Share

Bab 97. Melembut

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 18:32:17

"Gama cucuku, ternyata benar kamu, Nak?" tanya Nenek saat Gama mengulurkan tangannya dan menyalami tangan beliau.

Diikuti dengan Zoya yang melakukan hal sama. Keduanya pun terduduk sedangkan Nenek nampak terharu melihat kedatangan mereka.

"Sinta, tolong ambilkan minum untuk mereka, Nak!" perintah Nenek pada menantunya.

"Tidak perlu repot-repot Nek, Bi! Kami sudah minum tadi. Nanti kalau haus biar Zoya yang ambil sendiri," tolak Zoya kemudian tersenyum pada keduanya.

Gama pun menoleh ke arah Zoya yang nampak canggung. Usapan tangan Gama membuat Zoya tersenyum dan membalasnya.

"Kami kesini berniat menjenguk Nenek. Maaf jika kami singgah tidak membawa buah tangan. Kesini memang tujuan utamanya karena ada urusan dan kebetulan, jadi sekalian mampir."

Gama menarik nafas dalam sebelum meneruskan lagi ucapannya. "Maaf juga jika mungkin Nenek mendengar keributan di luar tadi. Maaf Nek, bukan niat kami merusak suasana dan menambah pikiran Nenek."

"Tidak apa-apa, Nak! Nenek
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 98. Butuh Validasimu

    "Jangan sampai aku dengar Paman Bara membentak Nenek!" pesan Gama dengan tegas. Tatapan Gama juga mengisyaratkan akan ancaman andai Bara menyakiti Nenek. Zoya pun mengangguk membenarkan akan itu. Kali ini Zoya sangat setuju apalagi setelah melihat sikap Bara tadi yang sangat kasar. Bagaimana kalau Nenek yang diperlakukan seperti itu? Ya Tuhan... Zoya tak bisa membayangkan bagaimana dengan jantung nenek andai mendapatkan bentakan dari anaknya sendiri. "Bibi akan sampaikan ini," jawab Sinta. Mendengar jawaban dari Bibi justru membuat Zoya dan Gama mengerutkan kening. Itu tandanya memang Bara kasar pada Nenek, sedangkan yang nenek punya hanya tersisa satu anak. Jelas Gama pun harus mendampingi agar Bara tidak lagi melakukan itu pada Nenek, tapi bagaimana caranya? Sementara suaminya tidak bisa menjaga 24 jam di sana. Keduanya pun masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang entah. Mereka masih sama-sama kepikiran soal nenek. "Mas kamu ngerasa nggak kalau Nenek itu benar-b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 99. Trik Membuatmu Cemburu

    "Bau?" Gama mengerutkan keningnya lalu mencium tangannya sendiri. Sementara Zoya sudah melangkah pergi setelah pintu lift terbuka. "Astaga... " Gama menggelengkan kepala setelah sadar dengan apa yang sudah ia lakukan pada Sena tadi. Ya, dia baru ingat kalau tadi mengusap pipi Sena. "Sayang!" panggil Gama saat melihat Zoya yang hendak masuk ke dalam ruangannya. Alamat ngambek ini kalau tidak segera ditarik masuk ke dalam ruangan CEO. "Pak Gama," panggil Dito yang membuat Gama berdecak. Langkah Gama terhenti dengan tatapan tajam yang membuat Dito mengangkat alisnya. "Kalau mau bicara sama saya nanti! Saya mau urus istri dulu!" ujar Gama dengan tegas lalu segera menarik Zoya dan membawanya masuk ruangan. "Mas kamu ngapain tarik-tarik tangan aku? Tangan bau wanita lain juga!" Rupanya Zoya baru ingat akan itu. Jadi kesalnya sekarang. Tadi di rumah sakit dia lupa karena tertutup dengan masalah nenek. Alhasil cemburu yang telat ini membuat atasannya tak bisa langsung bek

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 100. Umpat Gama

    "Jangan macam-macam, Sayang!" ujar Gama dengan mendesis. Gama menatap Zoya dengan tegas. Namun Zoya tak hanya mengedikkan kedua pundaknya. Zoya melangkah menuju sofa setelah bisa melepaskan diri dari Gama. Dia menghempaskan tubuhnya di sana. Tak lama terdengar Gama melangkah mendekati dan Zoya diam memperhatikan. Gama pun duduk di sampingnya. Pria itu menoleh dan membalas tatapannya dengan lembut padahal jelas tadi terlihat sangat geregetan sekali. "Kenapa, Mas? Sanaan! Minimal cuci tangan kalau mau deket-deket aku!" kata Zoya lalu mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Malas sama Gama tapi apa yang dia katakan dilaksakan oleh pria itu. Gama pun segera beranjak dari sana kemudian melangkah menuju kamar mandi. Gama nurut sekali dengan perkataan sang istri. Zoya menghela nafas panjang melihat itu. Dia sendiri sebenarnya gemas sekali dengan Gama. Mungkin juga efek sedang datang bulan. Hawanya ingin makan orang saja. Gama keluar dengan wajah yang basah. Bukan hanya t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 101. Tetap Di Sini

    Kedua mata Zoya terbelalak saat melihat adanya Nindi di sana. Nindi itu teman seperjuangan. Masuk di tahun yang sama tapi beda divisi. Tidak terlalu dekat tapi kenal. Zoya pun beranjak dari sofa dan berdiri kemudian merapikan penampilannya. Dia menatap Nindi yang begitu memperhatikannya. "Zoya ngapain di sini? Kamu nggak kerja? Kok malah tidur?" cecar Nindi. Sementara Gama yang hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya. Pria itu menghela nafas berat saat sang istri ke gap oleh karyawan sendiri. Bisa-bisanya ketahuan. Sudah benar-benar tidur tapi Zoya malah gelisah terus. Mungkin karena tak nyaman, tapi jadi repot kalau begini urusannya. Gama bisa santai tapi tentunya Zoya tidak, Zoya jadi bingung bagaimana menjelaskannya. Gama pun diam saja tak membantu. Mungkin pria itu pun takut nantinya malah membuat Zoya tambah merajuk jika salah ucap. Apa lagi sejak tadi Zoya sedang sangat sensitif. "Aku ... Kepala aku pusing banget tadi Nin makanya aku numpang istirahat sama Pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 102. Jepit Di Sini

    Pintu ruangan dikunci oleh Gama. Pria itu pun berpesan pada Dito agar tidak menganggu karena ada urusan yang lebih penting dari pada apapun. "Mas kamu jangan aneh-aneh! Aku lagi ada tamu." "Tamunya suruh pulang!" sahut Gama santai tapi sukses membuat Zoya merengut. "Mana bisa? Tamunya aja baru datang tadi pagi. Katanya bakal nginep lima sampai tujuh hari. Makanya jangan gini dulu! Ini tamunya rombongan, Mas." Zoya hendak beranjak dari duduknya tetapi Gama tidak memperbolehkan. Gama menahan tubuh Zoya hingga tak leluasa untuk beranjak. Zoya duduk di atas pangkuan Gama yang sedang mode on. "Mas kamu itunya oh ya ampun... Udah ngajak perang begitu. Nggak sabar banget. Nanti aja kalau mau gemesin aku. Jangan sekarang!" "Nggak bisa! Aku udah sabarin dari tadi tapi kamunya gitu. Jangan salahkan aku, Sayang!" Gama mulai mencumbu Zoya. Namun yang menjadi sasaran bukan lagi bibir Zoya melainkan tengkuk Zoya yang seputih susu hingga rasanya tak sabar untuk meninggalkan jejak d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 103. Aagghh... Yess Baby

    Demi apa, Gama memang sangat meresahkan. Sudah dibuat keluar masih saja menginginkan. Mungkin karena belum masuk ke tempatnya jadi belum puas. Semua emosi dan gemas pria itu tadi benar-benar diluapkan saat ini. Gama membuka pakaian Zoya dan hanya menyisakan bagian bawah saja. Begitu pun dengan pria itu yang hanya menyisakan kemejanya saja yang sudah terbuka. Bergerak Gama di antara jepitan kedua gunung milik Zoya. "Aagghh... Yess Baby." Gama mengerang merasakan itu sedangkan Zoya memejamkan kedua mata setelah menatap takjub wajah Gama. Ya, Zoya selalu takjub melihat Gama yang sedang horny. Wajah pria itu semakin tampan dan menantang. Sangat maco sekali hingga membuat Zoya terkadang tak tahan jika mengabaikannya. "Jepitanmu Sayang. Kenyal sekali." Zoya menggelengkan kepala saat merasakan remasan Gama yang membuatnya semakin pusing saja. Sementara hanya Gama yang bisa melampiaskan sedangkan dia tidak bisa memuaskan hasrat yang datang ulah pria itu. Gama memang curang t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 104. Cantik

    Setelah Zoya masuk ke dalam sana untuk berganti pakaian. Ponsel Gama berdering. Dia segera meraihnya untuk melihat siapa yang menghubungi. "Kantor polisi," gumam Gama. Segera Gama menerima panggilan tersebut. Dalam hati Gama bertanya-tanya. Ada apa gerangan menghubungi? Apa Asisten Dito sibuk hingga pihak yang berwajib menghubungi ke nomornya? "Selamat siang." "Siang Pak, sebelumnya maaf jika kami menganggu Bapak. Kami dari pihak kepolisian ingin memberikan kabar untuk Bapak mengenai Saudara Zain yang saat ini sedang sakit. Kami sudah memindahkan Saudara Zain ke rumah sakit khusus dengan pengawasan dibawah naungan kepolisian." "Baik, terimakasih atas perhatiannya Pak. Saya juga terimakasih anda sudah mengabari. Mungkin besok atau lusa saya akan datang untuk menjenguk. Saya minta tolong untuk penjagaan jangan sampai lengah ya, Pak." "Baik, Pak Gama. Kalau begitu kami matikan panggilannya. Selamat siang." "Siang." Gama meletakkan kembali ponselnya kemudian menyandark

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 105. Posesif

    "Ini minumnya, Pak. Bapak kasihan sekali. Maafkan Pak Gama ya, Pak. Bapak sudah bekerja dengan baik untuk kami. Bulan ini Bapak akan mendapatkan bonus tambahan," ujar Zoya yang kemudian menyodorkan botol minum pada Dito. Gama tercengang mendengar itu. Bonus tambahan? Tanpa acc dulu dari pemilik perusahaan? Aish... Tentu saja itu membuat Gama pusing karena yang akan mengeluarkan dana itu dia sedangkan Gaji Dito itu besar. "Dia sudah menerima bonus setiap bulan, Sayang. Nggak usah! Jangan dimanja karena aku membayarnya sesuai apa yang ia kerjakan," sahut Gama tak terima. Sementara Asisten Dito masih diam menyimak. Asisten Dito terkejut dengan apa yang terjadi. Apalagi melihat Zoya datang tiba-tiba dan menyodorkan minum dengan sangat perhatian. Tidak cukup sampai di situ. Ternyata Gama pun menyusul dengan sangat tak terima akan apa yang Zoya lakukan. Ada apa dengan pasutri ini? "Ya tapi kamu nggak boleh semena-mena juga, Mas. Kasih hukuman itu ya kalau memang benar-benar sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 156. Yang Nggak Ada Kamunya

    "Sayang.... " "Keluar, Mas! Kamu tidak tuli 'kan?" tanya Zoya dengan sangat jengkel sekali. Rasanya ingin getok kapala Gama. Hawanya kok ya kesal. Tatapan mata Zoya tajam pada Gama yang memperhatikan dengan begitu intens. "Kenapa, Yank?" tanya Gama. "Keluar! Nggak ada apa-apa. Sana!" Zoya mendorong tubuh Gama yang tidak mau mendengarkan. Sewot sekali Zoya tetapi sayangnya Gama tidak mau menyerah. Gama tidak kunjung beranjak dari sana. Tidak mau juga pergi dari samping Zoya. Tidak mau sama sekali meninggalkan Zoya yang saat ini tengah merajuk. Mimpinya Zoya bangun, mereka akan melepaskan rindu. Namun sayangnya tidak begitu. Keduanya malah musuhan setelah Zoya sadar. "Jangan gini, Sayang! Aku di sini aja. Kamu kalau main tidur silahkan! Jangan banyak yang dipikirin biar kamu cepat sembuh. Kamu terlalu overthinking Sayang. Aku. temani ya." Gama mengusap kepala Zoya. Pria itu tidak sama sekali membiarkan Zoya sendirian. "Mas kamu tuh kenapa sich? Nggak ngerti banget tau

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 155. Kamu Berisik!

    Lama Dokter memeriksa sampai dimana ruangan itu kembali terbuka. Gama oun bergegas beranjak dari sana kemudian mendekati dokter tersebut. "Bagaimana dengan istri saya, Dok?" tanya Gama dengan wajah yang sangat khawatir sekali. Namun sebisa mungkin berpikir positif akan semua yang terjadi. Sudah cukup dia merutuki dirinya sendiri tadi. "Kondisinya sudah kembali stabil. Jangan dulu diajak bicara banyak dan juga jangan biarkan lama-lama berinteraksi karena masih dalam tahap pemulihan. Pasien masih harus banyak beristirahat." "Baik Dok. Apa saya sudah boleh masuk? Saya ingin bertemu, Dok." "Silahkan tapi pasien belum ingin bertemu. Kebetulan sudah kembali sadar dan mengatakan pada saya jika ingin lebih dulu sendiri. Jadi saya sarankan jangan dulu diganggu! Ini semua demi kesehatan pasien. Nanti jika sudah lebih baik lagi, Bapak bisa kembali menjenguk." Gama menghela nafas berat mendengar itu. Jadi tidak boleh dulu bertemu? Padahal ingin sekali dia menjelaskan dan memeluk Zoy

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 154. Sena Istrimu, Mas?

    "Aku tidak keberatan, Pah. Aku akan ikut kemana pun suamiku berada. Tidak usah memikirkan aku. Lagi pula Zoya sedang sakit, tidak mungkin aku bersenang-senang di saat dia sedang seperti ini." "Syukurlah, ya sudah kami pamit. Jaga dirimu baik-baik! Papah selalu merindukanmu, Nak." "Iya, Pah." Mereka pun pergi, Gama dan Sena masih di sana sampai ketiga keluarga mereka sudah tak lagi terlihat. Gama diam memperhatikan kemudian menoleh ke arah Asisten Dito yang terdiam si belakangnya. "Bawa pulang dan pasung dia!" DEG. "Kak!" Sena hendak meraih tangan Gama tetapi Asisten Dito lebih dulu menangkap tubuh wanita itu. "Baik, Tuan." "Lepaskan aku!" pinta Sena dengan wajah panik. "Kak aku tidak gila kenapa kamu memasungkku?" seru Sena menghentikan langkah Gama yang hendak masuk ke dalam. "Siapa bilang kamu tidak gila? Orang gila yang akan menyakiti tanpa berpikir panjang karena dia tidak punya otak!" sahut Gama kemudian masuk kembali ke ruangan Zoya sedangkan Sena kemba

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 153. Honeymoon

    "Oh tidak, aku hanya bertanya saja Kak. Hanya ingin tau. Tidak lebih," jawab Sena kemudian menoleh kembali ke arah Zoya. "Jangan terlalu lama memandang istriku!" ujar Gama memperingati. "Namanya Dito, sudah berapa kali kamu dibuat keluar olehnya? Senang?" tanya Gama membuat Sena kembali menoleh ke arahnya. "Kak aku... " "Kamu itu wanita gatal, Sena! Dengan siapapun kamu mau. Jangan lagi berharap denganku! Aku tidak akn sudi melakukan lebih untukmu! Berani kamu fitnah aku setelah akhirnya kamu hamil, maka jangan salahkan aku jika aku sendiri yang akan mematahkan lehermu!" Seolah sudah mengerti ujungnya, Gama sudah lebih dulu antisipasi. Dia tau jika Sena itu licik. Bisa jadi hamil dengan Dito lalu meminta tanggung jawab dengannya. "Kak aku tidak berpikiran sampai sana!" "Bagus! karena aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu! Jadi sebelum kamu berbuat curang, sudah lebih dulu aku lawan!" sahut Gama kemudian pintu terbuka dan masuklah Dito. "Maaf Tuan, aada kelua

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 152. Mau Aku Puaskan?

    "Ayo mandi! Pak Gama meminta kamu untuk datang ke rumah sakit." Dito mendekati Sena setelah panggilan dari atasannya dimatikan. Langkahnya membawa pada wanita itu yang bergelung selimut di lantai. Masih tanpa busana jika dilepas selimutnya. Dito pun membongkar selimut itu membuat tubuh Sena terguling sedikit menjauh. "Kamu ini!" pekik Sena tidak terima. "Tidak mungkin kamu ke rumah sakit dengan menggunakan selimut seperti ini, atau mau telanjang saja, hhm?" tanya Dito santai tapi dia bergerak membuka ikatan di kaki Sena dan membantu wanita itu untuk beranjak dari sana. "Mau apa?" tanya Sena dengan selidik. "Mau memandikan kamu," jawab Dito kemudian meraih lengan Sena agar segera masuk ke dalam kamar mandi. "Lepas! Aku bisa sendiri!" sentai Sena dengan suara bernada kesal. Sena benar-benar masih tidak terima karena semalam dia sempat dibuat tersiksa oleh Dito. "Aku nggak mau kamu siksa lagi! Aku tau di dalam sana pasti kamu akan kembali menyentuhku!" "Percaya di

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 151. Cairan Surgawi

    Sejenak Dito membiarkan dulu Sena menggatal dengan miliknya. Tak juga melepaskan tangannya yang kini masih menempel mengerjai Sena. "Buka Kak!" "Apanya?" tanya Dito yang kini menunduk memperhatikan Sena. Wanita itu sangat liar dan tatapannya sangat menggoda. Belum lagi lidahnya yang menjulur membuat Dito semakin ingin merasakannya. "Celananya." Dito tersenyum miring mendengar itu kemudian meraih pipi Sena dan mengapitnya hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. "Kamu minta milikku, kamu mengemis padaku hanya ingin dipuaskan oleh Kacung sepertiku? Sayangnya Kacung ini tidak suka denganmu. Wanita jahat yang tega menyakiti wanita lain. Kacung ini lebih suka dengan wanita baik-baik yang masih lugu, sekali pun kamu sangat menggoda imanku!" "Jangan sok jual mahal! Milikmu sudah berdiri dengan kencang." "Ya, aku sudah katakan tadi. Jika aku tergoda denganmu, tapi aku tidak akan menyentuhmu lebih dalam jika kamu belum mengakui kesalahanmu di depan keluar dan orang b

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 150. Masukkan dan Puaskan Aku!

    "Jangan!" Sena kembali melarang tetapi Dito membuat wanita itu semakin belingsatan dan tak bisa diam. Sena kewalahan merasakan gejolak yang menggebu meminta dituntaskan. Dito benar-benar gila malam ini. Sisi kalemnya tertutup karena Sena yang kurang ajar dan licik tentunya. Namun sebagai pria normal tentu dia merasakan tubuhnya bereaksi dengan sempurna. Hanya saja Dito mampu menahan dan terus saja dia mengerjai Sena. Tangan Dito bergerak semakin menyiksa dan lidahnya ikut serta memberikan sapuan di tubuh Sena yang membuat wanita itu semakin bergairah. "Ampun, Kacung!" "Panggil namaku dengan benar! Aku bukan kacungmu!" sahut Dito dengan suara mendesis pada Sena yang kini sudah tak lagi mengenakan apapun. Dito sempat terpanah kembali melihat bagian inti Sena yang mulus terurus. Sepertinya memang Sena merawatnya dengan baik sama seperti Sena merawat tubuhnya hingga terlihat seksi begini. "Aku nggak kuat! Sudah! Jangan buat aku... " "Apa? Sange? Kamu sange parah? M

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 149. Milikmu Sudah Basah

    "Kamu pikir aku perempuan gampangan?" sahut Sena tak terima dengan apa yang Dito katakan. "Bukannya seperti itu? Kamu gampang terpikat hanya karena paras yang tampan hingga membuat kamu menjadi gila dan menyakiti sesama wanita." "Tapi bukan kamu yang hanya kacung!" sahut Sena menciptakan seringai tipis di wajah Dito. Begini membuat penilaian Dito pada Sena bertambah semakin buruk saja. "Aku kacung tapi aku bukan kriminal seperti kamu! Sekarang waktunya mandi, sudah selesai makannya, Njing?" tanya Dito yang semakin membuat Sena marah. "Sialand kamu! Pergi kamu dari sini! Aku bukan binatang!" sentak Sena tidak terima. Tatapan wanita itu semakin tajam pada Dito yang tertawa melihat kemarahan Sena dengan mulut wanita itu yang kotor. "Ya kamu memang bukan binatang tapi kelakuan kamu sudah seperti binatang yang bisa mencabik sesamanya. Mandi sekarang!" Dito tidak minat walaupun Gama memberikannya kebebasan. Awalnya dia terpesona melihat Sena apalagi postur tubuh wanita itu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 148. Ampun Kak!

    "Akh! Ampun Kak!" teriak Sena setelah ikat pinggang Gama melingkar di kedua tangan wanita itu dan Gama menariknya hingga tangan Sena terasa sakit. Tak cukup sampai di situ, Gama pun menarik kedua kaki Sena dan mengikatnya dengan dasi yang ia kenakan hingga wanita itu tidak lagi bisa melakukan apapun. "Kamu pikir aku akan sudi menyentuhmu lebih dalam lagi, hmm? Menyentuhmu sama saja aku menyentuh seorang pembunuh. Najis!" ujar Gama dengan sinis. Tangan Gama mengalir kedua pipi Sena dan menariknya hingga wanita itu mendongak kesakitan. Kedua mata Sena pun basah dan menggeleng meminta dilepaskan. "Kak aku mohon, lepaskan aku! Ampun Kak." "Permohonanmu sudah terlambat Sena. Aku akan menyiksamu sebelum memasukkanmu ke dalam penjara. Kamu, tanganmu, dan otakmu, aku pastikan akan lumpuh!" Kedua mata Sena terbelalak mendengar itu. Gurat ketakutan semakin nyata terlihat. Sena kembali menggelengkan kepala dan mencoba memberontak. tetapi tidak bisa. Gama meraih selimut dan m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status