Disinilah Raka Arsitektur sekarang ini kedokteran. Jujur baru kali ini dia merasa kurang nyaman saat akan mengajar. Karena langsung para mahasiswi kedokteran yang mengungkapkan dengan ten dan seolah memuja, maka Raka akan merasa sulit menyesuaikan diri sendiri ini, tidak seperti saat masuk kefalkutas menejemen bisnis yang bisa akrab dengan mahasiswa dan mahasiswinya disana karena mereka tidak terlalu mencolok saat mengagumi dirinya sendiri dan masih ditoleransi.
"Ekhem. Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Raka Adity Putra dan mulai sekarang saya yang memperkenalkan bu Amara menjadi dosen pembimbing kalian." Dengan wajah datarnya, Raka mulai memperkenalkan dirinya.
Kini Devana tengah asyik menyantap siomay dengan semangkuk Sup buah, melihat Raka hanya menggelengkan kepalanya karena akhir-akhir ini nafsu makan Devana semakin meningkat, bayangkan saja yang dia makan itu adalah piring siomay yang keempat dan kedua mangkuk sup buah dihadapannya sudah mau habis, sang pemilik kedai siomay pun dibuat heran dengan porsi makan wanita cantik itu, sedangkan si pria memakan satu porsi saja belum habis karena mungkin saja sudah kenyang melihat wanitanya yang masih lahap memakan makanannya."Mas itu adiknya atau pacarnya, Mas? Kok Porsi makannya banyak banget, jarang loh cewe cantik porsi makannya wah gitu, itu nanti gak kenapa-kenapa, Mas?" Tanya Seorang bapak-bapak pemilik kedai siomay dan sop buah tempat Devana makan sekarang.Mendengar pertanyaan pemilik kedai itu. Raka tersenyum sambil menatap istrinya yang menggemaskan itu."Dia istri saya pak. Mungkin karena dia tengah hamil
Setelah melakukan perjalanan yang sedikit melelahkan karena jarak kedai siomay dan apartemennya cukup jauh. Kini Devana pun berbaring diranjang tentu saja setelah membersihkan diri, dia pun tengah asyik membaca Novel sedang Raka tengah sibuk menyiapkan beberapa soal untuk besok ujian difakultas kedokteran tempat ia mengajar sekarang.Setengah jam mereka fokus dengan dunia masing-masing tiba-tiba Devana merasa jenuh, dia pun menaruh Novelnya dinakas samping tempat tidurnya, lalu menghampiri Raka yang masih sibuk dengan kerjaannya."Mas, aku bosen banget nih, bete tau." Devana merajuk manja sambil memeluk Leher Raka dari belakang dan menyandarkan dagunya dibahu Raka"Terus kamu maunya apa, sayang?" Tanya Raka sambil tersenyum dan mengotak ngatik laptopnya."Aku mau... mau....""Mau apa, Yang?" tanya Raka. Dengan senyuman manisnya."Mau kamu,
"Pak Raka tunggu...!" Panggil Amara yang kini tengah mengejar Raka yang berjalan menuju kelas fakultas kedokteran. Raka pun berhenti ketika mendengar namanya dipanggil"Ya ada apa, Bu?" Tanya Raka. Dengan seramah mungkin."Saya mau tanya apa benar Anda dan mahasiswi anda melakukan affair lalu menikah secara diam-diam karena dia hamil?" Tanya Bu Amara. Dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Membuat Raka membulatkan matanya tidak terima dengan ucapan rekan kerjanya itu."What! Apa yang ibu bilang barusan? Hubungan Affair dari mana ibu mengetahui itu?! Dengar ya Bu. Saya dan istri saya tidak pernah seperti itu, kami menikah juga karena restu dari orang tua kami, dan asal ibu tau kami menikah sejak dua bulan yang lalu karena pernikahan kami memang sengaja kami rahasiakan, sampai saatnya tiba untuk mengumumkan pernikahan kami. Dan asal ibu tau, istri saya mengandung, usia kandungannya baru menginjak usi
Hari ini sepulang kuliah Devana dan Raka akan pergi kerumah sakit untuk memeriksakan kandungan Devana yang tepat hari ini kandungannya sudah menginjak satu bulan.Dengan antusias Raka menggandeng tangan Devana untuk memasuki ruangan dokter Lalita, karena memang mereka sudah ada janji dua minggu yang lalu, kini Lalita pun sedang memeriksa perut Devana yang masih rata, dengan mengoleskan Jel. Lalu Dokter Lalita pun melihat perkembangan janin calon bayi Raka dan Devana."Lihatlah ini. Bayi kalian benar-benar kembar tiga, Raka, Deva." Dokter Lalita ikut bahagia melihat perkembangan janin Devana yang sehat."Benarkah kak Lalita. Itu calon bayi kami? Mas itu calon bayi kita," Ucap Devana. Dengan tersenyum dan matanya mulai berkaca-kaca. Raka pun mengangguk lalu mengecupi kening Devana dan puncak kepala Istrinya itu berulang-ulang dengan senyuman penuh kebahagiaan."Dokter Lalita. A
Akhirnya kini Devana dan Raka pun sudah berada di depan rumah orang tua Devana, setelah melalukan perjalanan panjang selama dua jam, kini waktu pun sudah menujukan pukul 17.30. Dan mobil orang tua Raka pun sudah terparkir rapih bersama mobil orang tua Devana lebih tepatnya daddy Devana yang sudah pulang dari kantornya. Setelah Security membuka kan pintu rumah yang besar bak istana itu. Raka pun memasuki halaman dan memarkirkan mobilnya disamping mobil orang tuanya."Sudah siap membuat orangtua kita terkejut sayang?" Raka tersenyum. Sambil menggandeng lengan istrinya itu."Pastinya Mas, aku udah gak sabar lihat wajah Mereka saat terkejut, pasti sangat lucu," Ucap Devana dengan antusias.Setelah berbicara seperti itu Raka dan devaba pun memasuki timah, dengan menggandeng lengan Devana, kini Raka pun sudah memasuki rumah tempat dia dibesarkan."Mommy, Bunda...!" Seru Devana. Yang kini melihat kedua wanita paruh baya itu tengah m
Setelah pesta memakan rujak yang Devana bawa, keempat paruh baya itu pun terlihat sangat tersiksa karena masing-masing harus menghabiskan satu porsi rujak yang Devana bawa. Sementara Raka hanya terkekeh melihat empat paruh baya itu tersiksa karena rasa pedas dari rujak itu."Terma kasih anak-anak ayah, karena tidak menyiksa ayah, dengan harus memakan rujak itu, kalian memang kesayangan ayah," Ucap Raka dalam hati sambil mengelus perut Devana yang masih rata. Sedang Devana hanya tersenyum karena menikmati sentuhan Raka pada perutnya yang membuat merasa sangat nyaman."Astaga cucu kita belum lahir saja sudah nyiksa apa lagi kalau sudah lahir," Ucap Ardi. Yang kini tengah kepedasan karena memang tidak biasa memakan makanan pedas. Devana dan Raka hanya terkekeh saat melihat Ardi mengomel."Iya, dan ini sangat pedas sumpah aku tidak kuat kalau harus menghabiskan semuanya," Sambung Devan. Dengan keringat ber
Saat ini Devana tengah di pijat oleh asistennya. Seseorang datang dan membuat Devana merasa terkejut dan merasa sangat bahagia."Wah enak banget nih ya dipijit," Ucap seseorang yang baru saja datang. Membuat Devana menoleh lalu dia pun langsung berdiri dan menghampiri pria itu meski dengan jalan pelan-pelan."Hubby...!" Seru Devana. Dengan mata berbinar dan senyuman termanisnya. Lalu Devana pun memeluk Raka meski kini pelukan mereka dijeda oleh perut Devana yang sudah sangat besar."Iya sayang, gimana keadaan kamu dan baby kita saat aku pergi?" Tanya Raka. Yang kini menggandeng memapah Devana untuk duduk di sofa."Baik Mas. Cuma anak mu ini kadang nakal, hobi banget nendang-nendang terus. Oh ya bi tolong angetin makanannya ya. Mas belum makan kan?" Tanya Devana. Sementara Santu kini pergi ke dapur untuk menyiapkan makanannya."Belum sayang, gak sempet tadi mau
Kini Raka tengah sibuk dengan pekerjaan di kantornya yang mulai banyak kerjaan. Dia pun kini sering pulang larut malam karena harus lembur menyiapkan beberapa proposal untuk kerja samanya dengan klien yg berasal dari London. Tentu saja dibantu oleh Suami Siska yaitu Rendi. Ya Raka menerima Rendi berkerja sebagai akuntan. Dan sesekali dia membantu Gara dengan tugas yang lain. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah mau menerima dia berkerja di perusahaan milik Raka itu.Tiba-tiba ponsel Raka berbunyi. Raka pun segera menerima panggilan, dia takut terjadi apa-apa karena kandungan Devana yang sudah berusia 9 bulan."Hallo bunda. Ada apa, bun?" Tanya Raka disebrang sana."Hallo Ka. Kamu harus segera datang kerumah sakit sekarang Devana akan melahirkan." Seru Ratih. Dengan suara paniknya."A-apa? Deva mau melahirkan kenapa sangat cepat bukannya jadwalnya dua minggu lagi?" Raka bertanya dengan tidak kalah paniknya."Dia tadi jatuh dika
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b