Beranda / Romansa / RANTAI CINTA MAFIA KEJAM / Kebenaran yang menghancurkan segalanya

Share

Kebenaran yang menghancurkan segalanya

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 15:41:55

Jia menatap surat itu lama, jemarinya gemetar meski ia berusaha tetap tenang. Surat itu membawa pesan lebih dari sekadar ancaman. Setiap kata terasa seperti pukulan yang mengingatkannya akan luka yang telah lama ia kubur.

Pikirannya melayang ke masa lalu yang ia coba lupakan—sosok ayahnya, keluarga yang ia tinggalkan, dan kebenaran yang selalu ia hindari.

Suara langkah kaki mendekat dari luar kamarnya. Jia dengan cepat menyembunyikan surat itu di balik bantal dan memasang ekspresi biasa. Pintu terbuka, dan Revandro muncul dengan ekspresi dingin, matanya tajam seolah bisa menembus apa yang disembunyikan Jia.

“Kau terlihat tegang,” katanya tanpa basa-basi.

“Tidak lebih dari biasanya,” jawab Jia dengan senyum tipis, meskipun ada ketegangan di suaranya.

Revandro mendekat, tangannya dengan santai meraih dagu Jia, mengangkatnya agar mata mereka bertemu. “Apa yang kau sembunyikan dariku?”

Jia tersenyum sinis. “Lucu, itu kalimat yang sama ingin kutanyakan padamu.”

Revandro tertawa kecil, teta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Rencana yang mulai terungkap

    Revandro memimpin langkah, menggenggam erat tangan Jia seolah dia adalah kompas terakhir yang akan membawanya ke tempat aman. Suara ledakan lain menggema, semakin mendekat, diikuti oleh gema langkah kaki yang tergesa-gesa. Para penjaga mansion berlarian dengan wajah tegang, tetapi tidak ada yang berani menghentikan Revandro.“Revandro, apa yang terjadi?” Jia bertanya, nadanya mencampur aduk antara rasa takut dan penasaran.Dia tidak menjawab. Sebaliknya, mereka berbelok tajam ke sebuah lorong gelap yang terlihat jarang digunakan. Jia memperhatikan dinding-dinding yang mulai berubah; bukan lagi batu mewah khas mansion, tetapi besi dingin dengan coretan yang tampak seperti kode.Saat mereka mencapai pintu logam besar, Revandro mengeluarkan sebuah kartu akses dari dalam jasnya. Tanpa bicara, dia menggesekkan kartu itu, dan pintu terbuka dengan bunyi mendesing.Jia tertegun ketika melihat apa yang ada di dalam. Ruang itu dipenuhi layar monitor, menampilkan berbagai gambar dari kamera keam

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Rasa takut dan ketertarikan

    Tubuh Jia terkulai di kursi kayu yang keras, napasnya tersengal-sengal. Kulitnya yang mulus kini dipenuhi luka dan lebam. Rasa sakit menusuk setiap inci tubuhnya, tetapi tatapan matanya tetap keras, meski pandangannya mulai kabur.Cambuk terakhir yang menghantam punggungnya tidak membuatnya berteriak. Sebaliknya, Jia hanya mendengus kecil, seolah mencemooh pria bertopeng yang berdiri di depannya."Kau pikir ini cukup untuk membuatku menyerah?" suaranya parau namun penuh determinasi, membuat si algojo tampak frustrasi."Lihat saja berapa lama kau bisa bertahan," balas pria itu dingin, mencambukkan tali kulit sekali lagi, meski kali ini tanpa energi.Sebelum pria itu bisa melanjutkan penyiksaannya, pintu besar di sudut ruangan berderit terbuka. Semua orang yang berada di ruangan itu langsung menegakkan tubuh, ekspresi mereka berubah ketakutan.Sosok seorang pria tinggi dengan jas hitam masuk dengan langkah tenang namun penuh wibawa. Wajahnya tidak asing bagi sebagian besar orang di ruan

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kepercayaan dari musuh

    Arvell membawa Jia kembali ke ranjang, dengan hati-hati menaruh tubuhnya yang ringkih ke atas permukaan lembut itu. Ia duduk di sampingnya, mengamati dengan seksama setiap gerakan Jia, seolah dia sedang berusaha membaca pikiran wanita itu.Jia yang merasa lemah hanya bisa memandangnya, matanya yang penuh kebingungan memandang pria yang sejak awal telah menolongnya, namun seakan juga menjerumuskannya ke dalam dunia yang lebih gelap. Tidak ada yang benar-benar bisa ia percayai sekarang. Hatinya kacau, dan meskipun tubuhnya sudah kelelahan, pikirannya terus berputar, mencari jawaban yang tidak pernah datang.Arvell menatapnya dengan tatapan yang sulit terbaca. "Apa yang kamu inginkan, Jia?" ujarnya dengan suara rendah, tapi penuh ketegasan. "Mengapa kamu melawan setiap hal yang aku lakukan untukmu?"Jia menarik napas, memaksakan dirinya untuk duduk lebih tegak meski tubuhnya terasa sangat lemah. Dengan suara serak yang sulit keluar, ia berusaha berkata, "Aku tidak tahu apa yang kau ingi

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Keraguan yang merusak segalanya

    Jia melangkah dengan hati yang gelisah, menapaki jalan yang semakin jauh dari Arvell dan semakin dekat dengan kenyataan yang harus ia hadapi. Perasaan campur aduk terus menghantui pikirannya, namun ada satu hal yang tak bisa ia pungkiri: entah bagaimana, ia tahu bahwa ia tidak bisa melarikan diri begitu saja.Semakin ia berjalan, semakin berat langkahnya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang semakin menumpuk di pundaknya. Tubuhnya lelah, namun lebih dari itu, hatinya terasa hampa. Ia merasa seolah sedang berjalan di antara dua dunia—satu yang penuh dengan kebebasan, dan satu yang penuh dengan pria bernama Revandro yang entah bagaimana bisa menariknya kembali.Ketika ia sampai di depan pintu mansion Revandro, ia berhenti sejenak. Sebuah napas berat keluar dari bibirnya, dan ia memejamkan matanya, mencoba merasakan keberanian yang sudah lama hilang. Akhirnya, tanpa banyak berpikir, ia mengetuk pintu besar yang membatasi dirinya dengan dunia luar, dunia yang sepertinya tak

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kegilaan Jia

    Malam itu, angin bertiup lembut, membawa aroma dingin yang menusuk ke dalam mansion besar milik Revandro. Suasana terasa sepi, hanya terdengar suara langkah kaki Jia yang menggema di lorong panjang saat ia berjalan menuju ruang tamu. Tidak ada cahaya yang menyinari jalanan di luar, kecuali lampu-lampu redup yang tergantung di sepanjang jalan masuk mansion. Keheningan ini terasa menekan, seolah-olah malam ini ada sesuatu yang akan terjadi—sesuatu yang tak bisa ia hindari.Jia berhenti di hadapan jendela besar yang menghadap ke halaman depan, matanya terfokus pada mobil hitam yang terparkir di sana. Beberapa saat lalu, ia mendengar suara mesin mobil yang mulai hidup, dan sekarang, mobil itu perlahan bergerak menuju pintu keluar mansion. Revandro.Revandro, pria yang telah lama mengikatnya dalam lingkaran tak berujung, pria yang selalu ia coba hindari, tapi selalu menariknya kembali dengan cara yang tak terduga. Malam ini, dia akan pergi. Jia tahu itu.Tanpa memberi kesempatan untuk ber

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Tekanan dan rahasia pewaris mafia

    PRANG! "Dad, apa kau sedang bercanda?" Ucap Jia dengan nada kesal, sesaat setelah mengetahui semua kartu kreditnya di bekukan oleh sang Ayah. Bahkan namanya di blacklist di beberapa tempat yang menjadi kekuasaan saya Ayah. Farold Hernso, menatap fokus layar komputer di depannya tanpa memedulikan Jia. Sejujurnya ia tak ingin melakukan hal itu pada Jia, tapi kelakuan Jia yang semena-mena membuat ia harus melakukannya demi membatasi pergerakan Jia. "Dad! Ayolah jangan mengacuhkanku, aku paham apa yang kulakukan kemarin salah. Tapi kau tahu, kan. Jika aku hanya ingin bebas, aku ingin hidup normal Dad!" Jelas Jia dengan penuh penekanan. Farold membuang nafas, ia pun melepas kacamatanya dan menatap Jia intens. Sebelum berkata, "Kau tahu apa yang barusan kau katakan Jia?" "Ya, aku tahu. Maksudku-" "Kau adalah anak seorang Mafia Jia, dan pemikiranmu sama sekali tidak bisa di wujudkan. Kita hidup dalam bahaya, tidak akan pernah tenang karena banyak musuh mengintai kita setiap saat. J

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Menolong orang yang salah

    Rahasia Jia telah terungkap, Jia tahu mulai hari ini tidak akan mudah. Daddynya pasti cepat atau lambat akan menyibukkannya dengan urusan organisasi, dan itu tidak boleh terjadi. Dengan memandang langit pada langit pada balkon kamarnya Jia berucap, "maaf Dad, tapi aku ingin bebas." Dan benar saja, malamnya Jia bersiap untuk kabur. Ia tahu, Daddynya sedang tidak berada di rumah, begitupun sang Mommy. Hanya ada beberapa penjaga, dan itu bukan masalah besar untuknya karena Daddynya meninggalkan kunci gerbang padanya. 'Maaf menghianati kepercayaanmu Dad.' Batin Jia yang saat ini telah keluar dari kediaman Hernso. Berdiam diri pada salah satu hotel kecil, menunggu makanan yang belum tiba. Memutuskan untuk mengecek secara langsung, Jia keluar dari kamarnya. Deg! "Apa yang terjadi–" "Tolong." Ucap pelan seorang Pria yang berdiri tepat di depan kamarnya, tapi bukan itu masalahnya. Tubuh Pria itu penuh dengan darah, sangat banyak hingga ia bisa melihat jejak sepanjang lorong darinya

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   1 Persen kejamnya Revandro

    Deg!Jia terpaku di tempatnya saat peluru melesat dari pistolnya, menembus bahu Pria di depannya. Revandro tertembak, darah mengucur keluar tapi Revandro tidak berekspresi apapun."BASTARD SIALAN, APA KAU SUDAH TIDAK WARAS?!" Maki Jia yang mendekati Revandro, mengecek kedalaman luka tembak di bahu Pria itu.Melupakan niat awalanya, Jia bangkit turun dari kasur dan mengambil kotak putih di samping pintu masuk. Yang ia yakini jika itu adalah kotak P3K, kemudian mengobati Revandro yang telah duduk di ujung kasur.Sepanjang Jia mengobati Revandro, ia menyadari tatapan Revandro padanya. Rasa tidak nyaman memang di rasakannya, tapi ia memilih untuk fokus pada kegiatannya. Bahkan membiarkan Pria itu mengelus kepalanya, entahlah. Ia tidak mengerti mengapa dirinya masih bisa berbaik hati mengobati luka Revandro lagi, padahal bukan kesalahannya jika Pria yang berstatus sebagai penculiknya ini terluka."Kau pandai mengobati." Ucap Revandro pada akhirnya membuka suara."Memang, dan itulah yang ku

Bab terbaru

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kegilaan Jia

    Malam itu, angin bertiup lembut, membawa aroma dingin yang menusuk ke dalam mansion besar milik Revandro. Suasana terasa sepi, hanya terdengar suara langkah kaki Jia yang menggema di lorong panjang saat ia berjalan menuju ruang tamu. Tidak ada cahaya yang menyinari jalanan di luar, kecuali lampu-lampu redup yang tergantung di sepanjang jalan masuk mansion. Keheningan ini terasa menekan, seolah-olah malam ini ada sesuatu yang akan terjadi—sesuatu yang tak bisa ia hindari.Jia berhenti di hadapan jendela besar yang menghadap ke halaman depan, matanya terfokus pada mobil hitam yang terparkir di sana. Beberapa saat lalu, ia mendengar suara mesin mobil yang mulai hidup, dan sekarang, mobil itu perlahan bergerak menuju pintu keluar mansion. Revandro.Revandro, pria yang telah lama mengikatnya dalam lingkaran tak berujung, pria yang selalu ia coba hindari, tapi selalu menariknya kembali dengan cara yang tak terduga. Malam ini, dia akan pergi. Jia tahu itu.Tanpa memberi kesempatan untuk ber

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Keraguan yang merusak segalanya

    Jia melangkah dengan hati yang gelisah, menapaki jalan yang semakin jauh dari Arvell dan semakin dekat dengan kenyataan yang harus ia hadapi. Perasaan campur aduk terus menghantui pikirannya, namun ada satu hal yang tak bisa ia pungkiri: entah bagaimana, ia tahu bahwa ia tidak bisa melarikan diri begitu saja.Semakin ia berjalan, semakin berat langkahnya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang semakin menumpuk di pundaknya. Tubuhnya lelah, namun lebih dari itu, hatinya terasa hampa. Ia merasa seolah sedang berjalan di antara dua dunia—satu yang penuh dengan kebebasan, dan satu yang penuh dengan pria bernama Revandro yang entah bagaimana bisa menariknya kembali.Ketika ia sampai di depan pintu mansion Revandro, ia berhenti sejenak. Sebuah napas berat keluar dari bibirnya, dan ia memejamkan matanya, mencoba merasakan keberanian yang sudah lama hilang. Akhirnya, tanpa banyak berpikir, ia mengetuk pintu besar yang membatasi dirinya dengan dunia luar, dunia yang sepertinya tak

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kepercayaan dari musuh

    Arvell membawa Jia kembali ke ranjang, dengan hati-hati menaruh tubuhnya yang ringkih ke atas permukaan lembut itu. Ia duduk di sampingnya, mengamati dengan seksama setiap gerakan Jia, seolah dia sedang berusaha membaca pikiran wanita itu.Jia yang merasa lemah hanya bisa memandangnya, matanya yang penuh kebingungan memandang pria yang sejak awal telah menolongnya, namun seakan juga menjerumuskannya ke dalam dunia yang lebih gelap. Tidak ada yang benar-benar bisa ia percayai sekarang. Hatinya kacau, dan meskipun tubuhnya sudah kelelahan, pikirannya terus berputar, mencari jawaban yang tidak pernah datang.Arvell menatapnya dengan tatapan yang sulit terbaca. "Apa yang kamu inginkan, Jia?" ujarnya dengan suara rendah, tapi penuh ketegasan. "Mengapa kamu melawan setiap hal yang aku lakukan untukmu?"Jia menarik napas, memaksakan dirinya untuk duduk lebih tegak meski tubuhnya terasa sangat lemah. Dengan suara serak yang sulit keluar, ia berusaha berkata, "Aku tidak tahu apa yang kau ingi

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Rasa takut dan ketertarikan

    Tubuh Jia terkulai di kursi kayu yang keras, napasnya tersengal-sengal. Kulitnya yang mulus kini dipenuhi luka dan lebam. Rasa sakit menusuk setiap inci tubuhnya, tetapi tatapan matanya tetap keras, meski pandangannya mulai kabur.Cambuk terakhir yang menghantam punggungnya tidak membuatnya berteriak. Sebaliknya, Jia hanya mendengus kecil, seolah mencemooh pria bertopeng yang berdiri di depannya."Kau pikir ini cukup untuk membuatku menyerah?" suaranya parau namun penuh determinasi, membuat si algojo tampak frustrasi."Lihat saja berapa lama kau bisa bertahan," balas pria itu dingin, mencambukkan tali kulit sekali lagi, meski kali ini tanpa energi.Sebelum pria itu bisa melanjutkan penyiksaannya, pintu besar di sudut ruangan berderit terbuka. Semua orang yang berada di ruangan itu langsung menegakkan tubuh, ekspresi mereka berubah ketakutan.Sosok seorang pria tinggi dengan jas hitam masuk dengan langkah tenang namun penuh wibawa. Wajahnya tidak asing bagi sebagian besar orang di ruan

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Rencana yang mulai terungkap

    Revandro memimpin langkah, menggenggam erat tangan Jia seolah dia adalah kompas terakhir yang akan membawanya ke tempat aman. Suara ledakan lain menggema, semakin mendekat, diikuti oleh gema langkah kaki yang tergesa-gesa. Para penjaga mansion berlarian dengan wajah tegang, tetapi tidak ada yang berani menghentikan Revandro.“Revandro, apa yang terjadi?” Jia bertanya, nadanya mencampur aduk antara rasa takut dan penasaran.Dia tidak menjawab. Sebaliknya, mereka berbelok tajam ke sebuah lorong gelap yang terlihat jarang digunakan. Jia memperhatikan dinding-dinding yang mulai berubah; bukan lagi batu mewah khas mansion, tetapi besi dingin dengan coretan yang tampak seperti kode.Saat mereka mencapai pintu logam besar, Revandro mengeluarkan sebuah kartu akses dari dalam jasnya. Tanpa bicara, dia menggesekkan kartu itu, dan pintu terbuka dengan bunyi mendesing.Jia tertegun ketika melihat apa yang ada di dalam. Ruang itu dipenuhi layar monitor, menampilkan berbagai gambar dari kamera keam

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kebenaran yang menghancurkan segalanya

    Jia menatap surat itu lama, jemarinya gemetar meski ia berusaha tetap tenang. Surat itu membawa pesan lebih dari sekadar ancaman. Setiap kata terasa seperti pukulan yang mengingatkannya akan luka yang telah lama ia kubur.Pikirannya melayang ke masa lalu yang ia coba lupakan—sosok ayahnya, keluarga yang ia tinggalkan, dan kebenaran yang selalu ia hindari.Suara langkah kaki mendekat dari luar kamarnya. Jia dengan cepat menyembunyikan surat itu di balik bantal dan memasang ekspresi biasa. Pintu terbuka, dan Revandro muncul dengan ekspresi dingin, matanya tajam seolah bisa menembus apa yang disembunyikan Jia.“Kau terlihat tegang,” katanya tanpa basa-basi.“Tidak lebih dari biasanya,” jawab Jia dengan senyum tipis, meskipun ada ketegangan di suaranya.Revandro mendekat, tangannya dengan santai meraih dagu Jia, mengangkatnya agar mata mereka bertemu. “Apa yang kau sembunyikan dariku?”Jia tersenyum sinis. “Lucu, itu kalimat yang sama ingin kutanyakan padamu.”Revandro tertawa kecil, teta

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Perimeter Barat diserang

    Jia menatap surat di tangannya, jari-jarinya gemetar halus meski wajahnya tampak mencoba mempertahankan ketenangan. Kalimat-kalimat pada surat itu sederhana, tetapi penuh ancaman yang tersembunyi di antara kata-kata halusnya. Surat itu berbicara tentang Jia, tentang masa lalunya, dan tentang sebuah rahasia yang selama ini tidak pernah dia ketahui.Dia mendongak, menatap Revandro yang berdiri bersandar pada meja, sikapnya tenang seperti biasa. Tapi mata pria itu, seperti lautan yang gelap dan dalam, menatapnya dengan intensitas yang tidak biasa. Jia menggenggam surat itu lebih erat, rasa frustrasi menjalari dirinya.“Apa artinya ini, Revandro?” tanyanya, suaranya rendah, tapi cukup tajam untuk membuat udara di ruangan itu terasa berat.“Artinya, kita sedang bermain dalam permainan yang lebih besar daripada yang kau sadari,” jawab Revandro dengan tenang, namun ada nada ancaman yang tidak terselubung di baliknya."Permainan apa?!" Jia melangkah maju, menabrak batas ruang pribadi Revandr

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Penghianat

    Jia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Revandro. Matanya mencari-cari tanda ketulusan di wajahnya, tetapi hanya menemukan ketegangan yang tidak biasa. Dia tahu Revandro serius, tetapi pertanyaannya adalah—seberapa jauh dia akan pergi demi melindunginya?"Bagaimanapun caranya?" Jia mengulangi, suaranya terdengar dingin. "Apa itu berarti membunuh lebih banyak orang lagi, Revandro?"Pria itu memutar kepalanya untuk menatapnya langsung. Matanya gelap, penuh dengan sesuatu yang sulit diuraikan. "Jika itu yang diperlukan, ya," jawabnya tanpa ragu.Jia menarik napas dalam, lalu memalingkan wajahnya ke jendela, melihat bayangan kota yang berlalu cepat. Dia tahu Revandro bukan orang biasa. Dia tahu pria itu hidup di dunia yang keras dan penuh darah, tetapi mendengarnya mengatakan hal itu dengan begitu tenang membuat dadanya sesak.“Bagaimana aku bisa percaya padamu?” Jia akhirnya bertanya, nadanya penuh dengan kebimbangan. “Setiap langkah yang kau ambil selalu menciptakan lebih banyak musuh.

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Bagaimanapun caranya

    Jia duduk diam di tempatnya, menatap cangkir di tangannya yang mulai mendingin. Kata-kata Revandro tadi terus terngiang di kepalanya, seperti sebuah melodi yang enggan berhenti. "Kau adalah seseorang yang kubutuhkan." Kalimat itu, meskipun terkesan sederhana, membawa makna yang lebih besar daripada yang ia ingin akui.Namun, pikirannya terusik oleh nama Sila. Wanita itu selalu menjadi teka-teki baginya—terlalu licik, terlalu pintar bermain peran, dan terlalu sering berada di orbit Revandro. Jia tahu bahwa Sila tidak hanya bekerja untuk Revandro, tapi ada sesuatu yang lebih rumit di antara mereka, sesuatu yang sulit diabaikan.Ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan masuk dengan ragu.“Nona Jia, Tuan Revandro meminta Anda untuk bersiap. Dia ingin Anda menemaninya malam ini.”Jia menatap pelayan itu dengan kening berkerut. “Malam ini? Ke mana?”“Maaf, saya tidak diberi tahu lebih banyak. Tapi dia meminta Anda mengenakan sesuatu yang formal.”Mata Jia menyipit. Fo

DMCA.com Protection Status