Hari pertarungan Liu Heng melawan Lin Ju sudah tiba. Di sekitar arena Hidup dan Mati sudah dipenuhi oleh banyak orang. Rasa penasaran membuat mereka datang. Banya jenis rasa penasaran yang dirasakan setiap orang. Dia atas sana sudah ada Ma Ku. Dia yang akan menjadi wasit. Dia mengajukan dirinya sendiri. Dia juga penasaran dengan kehebatan Liu Heng. Dia sudah ada di sana sejak tengah hari. Semua orang juga. Lin Ju dan gurunya juga sudah ada di sana. Bahkan ornag tua Lin Ju yaitu Lin Xu yang merupakan tetua sekte luar juga sudah ada di sana. Satu jam berlu begitu saja dan satu jam lagi berlalu hingga sore hari. "Di mana Liu Heng?""Kenapa dia belum datang?""Apa dia penakut?"Penonton mulai berteriak. Ma Ku juga tidak mengerti, dia langsung meminta salah satu guru untuk menyusul Liu Heng ke dapur. Dia bahkan menekankan pada guru itu untuk menyeret Liu Heng kalau dia tidak ingin datang. Lin Ju dan Bong Bo-Guru Lin Ju-datang ke atas arena pertarungan. Mereka sudah menunggu sangat lama
Lin Ju menggunakan jurus terbak miliknya. Dia pun melakukan beberapa kali tebasan dan dan tusukan. Dengan wajah mengantuk, Liu Heng bisa menahan dan menangkis semua serangan yang datang. Tidak ada rasa kesulitan sama sekali. Padahal sebelumnya Liu Heng agak terdesak oleh Lin Ju. Dia mudah beradaptasi dengan pola serangan musuhnya. Kalau sampai lawannya melakukan pola yang sama, maka itu adalah kebodohan. Liu Heng pasti bisa menebak semua gerakan lawannya. "Mati saja kau!" maki Lin Ju. Dia melakukan serangan lagi. Hasilnya masih saja sama. Penonton yang melihat itu hanya tercengang. Mereka tidak menyangka Lin Ju bisa dipermalukan seperti itu. Mereka semua mulai mempertanyakan kembali rumor yang beredar. "Apa rumor itu benar?" tanya salah satu penonton."Sepertinya begitu Lihat saja dia terlihat seperti orang bodoh," ejek penonton yang lain. Lin Ju mendengar itu sampai kaget. Dia sempat menoleh beberapa detik. Itu kesalahan. Liu Heng yang melihat celah langsung saja masuk. Dia maju
Liu Heng begitu kesulitan. Dia terus ditekan oleh oleh Lin Ju yang sedang tidak terkendali. Pertarungan yang begitu gila. Dia terluka sangat banyak. Ma Ku yang melihat pertarungan itu ingin menghentikan itu, tetapi dia agak ragu karena dalam aturan tidak boleh. Itu adalah arena hidup dan mati. Tidak boleh ada yang mengacaukan pertarungan itu. Ma Ku adalah orang yang taat akan aturan. Pada akhirnya dia melihat saja. Liu Heng terkenal tebasan bagian bahu kanannya. "Kalau begini terus, maka aku akan terbunuh," keluh Liu Heng. Dia langsung mundur ke belakang. Dia menarik napas dan mengeluarkan energi qi miliknya ke pedangnya. Dia menggunakan jurus yang ada di dalam kitab Raja Iblis. Dia langsung menggunakan jurus Tebasan Api Neraka. Pedangnya diselimuti oleh benda hitam yang pekat. Itu terasa sangat jahat. Bahkan Lin Ju yang sudah kehilangan kesadarannya sampai terdiam beberapa detik. Dia merinding. Dia bahkan sempat ingin melarikan diri, tetapi satu detik kemudian kontrol dirinya kem
Shan Hu sudah mencari ke berbagai tempat, tetapi tidak ada siapa pun kecuali dua orang tadi. Selain kedua orang itu, tidak ada lagi. Keduanya hanya orang biasa juga dan mereka menarik gerobak yang berisi rumput untuk makanan hewan ternak mereka. Di dekat sana ada sebuah desa kecil. Desa itu masih masuk ke daerah kekuasaan kekaisaran Qin. Sekte Tebasan Mengalir juga bagian dari kekaisaran Qin karena itu mereka tunduk pada Shan Hu dan yang lainnya. Dua orang yang Shan Hu temui tadi adalah sepasang suami istri. Mereka sudah berada di rumah mereka. Mereka menarik gerobak mereka dan mengeluarkan rumput yang ada di dalamnya. "Cepat kau ambil obat yang kita miliki. Kita harus membantu pemuda ini," ucap Pria tua. Mereka berdua sudah berumur. Umur mereka sudah 50 tahunan. Mereka melihat apa yang Liu Heng lakukan. Dia menusuk dirinya sendiri. Dengan cepat keduanya mengangkat tubuh Liu Heng dan meletakkan tubuh Liu Heng ke dalam gerobak mereka. Setelah itu mereka bawa pulang untuk diobati.
Beberapa menit setelah Liu Heng pergi. Pasukan sekte Tebasan Mengalir mendatangi desa tempat kakek dan nenek itu berada. Rumah mereka bahkan digeledah oleh mereka. Keduanya hanya bisa melihat saja. Satu orang berdiri di sebelah kakek dan nenek itu. "Katakan di mana pemuda itu!" tegas orang itu. Dia adalah pemimpin dari rombongan itu. Dia adalah salah satu dari guru yang ada di sekte Tebasan Mengalir. Dia mendapat laporan kalau kedua kakek dan nenek itu menyembunyi seorang pemuda di rumah mereka. "Kami tidak menyembunyikan siapa pun. Percayalah!" jawab Kakek itu. Wajah Kakek itu pucat pasi. Dia ketakutan. Dia tidak bisa melawan sama sekali. Dia hanya manusia biasa. Istrinya yang juga ada di sana lebih ketakutan lagi. Dia bahkan sampai menangis karena ketakutan. "Jangan berbohong! Kami mendapat laporan kalau kau menyembunyikan seorang pemuda di rumahmu. Kalau sampai kami menemukan bukti itu, maka kau akan terima akibatnya," ancam orang itu. Tidak lama kemudian seseorang keluar dar
Liu Heng hanya bisa menggeleng melihat Nie Wei yang sih sibuk minum. Liu Heng hanya melihat saja. Dia belum pernah minum seperti itu. Tidak lama kemudian Nie Wei terkapar karena mabuk. Kedua temannya membawa Nie Wei kembali ke rumah mereka. "Kau sudah ada tempat tinggal?" tanya Anchi Lie. Liu Heng mengeleng. Dia baru ingin mencari tetapi dia ajak oleh Nie Wei untuk ikut mereka. Liu Heng belum sempat untu mencari. Mendengar jawaban Anchi Lie tersenyum. Dia langsung menawarkan Liu Heng untuk tinggal sementara di rumah mereka saja."Maaf karena merepotkan," ucap Liu Heng."Tidak ada salahnya kami membantumu. Kau juga sudah menjadi bagian dari kami. Kalau boleh tahu kau berasal dari mana?" tanya Anchi Lie. "Aku dari desa yang sangat kecil. Aku mengatakannya sekali pun kalian tidak akan tahu," jawab Liu Heng. Mereka pun tiba dia depan tempat tinggal ketiga orang itu. Liu Heng kaget. Rumah itu sangat kecil dan buruk. Daerah sekitar adalah daerah kumuh. Itu adalah tempat tinggal orang mi
Pada pagi harinya, ketika Nie Wei, Anchi Lie dan Wong Su keluar dari rumah mereka. Mereka melihat Liu Heng sedang sedang berbagai kepada penduduk yang tinggal di tempat kumuh. Dia membagikan roti kering yang tidak terlalu enak, tetapi setiap orang boleh mengambil tiga roti. Liu Heng tidak mementingkan rasa, tetapi bisa kenyang atau tidak. Yang dibutuhkan oleh orang miskin bukan makanan enaknya, tetapi bisa kenyang berapa lama. Itu yang lebih penting. "Apa yang kau lakukan?" tanya Nie Wei. Dia mendekati Liu Heng dan menatap Liu Heng dengan tatapan marah. Liu Heng mengabaikan itu. Dia masih sibuk memberikan roti kepada mereka yang mengantre. Setelah semuanya selesai, Liu Heng baru melihat ke arah Nie Wei. "Kau bisa melihat sendiri apa yang aku lakukan," keluh Liu Heng. Nie Wei menarik tangan Liu Heng. Dia membawa Liu Heng ke depan rumah mereka. Tatapan Nie Wei menjadi begitu tajam. Liu Heng menatap balik. Dia tidak suka kalau ada yang menatapnya seperti itu. "Jangan lakukan itu!"
Baru berjalan beberapa menit, mereka langsung bertemu dengan hewan sihir. Hewan sihir itu adalah hewan sihir tingkat tiga. Hewan sihir terdiri dari enam tingkatan yaitu Tingkat satu setara dengan cultivator tahap pondasi qi, tingkat dua setara dengan cultivator tahap Alam awal, tingkat tiga setara dengan cultuvator tahap alam bumi, tingkat empat setara dengan cultivator tahap alam langit, tingkat lima setara dengan cultivator tingkat alam surga, tingkat enam setara dengan cultivator tahap surga abadi.Lawan mereka sekarang adalah hewan sihir yang setara dengan cultivator tahap alam bumi. Nie Wei, Wong Su dan Anchi Lie menelan ludah. Mereka bertiga baru berada di tahap alam awal. Lawan mereka lebih kuat daripada mereka."Sepertinya kita sedang tidak beruntung," ucap Nie Wei. Dia masih berada di tahap alam awal ke empat. Sedangkan, Anchi Lie dan Wong Su berada di tahap alam awal ke dua. Mereka bukan bagian dari sekte. Jadi, wajar saja mereka seperti itu. Bisa sampai ke tahap alam awal