alexa juga sangat campur aduk saat menerima paket berisi boneka kochenglanak seram. Sungguh, semuanya sangat terjadi di luar dugaan Alexa. Ponsel Alexa tiba-t
Danish sedang duduk di hadapan sebuah layar televisi besar bersama Pak Damar dan Frey. Frey menunjukkan beberapa video iklan terbaru Danish Adelio. Danish kerap membintangi beberapa iklan, terutama iklan produk perawatan tubuh pria. Para klien menganggap Danish Adelio adalah bintang iklan yang sangat tampan dan gagah sehingga sangat cocok membintangi iklan produk perawatan tubuh pria. Para klien yakin Danish mampu mendongkrak penjualan produknya. Setelah menyaksikan beberapa video iklan, Frey dan Pak Damar bertepuk tangan meriah sambil menatap Danish. Sementara itu, Danish hanya tersenyum tipis sambil ikut bertepuk tangan. Danish sebenarnya merasa senang atas seluruh pencapaiannya sekarang, tetapi sebenarnya Danish juga merasa sangat lelah. Danish memutuskan untuk mengangkat tangannya dan mengutarakan isi hatinya kepada Frey.“Frey, gue sudah melakukan semua yang loe mau. Boleh gue minta sesuatu?&
Alarm Danish berbunyi nyaring. Danish meraihnya dan mematikannya dengan ogah-ogahan. Rasa lelah masih menyelimutinya. Hari liburnya kemarin berasa bukan hari libur. Seluruh rencana Danish yang telah disiapkan secara matang berakhir kacau dan berantakan. Danish membuka kedua matanya perlahan-lahan. Hari masih cukup pagi dan Kota Jakarta terlihat cukup mendung. Waktu yang cocok untuk kembali tidur hingga matahari menyinari langit. Danish memutuskan untuk kembali tidur hingga suara dering ponselnya terpaksa kembali membangunkannya. Danish kembali membuka kedua matanya dengan malas. Nama Frey muncul di layar ponsel Danish. Danish menolak panggilan dari Frey, tetapi Frey nekat kembali meneleponnya berkali-kali. Akhirnya, Danish mengangkat panggilan tersebut dengan sangat terpaksa. Danish mendengar suara Frey berbicara dengan nada tinggi di se
Danish berusaha mengendalikan detak jatungnya yang berdetak sangat kencang. Danish merasa sangat gugup hari ini. Biasanya, Danish tidak pernah gugup dan selalu merasa rileks setiap akan melaksanakan fan meeting. Namun, kenangan buruknya tentang acara konferensi pers terakhirnya yang berakhir ricuh sungguh membuat Danish merasa trauma. Danish berjalan menuju panggung. Danish melihat para penggemarnya yang sudah sangat antusias untuk menyambut kehadirannya. Para penggemarnya langsung berteriak histeris dan bertepuk tangan meriah saat menyadari sang idola sudah berada di atas panggung. Danish menarik napasnya dan berusaha mengatakan kalimat positif untuk dirinya.“Gue pasti bisa! Please be nice!” seru Danish pelan. Danish kembali mengatur napasnya. Setelah memastikan kondisi cukup aman disertai penjagaan
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera