"Lalu, jika hal-hal yang kalian praktekkan masih sama seperti di masa lalu, kenapa kalian tidak mencapai setengah kejayaan seperti di masa lalu?" Tanya Bella yang masih penasaran, kenapa Seniman Beladiri Kuno tampak sangat langka sekarang. Karena jika mereka bisa seperti di masa lalu, seharusnya dunia saat ini di kuasai oleh Seniman Beladiri Kuno. Tapi karena tampak sulit ditemui, pasti ada yang terjadi. Sunjaya tidak perlu menjawabnya, karena Rendy sudah menebaknya dan berkata kepada Sunjaya, "Mengingat waktu sudah lebih dari seribu tahun sejak terakhir kali, tapi tidak memiliki perkembangan, sepertinya formula yang kalian olah tidak lengkap." Sunjaya mengangguk dan sangat membenarkan tebakan Rendy. "Seperti yang telah saya jelaskan di awal, catatan masa lalu menghilang bersamaan dengan formula latihan yang mereka gunakan di masa lalu. Apa yang ada sekarang adalah warisan cacat, yang bahkan tidak bisa mendekati 30% dari apa yang aslinya." "Karena hal itulah, kami tidak bisa menca
Setelah keluar dari tempat Rendy, Sunjaya yang berada di kursi roda dan sedang di dorong oleh Dayana tiba-tiba mengerutkan keningnya, dan bergumam, "Aku lupa mengatakannya...." "Apa?" Bertanya seperti ini saat mendengar gumaman ayahnya, Dayana tampak masih dengan kejadian barusan. Sunjaya tentu memahami nada suara Dayana, tapi dia terlalu serius untuk berpikir dan berkata, "Aku lupa mengatakan bahwa Sutan Banu adalah Murid dari Ba Ringin." "Ba Ringin?" Ketika mendengar nama itu, Dayana tiba-tiba berhenti mendorong kursi roda ayahnya. Pada saat yang sama, ekspresi kesal dan marah dari kejadian bersama Rendy tiba-tiba menghilang. Ekspresinya menjadi bermartabat, dan Dayana yang terkenal tenang, anggun dan cantik tiba-tiba kembali, tapi dia tidak menunjukkan kelebihannya, melainkan kekhawatiran dan sedikit ketakutan di wajahnya. Sunjaya juga memiliki ekspresi yang sama dan dengan berat berkata, "Lima tahun lalu, saat aku bertemu dengannya, jika tidak salah orang itu telah berada di
"Apakah kamu mengenalnya?" Tanya Rendy kepada Bella. Bella mengangguk dan menjawab, "Sima Cho, dia adalah pengusaha di bidang entertainment dan industri hiburan. Aku tahu dan bisa mengenalnya karena beberapa kali pernah bekerjasama dengannya, tapi aku tidak menduga bahwa dia akan melakukan hal semacam itu." "Apakah kamu memiliki kontaknya?" Rendy tidak peduli siapa itu Sima Cho, yang terpenting sekarang adalah petunjuk untuk menemukan keberadaan adik perempuannya."Sayangnya tidak," Bella menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab, "Sima Cho cukup misterius, saat aku menemuinya, dia tidak pernah meninggalkan nomor teleponnya, saat dia menghubungiku juga selalu menggunakan nomor yang berbeda-beda. Tapi...." Bella merasa ragu-ragu untuk mengatakannya, tapi saat melihat Rendy sedang menunggunya, dia akhirnya berbicara, "Julia, managerku beberapa waktu mengatakan bahwa Produser layar lebar Aji mendatangiku dan mengatakan untuk mengajakku bekerja sama. Jika aku tidak salah ingat, sepert
Ketika tiba di Jakarta dengan menaiki helikopter, Rendy dan yang lainnya tidak mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta, melainkan Landasan Udara Halim Perdanakusuma. Saat Ryan dan yang lainnya turun ke dari helikopter, mereka juga segera di sambut dengan penghormatan oleh ratusan tentara angkatan udara yang telah berbaris rapi dan menunggunya. Bersama dengan komisaris Burhan, Ryan seperti disambut layaknya pahlawan negara. Ratusan prajurit dengan pangkat tinggi dan rendah berbaris rapi sambil segera memberinya hormat militer. Jika ada orang yang tidak mengenal Rendy, mereka akan berpikir bahwa itu terlalu berlebihan, karena dilihat dari manapun, kelompok Rendy, Bella serta gadis kecil Lilya tidak seperti seorang aparat negara sama sekali. Secara sekilas, siapapun yang melihat hanya akan berpikir bahwa kelompok tiga orang itu adalah seorang pemuda biasa, tapi jika mengetahui identitas Rendy yang sebenarnya, bahkan pangkat Mayor jenderal angkatan udara harus memberinya peng
Di jalan raya, saat kelompok Rendy pergi ke untuk menemui produser Aji, Julia yang sedang duduk di kursi kopilot bersama dengan Agam, yang menyetir di sebelahnya tidak bisa untuk tidak merasa bingung dan berperang dengan pikirannya. Menyaksikan tiga orang di kursi penumpang melalui kaca spion depan, dia tidak bisa untuk tidak merasa tertekan dan memikirkan semuanya. Pikiran tentang identitas Rendy yang sebenarnya mungkin bukan lagi menjadi bahan utama, tapi apa yang terjadi di belakangnya adalah sesuatu yang membuatnya tertekan. Karena, pria yang sedang duduk dan tampak tersenyum saat berbicara dengan Bella serta Lilya di kanan kirinya, sosok Rendy yang sebelumnya membuat Jenderal Ananda ketakutan telah benar-benar menghilang. Melihat sekilas, siapapun tidak akan berpikir bahwa pemuda yang tampak tersenyum ramah dan kadang juga tertawa saat berbicara itu ternyata memiliki identitas luar biasa. Mengingat dirinya di masa lalu, Julia akhirnya mengerti kenapa dia tidak mempercayai Re
"Aku pengawal Bella." Rendy segera menjawab sebelum Julia memperkenalkannya. Tentu, saat semua orang termasuk Aji mendengar pengenalan Rendy, beberapa tatapan berbeda segera muncul di ruangan. Tapi selain kebingungan dan ketidaksenangan dari Julia serta Aji itu sendiri, senyum main-main muncul di wajah Bella serta Lilya. "Apakah kamu hanya seorang pengawal?" Aji bertanya sambil memeriksa Rendy dari atas kebawah. "Dia memang pengawalku," sebelum ada yang berkomentar, Bella segera menjelaskan dengan senyum yang sedikit di tahan, "Dia adalah pengawal pribadiku, yang kemanapun aku pergi, dia harus mengikutinya." "Bagaimana dengannya?" Aji kembali bertanya saat melihat kearah Lilya dengan tidak senang, karena gadis kecil itu jelas-jelas menunjukkan rasa jijik dan selalu nyengir saat melihat dirinya. "Dia adalah adikku." Jawab Bella tanpa ingin panjang lebar langsung bertanya, "Aku datang kemari bukan untuk menemuimu, tapi untuk menanyakan keberadaan Sima Cho. Jika kamu mengetahuinya,
"Apa maksudmu dengan satu miliar?" Tanya Bella kepada Julia."Satu miliar sekali syuting!" Julia menoleh kearah Bella dan dengan bersemangat menjelaskan, "Sebenarnya ini bukanlah syuting layar lebar, melainkan biografi tokoh peran utama, dan peran utamanya adalah kamu. Bisa dibilang ini adalah pengenalan tokoh utama sebelum akhirnya kamu terjun ke layar lebar!""Apa maksudmu?" Bukannya mengerti, Bella semakin tidak tahu dengan apa yang Julia katakan. "Jadi begini," Julia mencoba untuk bernafas dengan tenang dan menstabilkan hatinya sebelum menjelaskan, "Ini seperti platform streaming, dimana kamu ada peran utamanya, dan untuk melihat semua orang harus membayar. Pembagian dari penonton yang melihat adalah 50:50 persen. Diluar itu, sekali syuting kamu akan mendapatkan bayaran satu miliar, dan kontrak kerja ini bukan seberapa banyak syuting dilakukan, tapi satu tahun." "Dengan kata lain, jika kamu bisa melakukan syuting film sebanyak sepuluh kali dalam setahun, kamu akan mendapatkan ba
"Tidak mungkin....." Ekspresi wajah produser Aji tampak luar biasa. Menyaksikan dua orang yang masih bugar di depannya, dia benar-benar tidak pernah berpikir keduanya akan bisa melawan efek obat yang dia berikan, karena bagaimanapun, obat yang dia berikan bisa membuat gajah tertidur bahkan jika hanya beberapa mililiter. Tetapi, dua orang ini sebenarnya bisa tetap bugar setelah meminum anggur dari gelas yang telah dia olesi obat yang sama? "Sial!" Tapi produser Aji segera sadar dan berteriak, "Bunuh dia!" Tidak ada pilihan! Setelah rencananya diketahui, dia hanya bisa membunuh Rendy untuk menghilangkan saksi mata. Sayangnya dia terlalu meremehkan dua orang di depannya. Tanpa perlu Rendy yang bergerak, Lilya yang dilihat dari manapun adalah seorang gadis kecil dan tampak tidak berbahaya ternyata sangat mengerikan. Setelah produser Aji memerintahkan, gadis kecil itu sudah bangun dari tempat duduknya dan berbalik untuk menyeringai kepada dua pengawal bertumbuh besar di sana. Sanga
Tuan Cheng merasa ragu dengan apa yang Bella berikan, dan mencoba membukanya hanya untuk terdiam saat melihat apa yang ada di dalamnya. Tidak ada bedak atau peralatan kecantikan di dalam wadah kosmetik sepuluh sentimeter persegi itu, melainkan tampilan layar hijau penuh dengan dua titik yang tampaknya berjarak cukup jauh. "Itu adalah radar yang telah aku persiapkan," Bella menjelaskan sambil menunjukkan titik merah kecil di layar, "Titik merah di tengah adalah tempat dimana kita sedang berada, sedangkan titik yang ada di depan adalah Sima Cho berada." "Jadi, sebenarnya...." Tuan Cheng segera mengerti dan melihat kearah dua pria dan wanita di depannya. Bella membenarkan dan sekali menjelaskan, "Kami memang memiliki radar dan tahu dimana Sima Cho berada, dan kemungkinan besar dia akan menuju tempat Sekte Misterius itu berada. Tapi kami tidak tahu medan di pegunungan ini, jadi kami akan meminta Tuan Cheng untuk menunjukkan jalannya." "Jadi begitu...." Tuan Cheng sekali lagi melihat
Pagi hari. Saat cuaca masih dingin, tapi cahaya matahari mulai naik, Tuan Cheng yang masih tertidur di tenda mulai membuka matanya, dan berkedip beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya beberapa waktu. "Aduh...." Mengelus tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa sakit, kedua matanya tiba-tiba terbuka lebar dan seketika berdiri. "Benar... Kemarin malam...." Pria paruh baya itu tiba-tiba berlari keluar tenda dan berteriak. "Tuan Red! Tuan Red! Bahaya!" Dengan berteriak dan berlari terburu-buru, Tuan Cheng yang tampak panik segera tiba di tempat Rendy berada. Di sana, Rendy ternyata sudah bangun dan sedang minum kopi, tampak santai dan tenang menoleh ke arahnya. "Baru bangun?" "Ya.. yah!" Menjawab sambil mencoba mengatur nafasnya, Tuan Cheng kembali menjadi panik dan buru-buru berkata, "Itu, Tuan Sima, dia... Dia pergi! Saat saya bangun tadi, saya tidak melihat tanda-tandanya. Selain itu... Saya ingat jika kemarin malam--""Oh... Apakah Tuan Cheng sudah bangun?" Suara Bella memot
"Demi Dewa! Apakah dia Manusia?" Satu penembak jitu di atas tebing tampak terkejut dan tidak percaya saat melihat sosok Rendy melalui teropong. "Jangan banyak bicara! Kita harus cepat pindah lokasi!" Satu sniper lain segera memperingatkannya dan mulai berbalik. Tapi, "bom" segera terdengar dan menghentikannya keduanya untuk bergerak lebih jauh. Berdiri di atas tebing, dua orang itu sangat terkejut dan berhenti bergerak saat menyaksikan sesosok manusia berjalan dari gumpalan awan es. Tapi keduanya segera tersadar dan mengambil pistol. "Dor!""Dor!"Dua tembakan pistol terdengar, tapi sosok Rendy telah menghilang dari hadapan keduanya. "Dimana bocah itu?" "Apakah kita menjatuhkannya?" Keduanya saling bertanya dengan aksen Mandarin, tapi kemudian berhenti saat mendengar suara acuh tak acuh di belakangnya. "Apakah kalian mencariku?" "Kau?" Keduanya kembali terkejut dan berbalik saat mendengar Rendy juga menggunakan aksen Mandarin. Tapi Rendy tidak lagi basa basi dan sudah muncul
Siang hari, kelompok Rendy akhirnya tiba di Kota Babao. "Kota Babao sebenarnya adalah kota yang sudah ada di Pegunungan Qilian. Jika seseorang ingin mendaki gunung, ini adalah titik awal pendakian." Tuan Cheng mulai menjelaskan kepada Rendy. Setelah melakukan perjalan setengah hari bersama-sama, Tuan Cheng mengetahui bahwa pemimpin dari kelompok mereka adalah Rendy. Awalnya dia berpikir bahwa Rendy sedang melakukan pendakian atau berwisata ke Pegunungan, tapi dia menemukan bahwa pria ini tidak terlihat seperti seorang pendaki. Dikatakan sebagai turis juga bukan, meskipun Bella, wanita itu terlihat terlalu cantik untuk menjadi seorang pendaki, dia juga tidak terlihat sebagai orang yang sedang berlibur. Di situlah Tuan Cheng merasa ragu, tapi dia masih menjelaskan hal-hal tentang Pegunungan Qilian sebagai seorang profesional. "Menurut koordinator yang di berikan oleh Tuan Sima Cho, kita akan menuju ke Gunung Qilian yang dikatakan perbatasan akhir ke Gunung Kunlun. Untungnya itu mas
Mengetahui bahwa saat tiba di Kota Xining adalah sore hari, Rendy memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Qilian esok hari. Bukan karena dia terlalu lama membuang waktu, tapi ada hal yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Mengorek informasi dari Sima Cho, bahwa ada sebuah Sekte budidaya di Pegunungan Qilian, Rendy berpikir bahwa kekuatannya saat ini masih terlalu lemah. Meski tidak bisa di pastikan kebenarannya, Rendy memilih untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bagaimanapun itu adalah sebuah Sekte. Jadi, pada malam harinya, Rendy sudah duduk di dalam kamar hotel sambil mengeluarkan kalung yang dia dapatkan dari Dayana. Keluarga Magata mungkin berpikir bahwa kalung warisan Keluarga mereka bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Rendy tahu bahwa itu adalah hal yang langka di bumi. Batu Spiritual. Batu yang memiliki energi spiritual antara langit dan bumi, itu adalah batu yang di gunakan oleh Dayana sebagai kalung. Berbicara tentang batu spi
Wajah Rendy kali ini menjadi dingin, dan membuat tubuh Sima Cho gemetar ketakutan. Benar-benar sangat takut, Sima Cho seketika jatuh ke tanah dengan air kencing yang mulai membasahi celananya. Sima Cho, pria dewasa dan dihormati di manapun berada itu sebenarnya mulai kencing di celana. "Hum?" Ketika Rendy melihatnya, seketika dia mengerutkan keningnya dan berhenti. Tapi dia tidak peduli dengan keadaan Sima Cho dan dengan dingin berkata, "Jangan berpikir bahwa aku akan melupakan semua perbuatanmu." "Bang!" Seketika Sima Cho menjatuhkan kepalanya ke tanah dengan keras dan bersujud kepada Rendy. "Tu-tuan.... Master... Grandmaster... Tuan Yang Agung! Sa-sa-saya... Mengaku salah! Tolong ampuni nyawa saya.... Apapun akan saya lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku." "Apa menurutmu nyawamu setimpal dengan semua yang telah kamu lakukan?" Nada suara Rendy terdengar sangat dingin. Mengingat tentang kematian kedua orang tuanya, dan keberadaan adik perempuannya yang tidak diketahui, apa
"Ledakan!"Energi di seluruh tubuh Ba Ringin meledak, dan dengan raungan, harimau di belakangnya mulai bergerak. "Bom.""Bom." "Bom."Seolah-olah terjadi gempa bumi, harimau raksasa itu seolah-olah membawa kehancuran saat bergerak. "Rooarr!" Membuka mulutnya, dan berlari di tanah, harimau itu meninggal kekacauan di belakangnya. "Menarik...." Tidak memiliki waktu untuk berkomentar, Rendy mulai serius dan memasang kuda-kuda. Meremas jari-jari di tangan kanannya, waktu di sekitar Rendy tiba-tiba berhenti, kemudian bergetar, dan dengan "ledakan" raungan Naga seketika terdengar. "Groooarrh!!" Meninju udara di depannya, kepala Naga Merah, seperti sebuah darah kental terbang dari balik tinju Rendy. Memiliki ukuran yang sama dengan harimau raksasa di sisi lain, keduanya akhirnya bertemu. "Boom!""Boom!"Dunia seakan-akan mengalami kehancuran, bumi mulai bergetar, debu dan angin tiba-tiba datang menghantam segalanya. "Boom!" Seolah-olah ada gunung yang meletus, suara ledakan itu te
"Kamu?" Wajah Ba Ringin kali ini menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tidak lagi mengabaikan atau meremehkan pria muda di depannya, Ba Ringin mulai melihatnya dengan tatapan serius dan waspada. Karena barusan, satu serangan Rendy memberikan banyak dampak pada tangan dan pikirannya. Rasa sakit dan kesemutan pada pergelangan tangannya membuktikan bahwa apa yang dilakukan Rendy sebelumnya bukanlah sesuatu yang bisa di anggap remeh. Dari kejadian itu, Ba Ringin juga harus berpikir dan yakin bahwa pria ini memiliki kedudukan yang sama dengannya. Tidak! Ba Ringin melihat sesuatu yang berbeda dan membuat keningnya berkerut. "Grandmaster... Apakah kamu seorang Grandmaster?" Tidak menjawab, Rendy hanya memberikan senyum tipis, dan berkata, "Jika kamu tahu, sebaiknya kamu segera menyingkir." "Hehehe...." Tiba-tiba Ba Ringin tertawa kecil dan melihat Rendy dengan pandangan berbeda. Itu seperti pertama kali melihatnya, ada sedikit antispasi dan harapan di kedua matanya. Tapi tidak ada lagi
"Ini...."Dua teman dan dua orang di dalam villa secara bersamaan terkejut saat melihat kejadian itu. Tapi Rendy tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan sekali lagi bergerak. Sama seperti yang muncul di cctv sebelumnya, gerakan Rendy kali ini benar-benar cepat dan mustahil untuk dilihat melalui mata telanjang. Apa yang muncul di layar cctv hanya sebuah bayangan yang meluncur pada dua orang di sisi lain yang masih terkejut selama seperkian detik, dan dua kali suara tubuh teredam terdengar. "Bam.""Bam." Dua tubuh yang jatuh ke tanah sejauh sepuluh meter, dan tidak lagi bergerak menjadi kengerian yang segera Sima Cho rasakan. Jantungnya berdetak kencang, dan ketakutan mengakibatkan keringat dingin membasahi punggungnya. Abnormal. Adalah kata-kata yang bisa Sima Cho pikirkan. Tidak pernah sekalipun dia berpikir bahwa ada manusia yang memiliki kekuatan semacam itu. Sepanjang hidupnya, pemandangan semacam ini adalah pertama kalinya dia temui.Dua orang Seniman Beladiri Kuno t