Saat ini Devana tengah di pijat oleh asistennya. Seseorang datang dan membuat Devana merasa terkejut dan merasa sangat bahagia.
"Wah enak banget nih ya dipijit," Ucap seseorang yang baru saja datang. Membuat Devana menoleh lalu dia pun langsung berdiri dan menghampiri pria itu meski dengan jalan pelan-pelan.
"Hubby...!" Seru Devana. Dengan mata berbinar dan senyuman termanisnya. Lalu Devana pun memeluk Raka meski kini pelukan mereka dijeda oleh perut Devana yang sudah sangat besar.
"Iya sayang, gimana keadaan kamu dan baby kita saat aku pergi?" Tanya Raka. Yang kini menggandeng memapah Devana untuk duduk di sofa.
"Baik Mas. Cuma anak mu ini kadang nakal, hobi banget nendang-nendang terus. Oh ya bi tolong angetin makanannya ya. Mas belum makan kan?" Tanya Devana. Sementara Santu kini pergi ke dapur untuk menyiapkan makanannya.
"Belum sayang, gak sempet tadi mau
Kini Raka tengah sibuk dengan pekerjaan di kantornya yang mulai banyak kerjaan. Dia pun kini sering pulang larut malam karena harus lembur menyiapkan beberapa proposal untuk kerja samanya dengan klien yg berasal dari London. Tentu saja dibantu oleh Suami Siska yaitu Rendi. Ya Raka menerima Rendi berkerja sebagai akuntan. Dan sesekali dia membantu Gara dengan tugas yang lain. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah mau menerima dia berkerja di perusahaan milik Raka itu.Tiba-tiba ponsel Raka berbunyi. Raka pun segera menerima panggilan, dia takut terjadi apa-apa karena kandungan Devana yang sudah berusia 9 bulan."Hallo bunda. Ada apa, bun?" Tanya Raka disebrang sana."Hallo Ka. Kamu harus segera datang kerumah sakit sekarang Devana akan melahirkan." Seru Ratih. Dengan suara paniknya."A-apa? Deva mau melahirkan kenapa sangat cepat bukannya jadwalnya dua minggu lagi?" Raka bertanya dengan tidak kalah paniknya."Dia tadi jatuh dika
"Papa kejar kami, Pa." Teriak dua bocah perempuan yang sangat lucu dan menggemaskan berlarian disebuah taman bunga yang sangat indah banyak bunga-bunga bermekaran disana."Iya kejar kami Papa...!" Sambung seorang anak laki-laki yang tidak kalah menggemaskan. Raka pun mengejar mereka ditengah kebingungannya. Namun, saat dia mengejar mereka tiba-tiba kabut putih menyelimuti dan semuanya menghilang termasuk ketiga anaknya."Deva, Deva... Dimana kamu sayang?" Teriak Raka. Sambil berlari mencari keberadaan Devana. Namun, tiba-tiba dia membuka matanya dan saat mendengar suara Devana memanggilnya. Raka pun terbangun dan melihat sekitarnya dia bingung karena kini dia tengah berbaring diruangan serba putih dan jarum infus yang menancap di punggung ditangannya. Tapi dia tidak menemukan istrinya disampingnya"Akhh... Dimana aku? De-Deva kamu dimana sayang?" Raka memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Sambil kemba
Empat hari sudah Devana dirawat dirumah sakit. akhirnya dia kini sudah diizinkan untuk pulang karena si kembar juga sudah tak bermasalah lagi. Mereka juga sudah bisa dibawa pulang, karena kondisinya mereka yang memang sudah kuat untuk keluar dari inkubator dan mereka pun sudah mengenakan kalung dengan nama masing-masing. Karena kalung pesanan Devan sudah jadi dan sudah diambil. Kini kalung itu pun dikenakan pada mereka.Santi dan Siska juga Rendi dan pekerja lainnya sudah menyiapkan penyambutan untuk Devana dan ketiga bayi kembar sang majikan. Raka pun sudah membawa mereka menuju ke rumah mereka. Dan kini mereka pun sudah sampai dirumah.Melihat sambutan dari asistennya saat dia kembali ke rumah membuat Devana merasa sangat terharu. Karena bagi Devana mereka sudah Devana anggap seperti keluarga dia sendiri."Selamat datang nyonya Deva dan juga....""Naela Ciara, Naila Clarine
Devana baru saja memberi susu pada bayinya. Tidak terasa pertumbuhan putra dan putrinya sangat pesat kini usia Cla, Cia dan Nevan pun sudah menginjak 7 bulan. Mereka pun terlihat sangat lucu dan menggemaskan.Kini Devaba dibantu Siska untuk merawat Cla dan Beban. Sedangkan Cia sudah dua hari ini dibawa menginap oleh Ana dirumahnya. Begitulah mereka selalu dimonopoli secara bergantian dan biasanya Nevan dan Cia juga sering dimonopoli oleh Ratih. Tapi karena Ratih sedang menemani Radit ke keluar kota. Jadi kini Devana lah yang merawat mereka berdua dibantu oleh Siska."Sayang aku berangkat Ke kantor dulu ya. Baik-baik dirumah, Cla dan Nevan masih tidur ya?" Tanya Raka. Yang kini tengah memakai jasnya dan bersiap untuk pergi ke kantor."Iya Cla baru saja minum susu. Sedang Nevan masih tidur belum bangun. Ya udah hati-hati ya, Mas. Nyetirnya jangan ngebut-ngebut, jangan dibiasain ngebut kalau bawa mobil,"
6 Tahun KemudianJam sudah menunjukan pukul 07.00. Sementara Devana dan Raka baru saja terbangun karena terlalu lelah setelah aktivitasnya yaitu olahraga malam diatas ranjang.Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu terdengar begitu kencang dari luar kamar mereka."Mama, Papa buka pintunya. Cia, kak Cla sama kak Nevan sudah siap berangkat sekolah Ma. Pa." Teriak Cia dari luar kamar Kedua orang tuanya itu, bocah berusia 6 tahun itu terus mengetuk pintu Kamar Devana dan Raka dengan wajah kesal dan bibirnya yang ditekuk."Astaga Mas. Lepasin aku mau bangun! Itu Cla, Nevan dan Cia mau berangkat sekolah." Devana pun berusaha melepaskan pelukan suaminya."Biarkan saja. Mereka memang bocah pengganggu. Biasanya kan pergi sekolah sama Siksa dan kadang sama bi Santi yang mengurus. Hari ini kamu libur dulu mengurus bocah-bocah nakal itu," Ucap Raka. Masih
Kini Devana, Raka dan ketiga anak kembarnya sedang berada dirumah mommy dan daddy Devana."Oma, Mama huaaaa....Nenek." Tangis Cis pun semakin kencang saat menghampiri oma, mama dan neneknya yang tengah duduk memperhatikan Nevan yang tengah asik bermain dengan kakek dan opa nya."Kenapa Cia nangis, sayang? " Tanya Devana. Yang melihat Cia menangis."Kak Cla dan papa, Ma. Mereka gak mau main sama Cia huaaaa... hiks... hiks... " Rajuk Cia dengan isak tangisnya. Sementara Cla seolah tak peduli ia malah sibuk dengan buku pelajarannya. Devana yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat putrinya yang satu itu kadang membuat dia bingung dari mana dia dapat sifat seperti itu? Dingin, Cuek, pendiam tapi kadang pemalu dan juga peminim. Kalau peminim dia tau pasti itu dapat dari bunda Raka yaitu Ratih."Udah sayang, biarin kak Cla jangan diganggu ya. dia sedang belajar sayang.
"Cia! Bisa gak sekali aja jangan ganggu aku! kamu tau nggak besok tuh ada ulangan jadi harus belajar, emang kamu gak mau belajar maunya main terus kayak gitu. Hah?!" Cla berkata dengan membentak. Membuat Nevan. Cia juga Siska terkejut dengan apa yang barusan mereka dengar dari Cla. Gadis kecil itu membentak sodara kembarnya hanya karena tidak ingin diganggu saat belajar."Huaaa.... Kakak kok bentak Cia sih? Kan Cia cuma pengen main sama Kakak tapi Kakak malah bentak-bentak Cia hiks... hiks...." Kini Cia pun menangis dengan isakan yang terdengar memilukan."Ada apa ini kok ribut-ribut?" Tanya Raka yang baru saja pulang dari kantor, tapi dia mendengar ribut-ribut dari ruang televisi dan melihat Cia tengah menangis sambil terduduk di lantai dengan isakan yang terdengar memilukan."Merra ada apa ini? Kok Cia nangis ampe kayak gitu?" Tanya Raka lagi. Dia ingin mendengar penjelasan dari Siska yang memang ber
Raka baru saja dari ruang kerjanya. Namun dia tak melihat istrinya didalam kamar. Tapi saat pintu balkon terbuka dia tersenyum melihat sang istri tengah berdiri sendirian di balkon sambil menatap langit yang memang sedang ditaburi bintang yang terlihat sangat indah.Raka pun membawa selimut untuk menghangatkan mereka karena diluar memang terasa sangat dingin. Devana pun tersenyum saat merasakan ada tangan kekar yang melingkar dipinggangnyan memeluk perutnya dengan hangat karena ada selimut juga yang menghangatkan tubuh mereka."Sayang gimana Anak-anak?" Tanya Raka. Sambil memeluk Devana dari belakang dengan selimut yang kini membungkus tubuh mereka berdua."Udah pada tidur, Mas. Cla juga udah biasa lagi sama Cia. Itu semua berkat putra kita, Nevan." Devana menjawab sambil mendekap tangan kekar Raka yang melingkar diperutnya. Tidak lupa senyuman manis yang tak luntur dari bibir ranumnya.
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b