Home / Horor / RAHASIA DUNIA GAIB / BAB 9 : Bayang Bayang yang Hidup

Share

BAB 9 : Bayang Bayang yang Hidup

Author: Cerita Nyata
last update Last Updated: 2024-11-29 12:02:14

Langkah Arka dan Ki Jarang terasa berat. Di depan mereka, entitas raksasa yang baru muncul dari kegelapan itu tidak bergerak, tetapi keberadaannya saja sudah cukup untuk membuat udara di sekitar terasa menekan. Matanya yang merah menyala seperti bara api menembus jiwa, membuat Arka hampir tidak bisa bernapas.

"Ki Jarang, apa itu?" bisik Arka, suaranya nyaris tak terdengar.

Ki Jarang, yang biasanya tenang, tampak lebih gugup dari sebelumnya. "Itu bukan makhluk biasa, Arka. Ia adalah manifestasi dari kekuatan yang menjaga keseimbangan antara dunia ini dan dunia kita. Gerbang tadi telah membuka jalannya. Kita tidak hanya berada di dunia mereka, tetapi di hadapan penguasa mereka."

Sebelum Arka bisa merespons, makhluk itu bergerak, suaranya bergema di ruangan gelap itu. "Kalian yang datang tanpa diundang, telah melanggar hukum kuno yang memisahkan dunia kita. Apa alasan keberadaan kalian di sini?"

Arka mencoba menjawab, tetapi kata-kata tidak keluar. Ia hanya bisa menatap makhluk itu dengan campuran ketakutan dan kekaguman. Ki Jarang, meskipun masih terguncang, maju selangkah.

"Kami tidak berniat melanggar hukum kuno," katanya dengan suara yang bergetar. "Gerbang itu terbuka karena adanya ketidakseimbangan yang mengancam dunia kami. Kami hanya ingin melindungi tempat kami dari kehancuran."

Makhluk itu menyeringai, sebuah senyuman yang tidak seharusnya dimiliki oleh wajah sebesar itu. "Ketidakseimbangan?" Ia tertawa pelan, suaranya bergema seperti ribuan lonceng yang dipukul bersamaan. "Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi. Dunia kalian hanya setitik debu dibandingkan dengan luasnya alam semesta ini. Apa yang kalian sebut kehancuran mungkin adalah keadilan bagi kami."

Arka akhirnya menemukan keberanian untuk berbicara. "Apa yang kau inginkan dari dunia kami?" tanyanya, suaranya penuh tekad meskipun tubuhnya gemetar.

Makhluk itu menatapnya, dan untuk sesaat, Arka merasa seperti tenggelam dalam lautan merah yang tak berujung. "Dunia kalian telah melemah, penuh dengan keserakahan dan kejahatan. Energi kegelapan yang mengalir ke gerbang ini berasal dari manusia kalian sendiri. Aku hanya menuntut apa yang sudah seharusnya menjadi milik kami."

"Namun, itu tidak adil!" teriak Arka. "Bukan hakmu untuk mengambil semuanya hanya karena kelemahan kami!"

Makhluk itu diam sejenak, lalu menjawab dengan nada dingin, "Jika kau merasa dunia kalian layak untuk diselamatkan, maka buktikan. Hanya mereka yang kuat yang pantas bertahan."

Seketika, ruangan gelap itu berubah. Lantai yang sebelumnya padat kini menjadi seperti pasir yang bergerak, menyeret mereka ke arah pusat ruangan. Dari kegelapan, bayangan-bayangan mulai muncul. Mereka tidak memiliki bentuk yang jelas, tetapi masing-masing dari mereka membawa aura yang menakutkan. Mata merah mereka bersinar tajam, dan mereka bergerak perlahan ke arah Arka dan Ki Jarang.

"Kalian harus bertarung untuk membuktikan kelayakan kalian," kata makhluk itu dengan nada penuh kepastian. "Jika kalian menang, gerbang ini akan kututup, dan dunia kalian akan aman. Namun, jika kalian kalah..." Ia tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi senyumannya sudah menjelaskan segalanya.

Arka menatap bayangan-bayangan itu dengan penuh ketegangan. Pedangnya bergetar di tangannya, tetapi ia menggenggamnya lebih erat. "Aku siap," katanya, meskipun hatinya berkata sebaliknya.

Ki Jarang menghela napas panjang. "Ini bukan hanya pertarungan kekuatan, Arka. Bayangan-bayangan ini adalah manifestasi dari rasa takut dan kelemahan kita sendiri. Jika kita tidak bisa mengatasinya, kita tidak akan bisa menang."

Satu bayangan melompat ke arah Arka, dan ia langsung mengayunkan pedangnya. Namun, pedangnya hanya menembus udara kosong. Bayangan itu tertawa pelan, suaranya seperti desiran angin dingin. "Kau tidak bisa melawanku," katanya. "Aku adalah ketakutanmu, Arka. Aku adalah bayangan dari semua kegagalan yang kau sembunyikan."

Arka terdiam sejenak, teringat semua kegagalannya di masa lalu, ketidakmampuannya melindungi keluarganya, keraguannya untuk menjadi seorang pahlawan. Semua itu muncul kembali, seperti luka lama yang terbuka.

Sementara itu, Ki Jarang juga dikepung oleh bayangan-bayangan lain. Ia mencoba melawan dengan kekuatannya, tetapi setiap serangan hanya melewati bayangan itu tanpa melukai mereka. "Ini adalah ujian mental, Arka," teriaknya. "Kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan senjata. Kita harus menghadapi rasa takut kita sendiri!"

Arka memejamkan matanya, mencoba memahami apa yang dikatakan Ki Jarang. Ia mengingat kembali kata-kata ibunya sebelum meninggal: "Rasa takut bukanlah musuhmu. Itu hanya bayangan yang kau ciptakan sendiri."

Dengan napas yang lebih stabil, Arka membuka matanya dan menatap bayangan di depannya. "Aku mungkin takut," katanya, suaranya lebih tenang. "Tetapi aku tidak akan membiarkan rasa takut itu menguasai diriku."

Bayangan itu tersentak, seperti terkejut dengan keberanian Arka. Ia mencoba menyerang lagi, tetapi kali ini, pedang Arka berhasil menebasnya. Bayangan itu menghilang, berubah menjadi asap hitam.

Melihat hal itu, Ki Jarang juga mengambil keberanian. Ia menatap bayangan di depannya, mengakui semua ketakutannya, dan dengan kekuatan baru, ia berhasil mengatasi satu demi satu bayangan yang menyerangnya.

Saat bayangan terakhir menghilang, ruangan itu menjadi sunyi. Makhluk besar itu menatap mereka dengan mata merahnya, lalu berbicara. "Kalian berhasil melewati ujian pertama. Namun, perjalanan kalian belum selesai."

Tiba-tiba, lantai di bawah mereka mulai retak, dan mereka merasakan tubuh mereka terjatuh ke dalam kegelapan yang lebih dalam. Arka mencoba berteriak, tetapi suaranya lenyap dalam kehampaan.

Pertanyaan besar tetap menggantung: apa yang menunggu mereka di kedalaman kegelapan ini?

Related chapters

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 10 : Kedalaman Tanpa Akhir

    Kegelapan yang menyelimuti Arka dan Ki Jarang terasa lebih pekat daripada malam tanpa bulan. Mereka jatuh tanpa akhir, seperti ditelan oleh kehampaan. Rasa dingin yang menembus tulang mulai menyelimuti tubuh mereka. Arka mencoba berteriak, tetapi suaranya tenggelam dalam kesunyian. Tiba-tiba, mereka terhempas ke permukaan yang keras. Arka membuka matanya perlahan, menahan rasa sakit di tubuhnya. Dia melihat Ki Jarang sudah berdiri, meski sedikit terhuyung, sambil mengamati lingkungan sekitar. Mereka berada di sebuah ruang besar yang dikelilingi oleh dinding hitam berkilauan seperti obsidian. Ruangan itu tampak tak berujung, dengan lantai yang memantulkan bayangan mereka. Di tengah ruangan, berdiri sebuah monumen berbentuk lonceng besar yang terbuat dari logam hitam pekat. Energi gaib memancar darinya, mengalir ke udara seperti asap yang bergerak hidup. "Di mana kita?" tanya Arka, suaranya serak. Ki Jarang tidak langsung menjawab. Ia menutup matanya, mencoba merasakan energi di sek

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   Bab 11: Keputusan di Ambang Kehancuran

    Saat Arka dan Ki Jarang melangkah melewati pintu yang dipilih, mereka diselimuti cahaya putih yang begitu terang hingga menutupi pandangan mereka sepenuhnya. Rasanya seperti tubuh mereka ditarik dan diurai menjadi serpihan, hanya untuk dirakit kembali di tempat yang tidak mereka kenali.Ketika cahaya itu perlahan memudar, mereka menemukan diri mereka di tempat yang sama sekali berbeda. Sebuah hutan lebat terbentang di hadapan mereka, tetapi ada sesuatu yang salah. Pohon-pohon di sekitar mereka tidak seperti pohon biasa; batangnya terbuat dari sesuatu yang tampak seperti tulang, sementara daunnya berwarna hitam dan bergerak meskipun angin tidak berhembus. Suasana di hutan itu sunyi, tetapi bukan sunyi yang menenangkan, lebih seperti sunyi yang dipenuhi ancaman."Apa ini?" bisik Arka, mencoba menyesuaikan pandangannya.Ki Jarang memeriksa lingkungan sekitar dengan saksama. "Ini adalah ruang lain dalam ujian kita," katanya. "Kita belum keluar. Penjaga itu masih mengawasi kita."Benar saj

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   Bab 12: Keputusan di Ambang Akhir

    Saat Arka dan Ki Jarang melangkah menyusuri jalan batu yang mengarah ke altar, suasana di sekitar mereka berubah. Hutan yang sebelumnya menyeramkan perlahan memudar, seperti bayangan yang ditelan cahaya. Udara yang sebelumnya terasa berat kini mulai menghangat, dan di kejauhan, altar bercahaya tampak semakin jelas.Namun, setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat dari sebelumnya, seolah-olah beban tak kasat mata menarik tubuh mereka ke bawah. Arka bisa merasakan keringat dingin mengalir di dahinya, tetapi ia menolak untuk berhenti."Ini hampir berakhir," kata Ki Jarang dengan napas terengah.Arka mengangguk, tetapi keraguan mulai tumbuh di hatinya. "Ki Jarang, apa yang akan terjadi jika kita gagal? Penjaga itu mengatakan bahwa jiwa kita bisa lenyap."Ki Jarang menghentikan langkahnya sejenak, menatap Arka. "Itu kemungkinan yang nyata. Tetapi jika kita tidak mencoba, dunia kita akan hancur lebih cepat dari yang bisa kita bayangkan. Risiko ini adalah sesuatu yang harus kita ta

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   Bab 13: Jejak Pengorbanan di Dunia yang Berubah

    Arka melangkah keluar dari altar dengan hati yang berat. Ia meninggalkan tempat suci itu sendirian, tanpa Ki Jarang di sisinya. Udara di sekeliling terasa berbeda, lebih segar, lebih tenang, tetapi kehampaan di hatinya begitu kuat hingga nyaris menenggelamkan rasa lega.Saat ia berjalan kembali ke dunia yang kini telah berubah, kenangan terakhir tentang Ki Jarang terus terputar dalam benaknya. Kata-kata terakhir sang mentor, "Lindungi dunia ini dengan segala kekuatanmu," terdengar seperti janji yang terlalu berat untuk ditanggung oleh seorang pemuda. Namun Arka tahu, ia tidak memiliki pilihan lain. Dunia ini membutuhkan harapan, dan kini harapan itu ada padanya.Dunia yang SunyiSetelah berjalan selama beberapa jam, Arka akhirnya keluar dari padang rumput yang terbentuk menggantikan hutan hidup. Ia mendapati dirinya berada di sebuah dataran luas, dengan sisa-sisa kehancuran di sekelilingnya. Pohon-pohon hangus, tanah yang retak, dan reruntuhan bangunan menjadi pemandangan yang menyamb

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 1 : Kabut di desa awan jingga

    Desa Awan Jingga adalah desa kecil yang tersembunyi di kaki Gunung Seruni. Kabut tebal yang meliputi desa itu hampir tak pernah pergi, bahkan di siang hari. Konon, kabut itu bukan hanya kabut biasa. Para tetua desa percaya, kabut itu adalah perwujudan dari makhluk gaib yang menjaga desa dari ancaman dunia luar. Namun bagi Arka, seorang pemuda berusia dua puluh tahun, cerita itu hanyalah takhayul yang diwariskan turun-temurun. Sejak kecil, Arka sudah terbiasa dengan kehidupan yang sederhana dan terpencil di desa. Ibunya, seorang dukun bayi yang dihormati, sering kali bercerita tentang leluhur mereka yang memiliki hubungan erat dengan dunia gaib. Tapi Arka selalu menganggap itu dongeng pengantar tidur. Baginya, dunia ini hanya memiliki satu kenyataan: kerja keras untuk bertahan hidup. Namun, semua keyakinannya berubah pada suatu malam, ketika kabut di desa menjadi lebih pekat dari biasanya. Malam itu, Arka duduk di beranda rumahnya yang terbuat dari kayu tua. Angin dingin menusuk

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 2 : Dunia yang Tak Terlihat

    Ketika Arka membuka matanya, ia tidak lagi berada di rumah. Di sekelilingnya hanya ada kegelapan pekat, seolah dunia telah kehilangan semua warna. Tubuhnya terasa ringan, seperti melayang di udara. Tapi entah bagaimana, ia tahu bahwa tempat ini bukanlah dunia yang ia kenal. "Di mana aku?" bisiknya, suaranya bergema panjang. Tiba-tiba, cahaya biru yang tadi muncul dari buku kembali bersinar di hadapannya. Dari cahaya itu, pria tua berjubah panjang yang ia lihat sebelumnya muncul lagi. Kali ini, wajah pria itu terlihat lebih jelas. Kulitnya keriput seperti pohon tua, tetapi matanya memancarkan kebijaksanaan dan kekuatan. "Kau berada di batas antara dunia manusia dan dunia gaib," kata pria itu dengan suara berat, tetapi tidak menyeramkan. "Namaku Ki Jarang, penjaga buku yang kau baca. Kau telah membangunkan sesuatu yang sudah lama tertidur." Arka memandang pria itu dengan tatapan bingung. "Aku tidak mengerti. Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa. Buku itu... muncul begitu sa

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 3 : Pertarungan Pertama

    Makhluk itu melompat dengan kecepatan luar biasa, membuat Arka hampir tak sempat bereaksi. Bayangan hitam itu memiliki tubuh seperti serigala, tetapi dengan tangan panjang yang menyerupai cakar. Matanya yang merah menyala tampak seperti bara api yang menyala di dalam kegelapan. Arka melangkah mundur dengan panik, memegang pedang erat-erat. “Aku tidak tahu caranya bertarung!” serunya, berharap Ki Jarang akan memberikan petunjuk. “Percayalah pada pedang itu!” jawab Ki Jarang dengan tegas. Makhluk itu menerkam, cakarnya terayun dengan kekuatan yang cukup untuk merobek pohon. Dengan naluri bertahan hidup, Arka mengangkat pedangnya. Dalam sekejap, pedang itu memancarkan cahaya biru terang, memblokir serangan makhluk itu. Percikan energi seperti petir memancar dari benturan tersebut, membuat makhluk itu melolong kesakitan dan mundur beberapa langkah. Arka terpaku, matanya membelalak. Ia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, tetapi ia merasakan sesuatu di dalam dirinya, seperti

    Last Updated : 2024-11-29
  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 4 : Rahasia di Balik Kabut

    Pagi datang, tetapi rasa tenang yang biasanya menyelimuti Desa Awan Jingga tidak terasa bagi Arka. Ia duduk di beranda rumahnya, memandangi bukit di kejauhan. Pikirannya masih berputar-putar, mengingat peristiwa malam sebelumnya. Pertarungannya dengan makhluk-makhluk bayangan, kehadiran Ki Jarang, dan buku misterius itu terasa seperti mimpi buruk. Tapi bekas luka kecil di lengannya akibat cakar salah satu makhluk itu membuktikan semuanya nyata. Ibunya keluar dari dapur, membawa segelas teh hangat. Ia menatap Arka dengan cemas. “Kamu tidak tidur semalam?” tanya sang ibu, suaranya lembut. Arka menggeleng pelan. “Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya banyak pikiran.” Sang ibu duduk di sampingnya. Ia menghela napas panjang sebelum berbicara lagi. “Arka, aku tahu ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan. Mata kamu tidak pernah berbohong. Apa yang sebenarnya terjadi?” Arka hampir saja menceritakan semuanya. Ia ingin berbagi apa yang ia alami, tetapi sesuatu dalam dirinya menghentikannya. Ia tid

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • RAHASIA DUNIA GAIB   Bab 13: Jejak Pengorbanan di Dunia yang Berubah

    Arka melangkah keluar dari altar dengan hati yang berat. Ia meninggalkan tempat suci itu sendirian, tanpa Ki Jarang di sisinya. Udara di sekeliling terasa berbeda, lebih segar, lebih tenang, tetapi kehampaan di hatinya begitu kuat hingga nyaris menenggelamkan rasa lega.Saat ia berjalan kembali ke dunia yang kini telah berubah, kenangan terakhir tentang Ki Jarang terus terputar dalam benaknya. Kata-kata terakhir sang mentor, "Lindungi dunia ini dengan segala kekuatanmu," terdengar seperti janji yang terlalu berat untuk ditanggung oleh seorang pemuda. Namun Arka tahu, ia tidak memiliki pilihan lain. Dunia ini membutuhkan harapan, dan kini harapan itu ada padanya.Dunia yang SunyiSetelah berjalan selama beberapa jam, Arka akhirnya keluar dari padang rumput yang terbentuk menggantikan hutan hidup. Ia mendapati dirinya berada di sebuah dataran luas, dengan sisa-sisa kehancuran di sekelilingnya. Pohon-pohon hangus, tanah yang retak, dan reruntuhan bangunan menjadi pemandangan yang menyamb

  • RAHASIA DUNIA GAIB   Bab 12: Keputusan di Ambang Akhir

    Saat Arka dan Ki Jarang melangkah menyusuri jalan batu yang mengarah ke altar, suasana di sekitar mereka berubah. Hutan yang sebelumnya menyeramkan perlahan memudar, seperti bayangan yang ditelan cahaya. Udara yang sebelumnya terasa berat kini mulai menghangat, dan di kejauhan, altar bercahaya tampak semakin jelas.Namun, setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat dari sebelumnya, seolah-olah beban tak kasat mata menarik tubuh mereka ke bawah. Arka bisa merasakan keringat dingin mengalir di dahinya, tetapi ia menolak untuk berhenti."Ini hampir berakhir," kata Ki Jarang dengan napas terengah.Arka mengangguk, tetapi keraguan mulai tumbuh di hatinya. "Ki Jarang, apa yang akan terjadi jika kita gagal? Penjaga itu mengatakan bahwa jiwa kita bisa lenyap."Ki Jarang menghentikan langkahnya sejenak, menatap Arka. "Itu kemungkinan yang nyata. Tetapi jika kita tidak mencoba, dunia kita akan hancur lebih cepat dari yang bisa kita bayangkan. Risiko ini adalah sesuatu yang harus kita ta

  • RAHASIA DUNIA GAIB   Bab 11: Keputusan di Ambang Kehancuran

    Saat Arka dan Ki Jarang melangkah melewati pintu yang dipilih, mereka diselimuti cahaya putih yang begitu terang hingga menutupi pandangan mereka sepenuhnya. Rasanya seperti tubuh mereka ditarik dan diurai menjadi serpihan, hanya untuk dirakit kembali di tempat yang tidak mereka kenali.Ketika cahaya itu perlahan memudar, mereka menemukan diri mereka di tempat yang sama sekali berbeda. Sebuah hutan lebat terbentang di hadapan mereka, tetapi ada sesuatu yang salah. Pohon-pohon di sekitar mereka tidak seperti pohon biasa; batangnya terbuat dari sesuatu yang tampak seperti tulang, sementara daunnya berwarna hitam dan bergerak meskipun angin tidak berhembus. Suasana di hutan itu sunyi, tetapi bukan sunyi yang menenangkan, lebih seperti sunyi yang dipenuhi ancaman."Apa ini?" bisik Arka, mencoba menyesuaikan pandangannya.Ki Jarang memeriksa lingkungan sekitar dengan saksama. "Ini adalah ruang lain dalam ujian kita," katanya. "Kita belum keluar. Penjaga itu masih mengawasi kita."Benar saj

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 10 : Kedalaman Tanpa Akhir

    Kegelapan yang menyelimuti Arka dan Ki Jarang terasa lebih pekat daripada malam tanpa bulan. Mereka jatuh tanpa akhir, seperti ditelan oleh kehampaan. Rasa dingin yang menembus tulang mulai menyelimuti tubuh mereka. Arka mencoba berteriak, tetapi suaranya tenggelam dalam kesunyian. Tiba-tiba, mereka terhempas ke permukaan yang keras. Arka membuka matanya perlahan, menahan rasa sakit di tubuhnya. Dia melihat Ki Jarang sudah berdiri, meski sedikit terhuyung, sambil mengamati lingkungan sekitar. Mereka berada di sebuah ruang besar yang dikelilingi oleh dinding hitam berkilauan seperti obsidian. Ruangan itu tampak tak berujung, dengan lantai yang memantulkan bayangan mereka. Di tengah ruangan, berdiri sebuah monumen berbentuk lonceng besar yang terbuat dari logam hitam pekat. Energi gaib memancar darinya, mengalir ke udara seperti asap yang bergerak hidup. "Di mana kita?" tanya Arka, suaranya serak. Ki Jarang tidak langsung menjawab. Ia menutup matanya, mencoba merasakan energi di sek

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 9 : Bayang Bayang yang Hidup

    Langkah Arka dan Ki Jarang terasa berat. Di depan mereka, entitas raksasa yang baru muncul dari kegelapan itu tidak bergerak, tetapi keberadaannya saja sudah cukup untuk membuat udara di sekitar terasa menekan. Matanya yang merah menyala seperti bara api menembus jiwa, membuat Arka hampir tidak bisa bernapas. "Ki Jarang, apa itu?" bisik Arka, suaranya nyaris tak terdengar. Ki Jarang, yang biasanya tenang, tampak lebih gugup dari sebelumnya. "Itu bukan makhluk biasa, Arka. Ia adalah manifestasi dari kekuatan yang menjaga keseimbangan antara dunia ini dan dunia kita. Gerbang tadi telah membuka jalannya. Kita tidak hanya berada di dunia mereka, tetapi di hadapan penguasa mereka." Sebelum Arka bisa merespons, makhluk itu bergerak, suaranya bergema di ruangan gelap itu. "Kalian yang datang tanpa diundang, telah melanggar hukum kuno yang memisahkan dunia kita. Apa alasan keberadaan kalian di sini?" Arka mencoba menjawab, tetapi kata-kata tidak keluar. Ia hanya bisa menatap makhluk itu d

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 8 : Gerbang Kegelapan

    Langit di atas lembah itu semakin gelap. Setiap jejak cahaya yang sebelumnya tersisa, kini mulai menghilang di balik awan kelam yang bergerak cepat. Energi gaib yang mengelilingi altar terasa semakin padat, menekan tubuh Arka dan Ki Jarang dengan kekuatan yang menakutkan. "Gerbang ini... bukan hanya portal biasa," kata Ki Jarang, suaranya penuh ketegasan. "Ini adalah pintu menuju dunia yang lebih gelap, yang tidak seharusnya kita masuki. Jika kita membiarkannya terbuka lebih lama, maka dunia ini akan terhubung langsung dengan kegelapan yang tak terhingga." Arka merasa seolah ada sesuatu yang mengintai dari balik gerbang tersebut. Sesuatu yang tidak bisa ia lihat, namun bisa ia rasakan, sebuah ancaman yang jauh lebih besar daripada apa pun yang pernah ia hadapi sebelumnya. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya Arka dengan suara penuh ketegangan. Ia memandang altar yang masih berdiri kokoh, meskipun sebagian besar telah hancur. Cahaya merah yang memancar dari retakan-retakan altar kin

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 7 : Penjaga Altar

    Makhluk besar itu berdiri di tengah altar, tubuhnya mengeluarkan kilauan seperti bara api yang hampir padam. Udara di sekitar Arka terasa berat, seolah-olah energi dari makhluk itu menarik semua kekuatan di sekitarnya. Ki Jarang, yang berdiri di samping Arka, memandang makhluk itu dengan mata tajam. "Itu adalah Penjaga. Dia tidak hanya melindungi inti ritual, tetapi juga terhubung langsung dengan kekuatannya. Kita harus menghentikannya sebelum ia menjadi lebih kuat." Arka menggenggam pedangnya lebih erat. Meski tubuhnya terasa lelah setelah pertarungan sebelumnya, ia tahu bahwa tidak ada waktu untuk ragu. "Apa aku cukup kuat untuk menghadapinya?" pikirnya. Makhluk itu menggeram, suaranya seperti gemuruh gunung. "Beraninya kalian memasuki wilayah ini. Aku adalah pengawal dunia ini, dan kalian tidak akan pernah berhasil melewati aku!" Pertarungan Dimulai Tanpa peringatan, Penjaga itu mengangkat tangannya, menciptakan gelombang energi yang menghantam tanah. Retakan besar muncul

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 6 : Di Balik Portal Merah

    Awan gelap di atas Desa Awan Jingga terus bergulung, semakin pekat seiring malam merambat. Cahaya merah yang menyembur dari langit seperti merobek keheningan desa, menciptakan getaran yang membuat tanah bergetar. Arka berdiri di depan rumahnya, pedang di tangan, menatap kilatan cahaya yang berputar-putar seperti pusaran badai di langit. Ki Jarang berdiri di sampingnya, ekspresi serius terpancar di wajahnya yang biasanya tenang. "Portal itu adalah gerbang antara dunia manusia dan dunia gaib. Jika mereka berhasil membukanya, makhluk-makhluk dari sana akan mengalir ke sini seperti banjir yang tak terbendung." Arka menggenggam pedangnya lebih erat. "Bagaimana kita menghentikannya?" Ki Jarang menghela napas panjang. "Kita harus masuk ke dalam portal itu sebelum terbuka sepenuhnya dan menghancurkan inti ritualnya. Tapi ingat, Arka, ini tidak akan mudah. Dunia di sisi lain portal bukanlah tempat yang ramah bagi manusia." "Aku siap," jawab Arka tegas, meskipun hatinya masih diliputi kerag

  • RAHASIA DUNIA GAIB   BAB 5 : Pertempuran di Batas Nyata dan Gaib

    Makhluk besar itu menerjang dengan kecepatan yang tidak wajar. Arka nyaris tidak sempat mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan. Tubuh bayangan itu terasa seperti angin pekat yang membawa dingin menusuk tulang. Meski tak terlihat nyata, setiap serangannya membawa kekuatan yang luar biasa. Saat pedang Arka berbenturan dengan makhluk itu, energi biru dari pedang memancar terang, menciptakan percikan cahaya yang menyilaukan. Makhluk itu melolong kesakitan, mundur beberapa langkah, tetapi tidak sepenuhnya hancur. Arka terhuyung ke belakang, napasnya tersengal-sengal. "Kau lebih kuat dari yang kukira, Penjaga," desis makhluk itu dengan suara menggema yang menggetarkan seluruh ruangan. Arka menggenggam pedangnya erat, meskipun tangannya mulai gemetar. "Siapa kau sebenarnya? Apa yang kau inginkan dari buku ini?" Makhluk itu tidak langsung menjawab. Matanya yang merah menyala menatap Arka tajam, penuh kebencian. "Aku adalah salah satu yang terkurung oleh segel leluhurmu. Selama bera

DMCA.com Protection Status