Bab 25RENCANA BESARJihan yang sudah merasa lelah dan terluka oleh semua masalah yang dia hadapi, tampak merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berada di dalam rumah kontrakan yang tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu kecil pula.Meskipun kasurnya tidak seempuk kasur yang ada di rumah Azlin, setidaknya dia bisa beristirahat dengan tenang. Jihan merasa telah mendapatkan tempat untuk merenung dan menata pikirannya."Hanya sementara saja aku berada di kontrakan ini. Setidaknya aku bisa sejenak melupakan segala masalah-masalah rumah tanggaku yang rumit," gumam Jihan yang sedang mencoba memejamkan kedua matanya.Ddrrrttt... Ddrrrttt...JIhan yang baru akan terlelap, tampak tersentak, terganggu oleh suara dering ponselnya sendiri."Duh, siapa, ya? Padahal aku sudah mau tidur." Jihan mengeluh kesal akibat suara dering ponselnya sendiri.Jihan meraih gawainya yang sedang di charge di atas meja kecil di samping ranjang, lalu menyalakan layar ponselnya."Diska? Mau ngapain dia nelpon aku?
Jihan menggeletar. Sebegitu cepat suaminya melupakannya. Padahal Jihan juga belum sempat memikirkan bagaimana rumah tangganya ke depan.Air mata Jihan meleleh tetapi secepat mungkin dia menghapus kembali bulir kecil di pelupuk matanya itu. "Ach, tidak-tidak. Aku nggak boleh nangis. Nggak ada manfaatnya, menangisi laki- laki yang hanya mempercayai bapak berotak m*sum itu."Jihan selalu saja merasa jijik saat sekilas membayangkan wajah Sugiono. la pun benci. ketika ingat suaminya yang tak pernah mendengar ucapannya.Ia merasa penat saat mengingat hal yang itu-itu saja, hingga jihan merasa panas di area d*d*ny", emosinya lantas berontak.Jihan menggebrak meja rias di hadapannya dengan kencang."Arrrgh," jeritnya merasa kepalanya ingin pecah. "Cowok itu, dimana-mana sama saja. Nggak anak, nggak bapak, sama gilanya." teriaknya lagi menggema di ruang kontrakannya itu.Jihan melibas seluruh isi meja dan membuang semua barang-barang yang ada di situ.Napasnya memburu kencang teringat wajah Su
Malam itu suasana riuh sekali perkara celana d*lam yang ditemukan Puri di lemari Sugiono."Bapak! Bapak!" teriak Puri berlari tunggang langgang menghampiri dua pria yang sedang asik makan malam."Ada apa sih, Bu? Berisik sekali?" tanya Azlin menghampiri pusat suara yang riuh.Mereka berdua datang, menghampiri Puri. hingga mereka bertiga bertemu di ruangan tengah.Puri dengan nada tinggi dan cukup cemas bertanya dan mengudarakan kain segitiga bewarna pink tersebut."Punya siapa ini, Pak? D*laman siapa ini?!" sentak Puri heboh. Ia melempar kain berwarna pink itu ke dasar kursi. Ia jijik sendiri memegang celan* d*lam itu dengan cara dicubit secuil saja.Azlin dan Sugiono sama-sama kaget menatap lekat kain segitiga itu. Azlin pria paling heran dengan kain itu hingga dia mengeratkan ingatannya sampai keningnya mengeriting."Apaan itu bu?" tanya Azlin yang ingin tahu lebih jelas."Nggak lihat, apa? Itu tuh celana d*lam wanita."Sugiono gugup, bagaimanapun juga ia harus cepat mencari alasan
BRAK!"Aaaaaaw! Aaargh!"Napas Jihan berderu laju.Dia memandang sekitar dan ternyata dia ada di kamar.Keringat kecil semakin berbaris di puncak keningnya, namun saat dia tersadar sepenuhnya, Jihan memebelalakan mata, ternyata tidak ada Sugiono maupun orang lain di sana."Hah, kemana dia?" Jihan melihat ke sekelilingnya, dan memburu pemandangan yang sebelumnya ada di pikirannya.Ternyata, itu semua adalah tanda, bahwa Jihan hanya bermimpi.seringnya dihantui oleh ketakutan akan sosok Sugiono, Jihan sampai memimpikan lelaki m*sum tersebut. Jihan naik balik ke tempat tidur, karena dia sempat melayang dan terjerembab di lantai kamar.Jihan menyapu wajahnya. "Astagfirullah, Untung saja itu hanya mimpi."***Lista kembali datang ke rumah Sugiono. Sialnya Puri terlihat sedang bersantai di teras rumah bersama suaminya.Sesaat, Puri melenggang pergi dari samping sang suami.Lista memanfaatkan situasi itu untuk menggoda. Lista melambai pada Sugiono dari kejauhan, memasang senyum sumringah.La
Diska dan Jihan tampak baru masuk ke dalam ruang rahasia milik Sugiono. Lista yang sudah hadir lebih dulu sontakmenyambut kedatangan Jihan dan Diska dengan tergesa-gesa."Bagaimana?" tanya Jihan yang baru kedua kali masuk ke dalam ruangan kosong melompong itu."Sssttt... Jangan berkata apapun di sini. Aku takut Sugiono tersadar," bisik Lista sambil menunjuk ke arah seorang Pria tua yang masih terkapar tak sadarkan diri di ruangan kosong tersebut.Jihan pun segera menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti dengan ucapan Lista. Jihan langsung merasa geram melihat pria tua tersebut."Rasanya ingin sekali aku menginjak wajah pria tua itu. Bagaimanapun dia yang sudah membuatku dan Mas Azlin bercerai," gumam Jihan dengan suara berbisik.Lista tampak menunjuk ke arah pintu kecil. "Kita manfaatkan kesempatan ini. Kita segera masuk ke dalam ruangan lain melalui pintu kecil itu."Jihan dan Diska pun akhirnya mengikuti langkah kaki Lista yang melangkah menuju sebuah pintu berukuran kecil. Kemudi
Dalam keadaan yang mencekam itu, Diska berinisiatif untuk menarik Lista dan Jihan ke arah lorong gelap. Mereka bersembunyi di bawah tangga, lalu duduk meringkuk sambil menutup mulut mereka.Mereka takut kalau sedikit saja suara keluar, maka akan menimbulkan gema di ruangan tersebut.Sugiono yang akhirnya tiba di lantai bawah tersebut terdengar bicara sendiri. "Aneh! Ke mana perginya perempuan itu? Kok aku lupa ya, apakah tadi kami sudah saling menikmati atau belum?"Jihan yang merasa kesal pada Sugiono hampir saja kelepasan berbicara, tapi beruntung, sebab mulutnya langsung dibekap oleh Lista.Sementara tiga wanita yang berada di dalam sel, tampak sudah kembali ke posisi masing- masing. Tak lama terdengar pintu sel yang digembok itu dibuka dari arah luar."Rasanya tidak ada yang mencurigakan di sini," kata Sugiono yang tak menyadari kalau Lista, Diska dan Jihan sedang bersembunyi di bawah tangga.Mata Sugiono menatap ke arah salah satu wanita lumpuh. "Hei, kamu! Cepat ikut aku kamar s
Bertepatan dengan itu, Diska melenggang pergi ke dalam tanpa melihat mobil di depannya."Huft!" batin Lista.Lista ambil kesempatan dan berpikir dengan cepat. Untung saja nasibnya sedang mujur kali ini. Diska tak sampai memajangkan wajah sepenuhnya di hadapan Azlin, hingga ia mudah berkilah.*Diska? Siapa itu?" Mata Lista berputar memperlihatkan kebodohannya.Azlin dengan gagap bertanya, "Siapa perempuan yang duduk di depan tadi?" ucap Azlin dengan 1000 keraguan."Oh, perempuan yang tadi masuk?" tanya Lista mengangguk dengan ayunan kepala yang pasti."Itu sih temen aku, Mas. Dia kebetulan lagi main ke kontrakan. Namanya Ayu," lanjut bohong Lista.Pria berkemeja hitam itu nampak mengembuskan napas lega meski ada raut keraguan tertinggal di wajahnya. Azlin mengangguk meski seakan-akan dia melihat mantan istrinya yang ke-6."Oh, Ayu ya namanya?""Iya Mas. Nama dia Ayu," tegas Lista hingga membuat pandangan Azlin pun mulai berkumpul kembali. ***Di ruang terbuka, gemerlapan kota nampak m
Tak beberapa lama setelah Lista mengejutkan Azlin, dan keluarga, tiba-tiba Jihan dan Diska datang.Mereka berjalan kompak mempertunjukkan dirinya, membuat semua orang semakin terkejut.Azlin kaku. "Ka- kalian? Kenapa bisa datang bersamaan?" tanyanya gugup.Ketiga gadis di sana tertawa-tawa. Jihan maju paling depan, menunjuk wajah Azlin sambil melampiaskan semua yang sudah ia pendam. "Kenapa terkejut gitu, Mas? Kaget ya, kita datang bersama? Nggak usah kaget, aku udah tahu kok semuanya. Bahkan aku tahu kalau mas ini udah nikah 7 kali."Jihan menatap mantan suaminya dengan tajam, merasa tak cukup menembak Azlin dengan omongan itu saja."Aku juga tahu, kalau Diska adalah mantan istri ke 6," tambah Jihan."Keterlaluan kamu Mas! Kamu sama belangnya dengan bapakmu yang tukang kawin itu!" Diska menyambar omongan Jihan seolah ingin puas.Mata Azlin memburu kemana-mana. Dia bingung harus berbicara apa. Kini raut wajah konyol nampak di seluruh tatapan Jihan dan temannya. "Apa-apaan ini? Apa mak
Wajah seketika memucat setelah mendengarkan penjelasan dari dokter spesialis kulit dan kelamin tersebut."Bagaimana mungkin saya bisa menginap HIV, Dok?" tanya Sugiono yang masih tak percaya dengan penjelasan dokter tersebut. Suaranya bergetar."Ada beberapa faktor yang memungkinkan seseorang bisa tertular penyakit mematikan ini. Bisa melalui pemakaian obat-obatan terlarang dalam jangka panjang, penggunaan jarum suntik yang digunakan oleh beberapa orang dan yang paling fatal adalah melalui hubungan seks dengan seseorang sudah terjangkit HIV," paper dokter tersebut.Sugiono tampak terdiam mematung setelah mendengarkan pemaparan dokter spesialis kulit dan kelamin tersebut. Seketika Sugiono teringat dengan Alda, karena hanya dengan perempuan itu sajalah belakangan ini dia melakukan hubungan badan.'Apa jangan-jangan Alda memang pengidap HIV AIDS? Sebelumnya tubuhku baik-baik saja saat berhubungan badan dengan Puri maupun dengan istri-istrinya Azlin,' batin Sugiono yang sebenarnya saat in
Malam telah beranjak semakin larut. Sugiono yang tadi sore sudah tertidur dengan lelap karena kelelahan, seketika terbangun. Dia terbangun karena merasakan ingin buang air kecil."Duh, gelap lagi. Ini jam berapa, ya?" tanya Sugiono pada dirinya sendiriSugiono pun beranjak menuju jendela sambil menyingkap gordennya. "Ternyata ini sudah malam. Pantes aja gelap. Kirain tadi ada pemutusan aliran listrik."Sugiono pun segera menyalakan semua lampu yang ada dalam rumah itu. Setelah itu dia bergegas melangkah menuju kamar mandi untuk buang air kecil."Aaargh!" Sugiono memekik tertahan saat merasakan perih dan nyeri di sekitar kelelakiannya. "Loh, kok berdarah?"Kedua mata Sugiono terbelalak saat ia melihat air s*ninya berwarna merah. Keanehan di tubuh Sugiono makin hari makin menjadi-jadi, termasuk dengan air s*ninya yang berwarna merah tersebut.Setelah kegiatannya di dalam kamar mandi selesai, Sugiono pun beranjak ke arah ruang tengah. Dia menghempaskan tubuhnya ke arah kursi sambil mengh
Hari kian gelap. Gulungan awan hitam menyelubungi langit-langit.Tubuh Sugiono lelah menanti kedatangan seseorang di halaman depan rumah itu.Angin sesekali menyapa Sugiono dan meneriaki pria malang itu."Aaargh, sialan. Dingin banget sih!" kesal Sugiono menepuk nyamuk hitam yang hinggap bagian pipinya.Meskipun, dia sudah tertimpa kemalangan, tapi egonya masih meninggi. Ia bertindak seperti pemilik dunia."Kalau saja aku ketemu dengan Alda saat ini, aku akan mematahkan seluruh persendiannya. Aku akan kerjain dia sampai mulut anunya berbusa. Dasar manusia murahan. Lihat saja, aku akan melakukan semuanya," sumpah serapah Sugiono mulai meluap-luap.Tapi, power Sugiono kembali melemah saat dia melihat jalanan masih sepi. Wanita yang ia tunggu tak kunjung datang juga. Hati Sugiono terasa terkikis saat itu.Sugiono pun mengeluarkan ponselnya dan melihat dasar layar ponsel itu.Pria berkepala plontos itu lantas menekan nomor Alda di dalam phone booknya dan memijit tombol telpon untuk menyam
Sugiono semakin kaget saat tidak menemukan uang beserta ATM di dalam dompet."Ah, mana dompetku? Atmku? Uangku juga? Astaga, semua hilang? BAGAIMANA INI?" erang Sugiono merasa stres dan gila.Hanya kartu identitas saja yang tersisa di atas laci kamarnya."Ada yang tidak beres. Pasti, tadi ada maling di sinil" Ssugiono menggaruk kepalanya yang plontos botak.Dia meyakini kalau kontrakannya dimasuki garong darat.Sugiono memutar otaknya, dia memikirkan beberapa hal yang ia perbuat sebelumnya. "Alda," celetuk Sugiono saat tiba-tiba mengingat sosok wanita itu.Wajah dan ucapan Alda seakan menari-nari dalam ingatannya. "Ya, aku yakin ini semua ulah si cewek sialan itu," dengus Sugiono berwajah garang.la menghembuskan nafasnya panas. Lalu bangkit dari posisinya yang terpuruk setelah kehilangan segala karunnya.Laki-laki botak itu melenggang ke samping rumah sambil berkacak pinggang."Mana wanita itu?" Sugiono mendengus marah. Hingga kakinya mencapai halaman kontrakan Alda.Rumah hening dan
FLASH BACK ONAlda menangis di bawah titisan hujan.Wanita berdagu lancip itu menangisi kepergian ibu dan ayahnya yang mendadak meninggal secara tragis.Kala itu Alda masih berusia 17 tahun. Seorang teman yang sama-sama tinggal di satu kampung merangkul tangannya.Di bawah langit yang mendung, tubuh mereka basah kuyup terkena air hujan. "Jangan bersedih! Aku juga ditinggal orang tuaku, kok, bahkan sudah setahun lalu. Kamu bisa kerja sama aku. Nanti kita dapat banyak kemewahan dari para klien."Awalnya, Alda tak menghiraukan kata-kata orang di sampingnya, namun sesaat dia mencerna hingga keingintahuan Alda tentang hal yang dialami orang itu, ia pun menoleh."Apa maksud kamu?"Wanita di sampingnya lekas merangkul Alda dengan sebelah tangan kirinya. "Pokoknya, kamu ikut saja. Jangan banyak tanya, yang jelas seluruh kesedihan kamu akan hilang, dan kamu akan hidup bahagia.""Benarkah?"Teman Alda sejak kecil itu, lantas menarik tangannya tak bersyarat.Dilihatlah apartemen kawannya yang be
FLASH BACK ONRumah kontrakan yang kosong di sebelah kediaman Alda tiba-tiba kedatangan seorang lelaki paruh baya berkepala botak.Awalnya, Alda hanya memperhatikan dengan acuh, merasa bahwa kehadiran orang baru itu tidak memiliki berpengaruh besar bagi hidupnya.Namun, hari demi hari kehadiran lelaki itu mulai mencuri perhatian Alda. Pernah sekali- kali ia memergoki pria botak itu sedang mencuri pakaiannya saat ia mencoba mengeringkannya di bawah sinar matahari yang hangat."Apa yang di lakukan bapak itu, ya?" bisik hati Alda, lalu kembali masuk dan bersembunyi di balik pintu tanpa di ketahui oleh Sugiono.Alda yang terkejut, keesokannya ia memanggil teman-temannya untuk memberitahu mereka tentang peristiwa itu."Heh, kalian kenal sama bapak itu nggak sih?" tanya Alda saat dia berkumpul dengan orang- orang yang mengontrak lainnya."Nggak tahu tuh. Sepertinya bapak itu baru ya?" jawab dari wanita lainnya yang ia sebut sebagai teman."Iya bapak itu orang baru di sini," timpal rekan lai
Jihan terengah kesakitan. Nafasnya memburu oksigen sekitar."Lepaskan! Siapa kamu?" cecar Jihan yang kini sudah terjerat dalam ikatan tubuh pria itu.Kedua tangan Jihan dicengkram erat hingga sulit untuk melawan. Sedangkan tubuh mungilnya sudah ditindih oleh badan besar berdada bidang itu.Wajah asing yang menyergap Jihan sangat mencekam. "Diam kamu! Kalu tidak diam, nyawamu akan melayang," ancamnya.Jihan meronta sekuat tenaga. Tak ada cara lain untuk dia melepaskan diri, hingga ia melakukan cara lain semampu tenaganya."Cuihh!"Jihan menyemprotkan salivanya, hingga wajah pria itu terciprat cairan kental dari mulut Jihan."Blegedes! Berani sekali kamu? Kamu mau melawan?""Aku nggak akan diam saja, aku nggak sudi kedatangan tamu kaya binatang seperti kamu!" lawan Jihan menantang pria berbalutkan kaus hitam itu.Mata pria itu semakin tajam, ia menghempas nafas panas, seolah siap melahap mangsanya.Dalam ketegangan, pria asing itu merobek sebelah baju yang ia kenakan. Lantas menggulingk
Saat ini malam sudah semakin larut. Pria berusia 24 tahun itu tampak masih kelelahan setelah dikejar oleh anjing malam."Fiuh! Kakiku rasanya seperti mau lepas dari persendiannya. Andai saja tak ada truk tadi yang melintas dan membunyikan klakson, mungkin aku sudah menjadi korban keganasan anjing-anjing malam itu," gumam Azlin sambil nyekak keringatnya.Saat ini nafasnya bahkan masih ngos-ngosan. Azlin pun bersandar di tembok toko yang berada di pinggiran jalan besar tersebut."Aku harus ke mana lagi?" tanya Azlin pada dirinya sendiri. Bingung, sebab tak punya tempat tinggal.Azlin menatap jalanan yang tampak sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang saat ini melintas. Meski tanpa tujuan Azlin pun tetap melangkah meninggalkan lokasinya berdiri.Saat sedang melangkah, seketika kening Azlin mengernyit. Dia melihat seorang wanita tanpa hijab dengan bajunya yang sudah sangat kotor dan kumal, sedang tidur meringkuk di bawah tiang neon trotoar."Kenapa rasanya aku familiar sekali dengan gela
Pagi yang cerah menyapa Azlin dengan kebingungan di dalam hatinya.Ia berjalan luntang-lantung tak tentu arah. Sampai tibalah lapar yang tak tertahankan membuatnya merenung sejenak di sebuah lorong kecil."Ya tuhan, kemana lagi aku berjalan? Kemana aku harus cari uang?" keluh Azlin menghrmpaskan di pinggir trotoar.Matanya menyapu seluruh tempat itu, memandang dengan cermat keadaan sekitar.Hingga dia memutuskan untuk mengatasi masalahnya dengan mengunjungi pasar setempat.Meskipun langkah ini agak nekat, tapi Azlin yakin dia bisa menemukan cara untuk mengisi perutnya yang kosong.Saat tiba di pasar, dia melihat tumpukan barang-barang yang perlu diangkat oleh penjual. Ide langsung muncul dalam pikirannya."Hemh, apa aku bisa?" Pikir Azlin memutar otaknya.Azlin pun langsung menyambangi tempat seorang pria yang sedang bersusah payah mengangkat banyak barang."Maaf, Bapak. Apa aku bisa kerja pada bapak?" tanya Azlin ragu."Kerja? Maaf-maaf. Pelayan tokoku sudah terlalu padat. Aku juga h