Beranda / Pernikahan / RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU / Kemarahan Papa dan Mama Mertua

Share

Kemarahan Papa dan Mama Mertua

Penulis: Gyuu_Rrn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa saat setelah Rifky meringkuk Amel, tiba-tiba saja Mas Alif datang, pria itu tak banyak bicara, bahkan ketika Amel meminta pertolongan sekalipun.

Mas Alif seperti orang yang tengah bimbang. Antara menolong Amel atau justru sebaliknya, karena memang raut wajahnya seperti mengatakan hal tersebut.

"Mas, tolong, Mas ... tolong!" pinta Amel dengan wajah memelas, derai air mata kembali membanjiri pipinya.

Akan tetapi, Mas Alif justru diam saja. Pria itu tak berkutik sedikitpun, dia malah menggaruk tengkuknya dengan bibir yang seperti ragu-ragu untuk dia buka.

"Mas, kok, diam saja? Apa kamu tak berniat menolongku?! Mas, katanya kamu cinta padaku. Tetapi, kenapa kamu malah begini!"

Amel terus saja meraung, meminta pertolongan pada Mas Alif. Tetapi, pria yang masih berstatus sebagai suamiku itu masih saja tak bergeming.

Hingga tiba-tiba pagar rumahku terbuka, menampilkan dua orang ibu-ibu dengan raut wajah penasaran.

"Ada apa ini?" tanya Santi--salah satu tetanggaku. Aku dan Santi cuku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
lah gitu kandangin biar kapok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Naluri Seorang Ibu

    "Bu, kok, lama?" tanya Panji dengan setengah berteriak.Aku yang baru turun dari mobil, segera menarik kedua sudut bibirku ke atas, kemudian menggendong sebuah tas hitam yang aku bawa dari rumah."Soalnya banyak barang yang harus Ibu dan pamanmu bereskan. Jadi, kami berada di rumah dengan cukup lama."Panji yang tengah duduk di salah satu kursi yang terletak di teras rumah, sedikit mencondongkan badannya dengan mata memicing."Tetapi, tak ada sesuatu yang terjadi di rumah, 'kan?""Tidak ada, Nak!" dalihku, berusaha menyembunyikan semuanya dari Panji.Aku tak ingin, bila Panji justru semakin kepikiran, seandainya aku menceritakan semuanya padanya.Ya, meskipun masalah ini sedikit sepele, tetap saja aku rasa Panji tak harus tahu, kondisinya belum sepenuhnya pulih."Ibu, tak bohong, 'kan?" tanya Panji dengan mata m

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Kemarahan Panji

    Aku sedang memasak di dapur, menyiapkan makanan untuk makan siang Panji dan diriku sendiri.Karena kami hanya tinggal berdua saja. Jadi, aku memasak tak terlalu banyak makanan, takut tak habis dan malah terbuang, sayang sekali, 'kan?Sementara itu, Panji sedang berada di teras rumah. Katanya ingin menikmati hembusan angin di temani secangkir teh hangat.Akan tetapi, saat aku hendak menggoreng ikan, tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari luar rumah."Pergi kamu dari sini!"Gegas aku mematikan kompor, kemudian berlari keluar rumah, berniat menghampiri Panji."Ada apa, Nak?" tanyaku setengah berteriak. Meskipun hanya berlari sedikit saja, tetapi dadaku begitu sesak. Aku sampai ngos-ngosan dibuatnya.Namun, seketika saja aku tertegun di tempat, pandanganku terpaku pada satu sosok yang tengah berdiri tak jauh dariku.

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Obrolan dengan Mama Mertua

    Di dalam rumah, aku masih saja tertegun tanpa mampu mengucapkan sepatah katapun. Bukannya aku syok karena Panji telah memukuli Bapaknya.Akan tetapi, aku syok karena ingatan masa lalu masih saja berputar di kepalaku tanpa henti, layaknya video yang terus saja diulang-ulang.Aku sempat terpejam seraya memijat pelipisan yang sedikit berdenyut, kemudian berbalik badan, berniat melangkah menuju kamar tidur."Ibu, kenapa?" tanya Panji yang berhasil menghentikan pergerakan langkahku.Aku menggeleng pelan, kemudian berlalu menuju kamar tidur. Tetapi, baru saja aku sampai diambang pintu, tiba-tiba Panji menghampiri."Apa jangan-jangan Ibu marah karena aku memukuli, Bapak?"Namun, belum sempat aku membuka mulut, Panji sudah lebih dulu mendahuluinya."Sebenarnya apa yang Ibu pikirkan, Ibu ingin aku seperti apa atau jangan-jangan selama ini Ib

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Warga (Amel POV)

    "Dasar j*l*Ng cilik, cepat keluar kamu, Amel!" teriak seseorang dari luar rumah, membuatku yang tengah berada seorang diri di rumah, meringkuk di dalam kamar seraya menutup telinga rapat-rapat.Teriakkan itu sudah aku dengar dari beberapa menit yang lalu, membuatku amat sangat ketakutan.Belum lagi sesekali suara pintu di gedor dari luar, membuat rasa takutku semakin menjadi-jadi."Memang dasar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Kalau Ibunya pekerjaan hiburan malam, maka anaknya pun tak kalah berbeda,” hina seorang ibu-ibu yang cukup aku kenal."Benar sekali! Kalau Ibunya j*l*ng, pasti anaknya pun sama.""Hati-hati saja, bu-ibu. Jaga suami sama anak kita baik-baik, jangan sampai bergaul sama mereka!" sambung yang lainnya, membuat dadaku semakin bergemuruh, menahan amarah."Betul! Bisa-bisa suami kita diembat, terus anak kita malah ikut-ikutan si Amel.

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Kedatangan Ibuku (Amel POV)

    Para warga sudah menyeretku dengan kasar keluar dari rumah. Tak ada satupun yang menghiraukan tangisku, semua orang malah menghujat, bahkan mencemoohku dengan kejamnya."Apa yang kalian lakukan, cepat lepaskan!" teriakku dengan nyaring.Akan tetapi, orang-orang justru balik meneriakiku, tak sedikit dari mereka yang terus melontarkan kata-kata jahat."Dasar j*l*ng, gara-gara kamu kampung kita jadi tercemar," teriak seorang wanita seumuran Ibuku.Sempat kutatap matanya yang menyorotiku dengan tajam, seakan-akan hendak memangsaku hidup-hidup."Sudah, mending kita usir saja!""Benar sekali, gak sudi rasanya bila harus hidup satu kampung dengan j*l*ng cilik seperti, Amel!""Ya, betul! Bisa-bisa anak gadis kita dia ajak ke jalan yang tak benar. Sungguh, menakutkan."Aku sempat terpejam, merasakan sakit yang seakan-aka

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Senyum Panji Telah Kembali

    Beberapa Minggu sudah berlalu, hubunganku dan Panji sudah mulai membaik. Akan tetapi, selama itu pula Panji tak pernah ingin membahas soal Bapaknya. Dia selalu menghindari orang-orang yang berusaha mengajaknya untuk berbicara mengenai Mas Alif.Setelah Panji tahu soal Amel yang dikeluarkan dari sekolah, Panji pun memilih untuk kembali masuk ke sekolah, menjalani hari layaknya seorang pelajar pada umumnya.Namun, Panji harus pergi ke sekolah pagi-pagi buta, mengingat jarak rumah kami yang sekarang ke sekolahnya cukup memakan waktu."Bu, aku berangkat dulu, ya!"Aku yang tengah sibuk mengepel lantai, gegas menoleh ke sumber suara, menatap Panji yang tengah bersiap-siap untuk pergi. "Kamu mau diantar sama pamanmu lagi?"Satu tangan Panji meraih segelas susu coklat yang sudah siapkan di atas meja. Kulihat dia meneguknya sampai habis."Iya, Bu. Bukannya Ibu tak mengijinkan aku untuk membawa motor sendiri?""Ya, tentu saja tidak! Ibu, masih khawatir padamu. Jadi, lebih baik kamu diantara

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Pesan Di Gawai Rifky

    [Melda, Alif sudah ditangkap polisi!]Deg!Aku yang tengah duduk di teras rumah bersama Rifky, sedikit terperanjat kala membaca sebuah pesan yang baru saja masuk dari Ayah mertuaku.Diriku sempat tertegun selama beberapa saat, sebelum akhirnya memijat pelipisan yang tiba-tiba berdenyut."Kalau Mas Alif ditangkap, apa Amel pun akan turut ditangkap juga? Ya, aku rasa begitu!" batinku sembari memandangi gawai yang masih menyala."Ada apa, Mbak?" tanya Rifky yang berhasil membuatku mendongak."Tidak apa-apa, hanya saja--""Alif sudah ditangkap polisi, 'kan?"Sontak, kedua bola mataku membulat sempurna kala mendengar penuturan Rifky."Lah, kok, kamu tahu?" tanyaku dengan b*d*nya."Bukannya aku yang mengurus kasus ini?"Rifky malah balik bertanya seraya me

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Kedatangan Keluarga Mas Alif

    Tok ... tok ...."Rifky, apa belum tidur?"Hening, itulah yang aku rasakan ketika memanggil nama Rifky seraya mengetuk pintunya selama beberapa kali.Cukup lama aku mematung di depan pintu kamar tamu, menimang-nimang apa aku akan membukanya dan masuk begitu saja atau justru sebaliknya.Namun, aku langsung memegang handle pintu seraya membasahi bibir selama beberapa kali. Tetapi, ketika aku hendak menariknya, tiba-tiba terdengar sebuah sahutan dari dalam."Aku belum tidur, ada apa, Mbak?"Gegas aku menjauhkan tangan dari handle pintu, kemudian mundur satu langkah, agar tak terlalu dekat dengan pintu."Ponselmu tertinggal, ini Mbak mau memberikannya padamu," tuturku dengan nada bicara yang cukup tinggi.Cklek!Pintu kamar tamu terbuka, menampilkan Rifky yang baru keluar dengan wajah kusutnya.

Bab terbaru

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Urusan Pribadi

    Hari demi hari semakin berlalu, tak terasa sudah satu bulan saja semenjak Mas Alif meninggal. Aku sudah bisa sepenuhnya ikhlas akan kepergiannya, begitupun dengan Panji.Anakku yang awalnya sampah murung tersebut, perlahan kembali ceria. Senyumnya sudah mulai kembali merekah, semangat yang ada di dalam dirinya pun tampak sudah kembali.Satu bulan pula, Ibu memilih untuk tinggal denganku. Tentu saja aku merasa senang, karena seperti mendapatkan teman mengobrol tiap kali hendak berangkat ataupun pulang kerja."Bu, aku berangkat dulu, ya!"Ibu yang tengah menikmati sarapan, lantas menoleh ke arahku, seulas senyuman tergambar di bibirnya."Iya, Melda. Hati-hati di jalan.""Iya, Bu."Setiap akan pergi kerja, aku tak lupa untuk bersalaman pada Ibu, meminta doa restu padanya."Kalau sudah sampai tempat kerja, kamu kaba

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Bersandiwara

    Ibu dan Rifky sudah pulang lebih awal ke rumah, mereka sengaja ingin menginap di rumahku. Sementara itu, aku dan Panji menginap di rumah mendiang Mas Alif, hendak mengaji selama tujuh malam berturut-turut.Kondisi Panji sendiri sudah lebih baik dari sebelumnya. Anakku yang awalnya lebih banyak terdiam itu, perlahan sudah mulai mengobrol bersama kakeknya.Aku yang tengah berada di dapur, sesekali memperhatikannya yang tengah mengobrol. Meskipun masih sedikit tersirat kesedihan di dalamnya, tetapi Panji nampaknya berusaha untuk tetap terlihat tegar."Mbak!" sapa Andin yang membuat aku langsung menoleh ke arahnya."Ya, ada apa, Andin?""Mbak, baik-baik saja, 'kan?" tanya Andin dengan mata sedikit menyipit."Aku baik-baik saja, Andin. Memangnya kenapa?"Andin menggeleng pelan, seulas senyuman tergambar di bibirnya yang sedikit pucat.

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Pulang

    Duka masih terasa menyelimuti aku dan Panji, juga keluarga besar mendiang Mas Alif. Meskipun begitu kehidupan kami masih harus berjalan, karena memang inilah hidup, ada yang datang dan ada yang pergi. Bagaimanapun itu, aku harus bisa mengikhlaskan semuanya dan tentunya memaafkan semua kesalahan mendiang Mas Alif."Melda, jadi kamu mau pulang hari ini?" tanya mantan Ibu mertuaku."Iya, Bu. Aku harus pulang hari ini, aku tak enak pada bosku, bila harus mengambil cuti lebih lama."Wanita paruh baya yang memakai gamis merah maroon itu pun mengangguk pelan, seulas senyuman tergambar di bibirnya."Baiklah kalau begitu, lagipula Ibu gak bisa memaksamu untuk tetap di sini. Tetapi, terima kasih karena sudah mau tinggal di sini, meskipun hanya tiga hari tiga malam saja.""Sama-sama, Bu. Aku harap Ibu dan Bapak sehat-sehat, Andin juga sama.""Iya, Nak. Kamu dan Panji juga. Kalau semisalnya kamu ingin ke sini, datang saja, ya, jangan ragu.""Iya, Bu. Sesekali aku dan Panji pasti akan datang ke s

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Pemakaman

    Acara pemakaman mendiang Mas Alif akan segera di laksanakan. Aku yang sedari tadi duduk di samping tubuhnya sambil melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, sedikit terperanjat kala tak mendapati kebenaran Panji."Ya ampun, ke mana Panji?!" Aku sedikit memekik, sesekali ekor mataku mengamati sekeliling."Mencari siapa, Mbak?" tanya Andin yang baru datang dari dapur."Andin, apa kamu melihat Panji?"Sontak, Andin menggeleng pelan, dia yang awalnya berdiri segera menghampiri diriku. "Tidak, Mbak. Memangnya Panji tak ada di sini?""Tidak ada, Andin."Aku yang sudah cengeng, semakin bertambah cengeng, ketika mengetahui bila Panji tak ada di sekitarku. Ketakutan yang ada di dalam diriku sedikit memuncak, kala mengetahui bila Panji tak ada di sekitarku. Kejadian beberapa waktu silam membuat aku sedikit trauma."Mbak, jangan menangis, lebih baik kita mencari Panji saja," saran Andin yang langsung aku jawab dengan anggukan pelan.Mantan Bapak mertuaku yang tengah duduk di sofa sambil sesekali m

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Tangis yang Benar-benar Pecah (Panji POV)

    Dengan langkah gontai, aku turun dari mobil yang terparkir tepat di halaman rumah warga, karena halaman rumah nenek sendiri penuh ddenga yang para pelayat.Bendera kuning terbentang, menandakan sedang berduka. Satu demi satu para pelayat ada yang datang, ada pula yang pergi. Sesekali ekor mataku melirik ke arah Ibu, menatapnya yang tengah menunduk dalam. Bisik demi bisik mulai terdengar di telinga."Bukannya itu Melda, ya?""Oh, iya, itu anaknya juga tuh, si Panji yang katanya sempat masuk rumah sakit.""Masuk rumah sakit?" tanya yang lainnya. Aku tak terlalu memperhatikan mereka, aku hanya mendengarnya saja."Iya, pas mendiang Alif ketahuan berselingkuh, secara dia berselingkuh sama kekasih anaknya.""G*la banget! Kalau aku jadi anaknya, aku tak sudi datang kemari."Aku sempat ingin melirik ke arah Ibu-ibu yang tengah bergosip ria di tengah berita duka ini. Tetapi, Ibu yang sepertinya juga mendengar hal tersebut, justru menarik tanganku dengan sedikit kasar, membawaku menjauh dari t

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Kabar Duka (2)

    Drrt ... drrt ....Aku yang tengah mengendarai motor, merasa sebuah getara di saku hoodie. Dengan sengaja, aku menghentikan motor di pinggir jalan dan seger merogoh gawai.Tepat di layar ponsel, terpampang nama kontak Ibu. Aku sempat memicingkan mata, sebelum akhirnya membuka kunci ponsel, kemudian menggeser ikon telepon berwarna hijau dan segera menempelkan benda pipih itu di samping telinga."Halo, Bu. Ada apa?" sapaku pada melalui sambungan telepon."Panji, kamu di mana, cepatlah pulang."Sontak, aku langsung menyipitkan mata, kala mendengar suara Ibu yang cukup serak, seperti habis menangis, sangat berbeda dengan nada bicaranya yang seperti biasa."Aku masih di jalan, ada apa, Bu?""Bapakmu, Nak," lirih Ibu berhasil membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Kekhawatiran dalam diriku memuncak, takut Bapak kabur dari penja

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Kabar Duka

    "Dia ... orang yang mengantar Ibu barusan."Panji terlihat memutar bola mata malas, dia tampak kesal mungkin juga merah dengan apa yang aku katakan. Meskipun begitu, memang itulah yang sebenarnya terjadi. Aku tak mau menyembunyikan hal tersebut dariku, sebab bisa saja Panji semakin marah padaku."Begitu rupanya!"Tak lama kemudian, Panji tiba-tiba bangkit dari posisi duduk sembari menggeser piring ke hadapanku."Mau ke mana?" tanyaku secara spontan."Aku sudah kenyang, Bu. Ditambah lagi aku sudah ngantuk.""Baiklah, selamat tidur, Nak."Panji tak menjawab ucapanku, dia langsung melenggang pergi dari hadapanku. Aku sendiri memilih untuk terdiam, tak banyak bicara. Takutnya kalau aku semakin banyak bicara, Panji justru akan semakin kesal padaku dan aku tak ingin hal itu sampai terjadi."Ah, benar-benar memusingkan! Sepertinya aku memang harus menjaga jarak dengan siapapun, aku takut Panji benar-benar salah paham."Aku bergumam seorang diri, kemudian kembali menyantap makanan yang suda

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Sikap Panji

    "Siapa pria yang mengantar Ibu tadi?"Deg!Aku yang baru saja melepaskan sepatu, lantas menoleh, menatap ke arah Panji yang tengah mematung, sorot matanya menatapku dengan begitu tajam."Dia hanya teman kerja Ibu, Nak. Ibu--""Aku tak suka Ibu berhubungan dengan pria lagi, aku tak ingin melihatnya lagi. Jadi, aku harap Ibu tak melakukannya!" tegas Panji seraya melenggang dari hadapanku, meninggalkan aku yang tengah melongo seorang diri.Perkataan Panji benar-benar menusuk, terlebih nada bicaranya sedikit bergetar, seperti tengah menahan rasa sakit.Aku sendiri tak mampu membuka mulut, lidahku kelu dengan tenggorokan yang sedikit tercekat. Cukup lama aku mematung di tempat, sebelum akhirnya aku terpejam dan segera meraih sepatu, lalu menyimpannya di rak sepatu yang berada tak jauh dari pintu masuk.***Di dapur yang terasa sepi dan dingin, aku langsung mengambil pisau dan beberapa sayuran yang hendak aku masak. Tak lupa, aku pun memotong daging ayam dan langsung menggorengnya. Aku kha

  • RAHASIA DI BALIK LAPTOP SUAMIKU    Diantar Pulang

    "Ah, itu ... teman saya," ucapku sedikit ragu-ragu.Bagaimana tidak, pria yang berdiri di belakangku itu adalah bosku yang sama sekali belum aku ketahui namanya."Begitu rupanya. Kenapa ada keributan tadi, apa kamu dan dia sedang berselisih paham?"Aku meneguk ludah, kemudian mematikan gawai secara perlahan. "Ti-tidak, kami baru saja bertemu kembali," balasku seraya menunduk. "Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak!""Baik, lanjutkan pekerjaanmu! Kamu ingat dengan apa yang saya katakan kemarin, 'kan?""Iya, saya paham, Pak!"Tidak lama kemudian, terdengar suara derap langkah yang semakin menjauh. Diam-diam aku mendongak, menatap bosku yang sudah pergi itu.Aku menghela napas panjang, merasa telah melakukan kelalaian di hari pertama bekerja. Aneh juga, kenapa aku harus bertemu dengan Ayana, padahal kami sudah lama tak saling menyapa.Benar-benar s*al!"Ada apa?"Aku yang masih menunduk, seketika mendongak, kala mendengar seseorang melontarkan sebuah pertanyaan. "Kamu bertanya pada saya

DMCA.com Protection Status