Kedua pasang bibir yang baru saja bertaut akhirnya terlepas juga. Kedua pasang manik dari masing-masing saling adu pandang. Beberapa detik ini taka da suara dari mereka. kecuali kedua pasang matayang berusaha menemukan makna dibalik semua.Alejandro memejamkan mata saat napas Zevanay menyapu wajahnya. indra penciumannya bekerja keras menikmati udara yang keluar dari mulut Zevanya. tak menyangka mereka bisa sedekat ini sekarang. Namun pertanyaan yang baru terlontar dari Alejandro tak mendapat jawaban. Apakah akhirnya mereka berdua harus berpisah kembali?Padahal keduanya sama-sama saling nyaman satu sma lain. Mereka tak sungkan untuk menunjukkan rasa cinta melalui berbagai sentuhan. Apa itu semua tak cukup bagi Zevanya? sehingga dia masih enggan menjawab pertanyaan Alejandro?Akhirnya setelah beberapa saat menunggu. Bibir Zevanya terbuka. Terciptalah suara dari rongga mulut dan pita suaranya.“Aku tak mengatakan bahwa tidak ada kesempatan lagi untukmu. Tetapi maaf karena aku memang ha
Setelah mengantar Zevanya sampai bandara. Alejandro mendapat panggilan.“Dia orang yang bekerja di perusahaan Papa, nak,” jelasnya. Kemudian jarinya menekan tombol dengan gambar telepon berwarna hijau.“Halo, Mikha,” sapa pria itu.“Oke, besok kita bertemu,” pungkasnya dengan menutup panggilan telepon.Matt memiringkan kepalanya. “Papa akan bertemu wanita lain?”Alejandro melangkahkan kakinya meninggalkan bandara. Dia harus sampai rumah dan menidurkan Matt, anaknya.Mansion yang dituju adalah mansion kedua orang tuanya. Bianca dan Ronald sudah tak sabar menyambut kedatangan anak dan cucunya yang seperti pinang dibelah dua itu. Karena memang semakin bertumbuhnya Matt, mereka berdua semakin mirip saja.Sesampainya di mansion. Di sana sudah ada Bianca dan Ronald. Mobil yang dikendarai Alejandro sudah sampai di depan pintu. Roanld yang tak sabar langsung menghampiri mobil. Di sana Alejandro sedang membukakan kuncian carseat Matthew. Alejandro berhasil menggendong Matt keluar dari mobil.N
“Lian! Kau yang benar saja! Jadi dari tadi Ale menghubungiku karena ini?” Zevanya shock mendengar kabar bahwa anaknya sakit dan sedang di rawat di rumah sakit. “Aku akan segera mengatur penerbanganku ke sana sekarang,” Zevanya memutuskan sambungan telepon.Ponsel yang masih ia genggam berdering kembali. “Ada apa lagi, Lian?”“Eem, penerbangannya jam berapa?” tanya Lian memastikan.“Sekarang, siang ini. Mungkin sore sudah sampai estimasi kotornya.” Wanita itu segera mematikan kembali sambungan telepon dari Lian.“Aduh hari ini kenapa aku sial sekali. Berita yang berada di media itu juga membuat public salah paham. Benar aku memang dilamar tapi aku menolak. Bukan menerimanya. Astaga!” pekiknya membanting setir mobil.“Matt juga sedang di rumah sakit sekarang. Mimpi apa aku semalam. Ya Tuhan,” Zevanya menyugar rambutnya kasar.Dia langsung pergi ke bandara. Tak pulang terlebih dahulu.Semenjak meninggalkan Matt dan Alejandro. Dia memang selalu membawa paspor ke mana pun dia pergi. Untuk
Sampai di mansion tepatnya di kamar Zevanya benar-benar mengamuk pada Alejandro dan Matt.“Kalian benar-benar!”BUGH!Suara hantaman itu berkali-kali mengenai Alejandro. “AMPUN YANG MULIA!” teriaknya kencang.Melihat Mama dan Papanya sedang kejar-kejaran, Matt hanya bisa tertawa di ranjang sampai terguling-guling. “AHAHAHHA!”“Kau tahu betapa panic dan takutnya aku di pesawat! Dasar tak punya hati!” teriak Zevanya yang masih mengejar Alejandro.“STOP! Ampun, sayang. aku akan menjelaskan. Jadi berhentilah. Kumohon,” pinta Alejandro memelas.Dengan penampilan aacak-acakan pria yang tak bisa menahan lelah jatuh tersungkur di lantai. Tak hanya Alejandro, Zevanay pun juga lelah. Napasnya naik turun.“Aduh, ha … ku ca … pek. Hahh …” keluh wanita itu.“Mah … kanya ku … bilang berhen … ti,” napas Alejandro tak kalah tersengal.“AHAHAH! Kalian itu lucu!” Matt masih tak bisa menahan tawa. Seperti melihat kucing dan anjing yang sedang bertarung.“Hey! Kau bocah kecil!” Zevvanya menangkap Matt ya
“Lepaskan! Jangan bilang ini bekas wanita itu. Ich …” Zevanya mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan.“Astaga, sayang. Apa aku terlihat sebegitu murahannya dimatamu?” kedua tangan Alejandro menyilang menutupi dadanya. Ekspresi pria itu memelas merasa dirinya sangat hina.Zevanya memukul lengan kekar Alejandro.BUGH“Katakan, memang ada urusan apa yang harus kita selesaikan? Sampai aku harus ke sini pula?” tanya Zevanya.Pria itu mulai mendekat lagi pada Zevanya. menempel bak lebah yang mengerubungi bunga untuk menyesap putiknya. “Kita akan fitting baju pengantin. Karena waktu sudah sangat mepet.”Coba tebak bagaimana mimik muka Zevanya? Yap, kaget!“Apa maksudmu waktu sudah mepet? Kau juga baru melamarku kemarin. waktu kita masih banyak. kau tak perlu berlebihan begitu, Ale. kita bisa jalani semua pelan-pelan,” papar Zevanya.Berbeda dengan Alejandro. Pria itu tak bisa menganggap enteng. Dia menegakkan badannya dan pandangannya fokus kedepan, serius.“Bagiku tidak, Anya. kita m
Zevanya mendekatkan wajahnya ditengah ceruk leherr Alejandro sambil berbisik, “Sabar, tunggu lusa datang,” godanya. Lalu pergi meninggalkan Alejandro yang masih dengan juniornya yang tegak menjulang.“SHIT!”***Hari pernikahan.Ini adalah momen yang dari dulu ditungu Zevanya. momen bahagia yang ia jalani bersama dengan orang yang dicintainya. Akhirnya cintanya berlabuh pada seseorang yang berasal dari masa lalunya.Orang yang membuatnya sakit sedalam samudra. Tetapi orang itu juga yang menyelamatkan sampai ke daratan. Memberi napas buatan sampai bisa merasakan Zevanya sadar dan mampu meraup oksigen sebanyak yang diperlukan paru-parunya.Cinta yang dikira hilang namun ternyata tersembunyi dibalik bebatuan besar. Meski begitu, cinta itu masih mampu tumbuh dengan baik sampai menghasilkan buah yang manis.Zevanya berdiri dengan balutan gaun putih. Rambutnya digelung dengan pernak penik mutiara yang tertutup veil. Tangannya perpangku pada lengan Hudson, Ayahnya. Sedangkan Matt menjadi bri
Meski setiap hari bertemu. Tak bisa menutupi dan mengganti masa-masa kerinduan selama bertahun-tahun lalu. Sungguh pasangan suami istri yang baru saja disatukan dalam ikatan pernikahan itu sangat mendamba satu sama lain.Manik mata mereka saling menyelami. Lirik kanan kiri dengan kompak. Sudut bibir mereka saling menarik pula ke sisi kanan dan kiri secara bersamaan.Zevanya ada di atas tubuh Alejandro yang sedang dalam posisi terbaring. Tangannya memegang pinggang ramping milik istrinya. Sedangkan Zevanya mendekatkan wajahnya dan menyatukan kening dengan milik suaminya.Mata saling terpejam menikmati hembusan napas. Tak lama tangan yang memegang pinggang itu menarik dan membawa wanitanya ke dalam kungkungan. Alejandro mengubah posisinya. Kini dia berada di atas tubuh Zevanya.Pria itu tak mengenakan baju, hanya celana setelan piyama tidurnya. Sedangkan Zevanya yang mengenakan pakaian tidur berbahan tipis dengan belahan dada rendah itu mampu membangunkan nafsu sang suami.Tangan Alejan
Pagi ini kedua pasangan suami istri itu dikejutkan oleh pukulan pintu yang dihantam berkali-kali.“Mama! Papa!” teriak anak kecil yang mencari keberadaan kedua orang tuanya.“Emh … Ale siapa yang dari tadi menggedor-gedor pintu begitu?” tanya Zevanya pada suaminya.Alejandro yang baru saja bangun karena istrinya itu masih mengumpulkan sukmanya. “Em? Ada apa, sayang?” pria itu malah bertanya balik.“Ish kau ini. Ada yang menggedor-gedor pintu,” ulang Zevanya.“Mama! Papa! Kenapa tak menjawab sih!” Matt yang berada dibalik pintu kesal.Kini kontan Zevanay dan Alejandro saling melempar pandangan satu sama lainnya. “ASTAGA! MATT!”Mereka berdua panik. Melihat keadaan mereka yang masih tanpa busana. “Ale, bajuku mana?” Zevanya mencari bajunya yang entah dilempar ke mana dengan suaminya itu.“Aku juga tak tahu. Celanaku yang semalam di mana?” Alejandro ganti kembali bertanya pada istrinya.“Mana kutahu. Kan kau yang semalam melemparnya. Makanya jangan asal main lempar sembarangan! Aduh!” g
Hari yang ditunggu kedua pasangan yang paling bahagia hari ini pun akhirnya datang juga. Ini adalah hari di mana Lian dan Anastasia mengikrarkan janji suci dalam ikatan pernikahan.Wanita cantik itu dibalut gaun putih dan wedding veil menjuntai, terlihat sangat elegan. Dia berjalan dengan anggun menuju altar. Sedangkan Lian menunggu dengan haru melihat kecantikan wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya.Mereka berudua pun akhirnya mengucap janji suci yang mengandung makna sangat dalam. Lian menyematkan cincin dijari manis Anastasia dan begitu pula sebaliknya.“Silakan kedua mempelai berciuman sebagai tanda bahwa pernikahan kalian telah resmi menjadi seasang suami istri.”Lian membuka veil yang menutup wajah istrinya. Menatap keindahan Anastasia dengan penuh haru. Akhirnya Lian mengecup mesra sang istri. Anastasia menyambut lumatan lembut Lian. sorak riuh keluarga, sahabat dan para tamu menjadikan kebahagiaan kedua pasangan itu menjadi lengkap.“Selamat Ana!” pelukan hangat dari Zev
Zevanya senang, karena dia mendapat jawaban sebelum bertanya lebih jauh ada wanita yang ada di depannya saat ini. Mungkin karena mereka sama-sama wanita. Zevanya tahu banyak dan mengerti gelagat dari Valerie saat dia menyebut nama pria yang menjadi sahabat karib suaminya.Karena ini baru pertama kali bertemu. Seperti biasa, layaknya orang-orang pada umumnya untuk menanyakan hal-hal ringan untuk berbasa-basi.Itu juga tujuan Zevanya gar bisa lebih dekat dengan Valerie. Bisa jadi mereka akan menjadi sahabat. Smaa seperti hubungannya dengan Anastasia.Tanpa sungkan, Zevanya to the point. “Val, apa kau ada pria yang disuka? Atau sekarang sedang menjalin hubungan dengan pria?”Valerie mengangguk pelan. Tetapi dengan wajah sedih.“Ooh, maaf aku terlalu ikut campur ya dan blak-blakan ya. kalau kau tak nyaman tak perlu kau jawab juga tak apa, Val.” Semenjak kehamilan yang kedua ini memang Zevanya lebih atraktif dan blak-blakan. Tapi dia akan segera menyesali setelahnya.“Tak masalah, Zevanya.
Dua bulan berlalu dengan kisah senang dan bahagia. Namun ini ujian bagi kedua pasangan aling romantis dan bucin. Siapa lagi kalau bukan Alejandro dan Zevanya. Mengapa begitu? Karena sudah hampir 3 bulan ini pria itu tersiksa.“Uweck! Uweck! Haah …” wajah pucat pasi Alejandro mengenaskan.Bukan karena sakit, tapi inilah masa-masa morning sickness yang bisa menyerang kapan saja. Zevanya yang sedang menikmati makanan, mendengar suaminya muntah-muntah jadi lari menghampiri Alejandro.“Astaga, sayang! Ya ampun. Kau tak apa?” Zevanya memeluk suaminya yang sedang dalam kondisi lemas di lantai. Dia kehabisan tenaga karena selalu mual dan muntah.Ya, tebakan kalian benar. Bukan Zevanya yang diserang morning sickness, tetapi Alejandro. Pria itu hampir kehilangan berat badan hingga 10 kilo dalam 3 bulan ini.“Sudah mulai reda. Hanya tinggal mualnya saja.” sahut Alejandro dengan nada suara yang sangat pelan.“Kita duduk dulu ya. Aku buatkan teh chamomile dengan madu.” Zevanya membantu suaminya h
Tubuh wanita yang lemah dan ringkih yang ada didekapan Victor ini sedari tadi gemetar. Seperti menggigil, namun bukan kedinginan. Melainkan terlalu takut. Victor membobong tubuh kecil Valerie dan membawanya ke ranjang. Tak lupa dia memastikan keamanan daerah sekitar sebelum menutup rapat pintu dan jendela.Setelah menutup rapat pintu dan jendela ia kembali ke kamar tempat di mana Valerie berada. Ketika mendekat dan tidur di sampingnya. Wanita itu masih saja diam membisu sembari menggigit kukunya.Victor dengan secara perlahan memegang tangan dan menurunkan agar tak digigit karena sudah ada beberaa luka di sana.“Kau masih shock?” tanya Victor lirih.Mengerti akan apa yang dirasakan wanita itu. Jadi Victor tak memperpanjang pertanyaannya.“Tidurlah. Aku akan berada di sini menemanimu,” pria itu meraih tubuh mungil Valerie agar mendekat dan berada dalam pelukannya. Hal ini agar Valerie merasa aman dan nyaman.Tak butuh waktu lama. Wanita itu sudah tidur nyenyak. Pandangan Victor meneraw
“Uweck! Uweck!” suara Zevanya menggema memenuhi kamar mandi. Wanita itu memegangi perutnya yang sangat tak nyaman sekali. Rasa mualnya tak bisa ia tahan.“Sayang! Kau kenapa? Kau tak enak badan? Hm?” Alejandro masuk ke kamar mandi dengan napas yang terburu-buru. Pria itu khawatir dan panik jika Zevanya sampai sakit.Wanita itu lemas dan untungnya Alejandro dengan sigap memeluk sang istri.“Kita ke dokter ya,” usul pria tersebut.Zevanya mengangguk lemah. “Tak perlu, aku mungkin sedang magh.”“Dari beberapa hari lalu memang nafsu makanmu tak seperti biasanya. Kenapa kau tak bilang padaku? Kalau aku tahu akan begini, kau tak akan kuperbolehkan untuk ikut andil dalam menyiapkan hari ini.” Pungkas Alejandro yang membelai pipi sang istri.Wanita itu segera menggeleng agar menenangkan sang suami yang daritadi panik. “Sayang, aku juga ingin menyiapkan kejutan untuk anak kita. Aku tak apa. mungkin besok sudah baik-baik saja. Kita keluar, mereka sudah menunggu.” Ajak Zevanya.“Kalau kau masih
Seperti pasangan pada umumnya yang sedang dimabuk cinta. Lian sampai enggan tak mau pulang saat Anastasia menyuruhnya. Alhasil pria itu menginap di apartemen Anastasia. Entah sejak resmi menjalin hubungan, Lian jadi sangat manja. Meski jahilnya tetap ada.“Hey! Bangun!” Anastasia taka da mesra-mesranya saat membangunkan Lian.Pria yang sedang nyenyak dan asyik menikmati mimpi indahnya itu terganggu. Bagaimana tidak? Siapa yang akan baik-baik saja dengan erangan singa dipagi hari.Bukannya membangunkan dengan mesra, dengan kecupan manis. Eh, ini seperti singa mengamuk saja. tak manusiawi.“Kau kapan akan menjadi wanita anggun? Ck! Suaramu itu sudah seperti singa betina yang sedang PMS!” Lian menggerutu kesal. Rambut acak-acakan dan wajahnya masih wajah bantal.“Kemarin kerbau, sekarang singa. Besok kau mau ternak apa lagi?” wanita itu berang sekali karena selalu disamakan dengan hewan yang tak ada cantik-cantiknya.Lian malah memeluk inggang raming Anastasia yang sedang duduk dipinggir
Wanita yang hampir setiap hari mengenakan pakaian pasien dengan wajah khas pucatnya. Kini berubah mengenakan pakaian dress cantik dengan tubuh yang mulai berisi dan rona wajah yang mulai berwarna.Wanita itu telah selesai membereskan semua barang-barang untuk dibawa pulang. namun pandangannya teralih pada sosok yang baru saja membuka pintu dan masuk menemuinya.“Kau sudah siap?” pria itu celingukan melihat barang sudah rapi dikemas dan mencari apa yang belum terjangkau namun ternyata nihil. “Kau merapikan semua? Kenapa tak bilang padaku? Aku bisa membantumu.”Dengan tegas wanita itu menggelengkan kepalanya. “Tak perlu, tubuhku sudah segar. Aku juga terlalu lama terbaring di ranjang itu. Jadi inilah yang harus kulakukan untuk melemaskan otot dan menggerakkan sendi-sendi tulang agar tak kaku.”“Apa aku sudah boleh meinggalkan ruangan ini sekarang? Karena semua sudah beres.” Valerie bertanya untuk memastikan pada Victor yang masih menatapnya dengan tatapan tak percaya.“Victor? Apa aku s
Hari-hari makin jadi menyenangkan. Tak lagi seperti biasa, kehidupan menjadi lebih lengkap semenjak hari itu. Ya, hari di mana pria ini kalut dan gelisah karena ia pikir akan kehilangan apa yang belum pernah ia dapatkan.Jelasnya, Lian takut akan kehilangan Anastasia yang belum pernah ia dapatkan seutuhnya. Ia tak akan sanggup menjalani hidup yang pernah dijalani Alejandro sebelum bertemu dengan Zevanya kembali. Bagaimana ia akan semampu dan seberani itu.Maka dari itu beruntung Alejandro membantunya saat itu untuk mendapatkan wanita yang ia cintai sebelum ia kehilangannya.“Aku sudah sampai kantor. Kau sudah bangun?” tanya Lian yang menempelkan benda pipih pada telinganya. Berjalan menyusuri koridor dengan senyum khas orang kasmaran pada umumnya.“Aku baru saja bangun saat kau telpon,” suara wanita dibalik benda pipih yang Lian pegang itu terdengar tertawa kecil.“Wah, apa tidurmu senyenyak itu? Apa tidurmu seperti kerbau?” ejek Lian. Jika dengan Anastasia memang pria ini suka sekali
Alejandro heran karena hampir setiap telpon selalu dia yang mematikan duluan. Namun kali ini berbeda.“Kenaa dia menutup telpon? Padahal aku belum selesai bicara. Dasar anak tak punya adab.” Gerutu Alejandro yang masih memandangi ponselnya heran.Zevanya yang melihat suaminya agi-pagi buta begini sudah marah-marah tak jelas pada ponselnya langsung segera menghampiri. Wanita itu masih berbalut bathrobe habis mandi.“Kenapa pagi-pagi begini kenapa sudah marah-marah? Hm?” tanya Zevanya yang langsung duduk dipangkuan sang suami.Alejandro memeluk pinggang ramping sang istri. “Aku telpon Victor. sudah beberapa hari dia tak menampakkan batang hidungnya. Makanya tadi sambil menunggumu mandi aku video call dia. Ternyata dia ada di rumah sakit bersama wanita.” Jelas Alejandro sambil menatap wajah cantik Zevanya.“Victor sakit? Kenapa kau malah marah? Harusnya kita jenguk dia. Ayo siap-siap,” Zevanya yang tak mendengar kelanjutan cerita suaminya un langsung beranjak dari pangkuan Alejandro. Kem