Part 66
A friend is one that knows you as you are, understands where you have been, accepts what you have become, and still, gently allows you to grow." - William Shakespeare
*****
Malam itu, Alexandra memperhatikan langit malam dari beranda kamar. Derap langkah kaki terdengar memasuki kamar.
"Itu pasti sang raja milikku sudah datang," ucap Alexandra.
Evander langsung tersenyum dan memeluknya dengan erat dari arah belakang. Ia menciumi tengkuk milik wanita itu dengan penuh cinta.
Alexandra lalu berbalik badan. Ia melingkarkan kedua lengannya di leher kekar pria itu.
"Malam ini tak akan aku biarkan apapun menghalangiku memilikimu," ucap Evander lalu ia kecup ujung hidung milik Alexandra.
"Hahaha... memangnya apa yang akan menghalangimu memiliki aku?"
"Mungkin Selena, mungkin juga Ares, atau mungkin pengganggu lainnya, bisa jadi kan?"
"Baiklah, baiklah, sini ikut aku!"
Part 67 “Destiny is not a matter of chance, it is a matter of choice; it is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved.”—William Jennings Bryan. ***** Pagi itu, Naga Ares menemui Alexandra di beranda kamarnya. "Apa kau punya waktu untuk mengikuti ku saat ini?" tanya Ares. "Memang nya kita mau ke mana?" tanya Alex gantian bertanya. "Aku ingin kau mengikuti aku, kita akan pergi ke Bukit Kegelapan," ajak Ares. "Baiklah tunggu di sini, aku akan bilang sama Raja Evander dulu ya, karena dia akan bergegas menemui para ksatria baru hari ini," ucap Alex. "Baiklah, aku akan menunggumu di sini." Lalu kemudian, Alexandra menemui Raja Evander. "Sayang, aku akan pergi dengan naga Ares. Aku harap kamu tidak merindukanku," ucap Alex. "Kau tahu, sebenarnya saat kau pergi sedetik saja dari pandanganku, aku sudah merindukanmu," ucap Evander. Alexandra la
Part 68 “Every great dream begins with a dreamer. Always remember, you have within you the strength, the patience, and the passion to reach for the stars to change the world.” — Harriet Tubman. ***** "Aku punya rencana, tetapi rencana itu butuh kekuatan besar dan mungkin saja menggunakan seluruh kekuatan ku." "Rencana apa itu? Dan apa yang terjadi padamu jika kekuatanmu habis digunakan?" tanya Alexandra penuh ingin tahu. "Aku akan membuat duplikat untukmu, tak akan ada yang tau saat kau kembali ke masa depan. Hanya saja, mungkin bukan kau yang pergi tapi aku juga pergi karena sudah menggunakan semua kekuatan ku." "Tuan Ares...." "Demi keseimbangan alam dan demi dirimu agar bisa kembali ke masa depan, aku bersedia mengorbankan nyawa. Jadi, jangan kau sia-siakan usahaku nanti," ucap Ares. "Lalu, kapan aku harus kembali?" "Secepatnya, kalau tidak segera, kau akan membusuk dan mati di s
Part 69 “Good character is not formed in a week or a month. It is created little by little, day by day. Protracted and patient effort is needed to develop good character.” — Heraclitus ***** "Nah, jika kau percaya akan hal itu, maka kau harus percaya juga kalau Alexandra memang berasal dari masa depan," sahut Demon. Alexandra memberi acungan ibu jari pada Demon seraya tersenyum. "Lalu, Kak Alex akan kembali?" Selena terlihat tampak sedih ketika memikirkan jika Alex akan kembali ke masa depan. Alexandra mengangguk mengiyakan, ia berusaha menahan tangis. "Kau akan meninggalkan kami? Meninggalkan aku?" Selena mulai menangis membayangkan Alexandra akan pergi lagi. "Kau tau, Naga Ares akan menciptakan kembaran yang mirip denganku, semua tubuhnya, sifatnya dan ingatannya sama dengan yang kumiliki jadi aku harap kau akan menemaninya dengan baik di sini," ucap Alex seraya merangkul bahu
Part 70 "Happiness is the secret to all beauty. There is no beauty without happiness. Most folks are as happy as they make up their minds to be. Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony." — unknown. ***** Pagi itu, Alexandra sudah merias Nyonya Demi dengan cantiknya. Sementara Demian diasuh oleh Selena. Gadis itu juga mendandani Demian layaknya pangeran kecil padahal dia memang pangeran Lycan. Untungnya bocah itu sangat patuh hari itu seolah dia tau kalau hari itu akan menjadi hari yang membahagiakan untuk ibunya. "Bagaimana tentang Josh, apa kau sudah memberi perintah padanya?" tanya Alexandra pada Evander. "Sudah, sesuai rencana darimu, kan? Aku menyuruhnya untuk berpakaian rapi layaknya seorang raja dan mewakiliku untuk pergi mencari bunga demi persembahan sang raja negeri seberang, dan apa kau tau kalau dia sangat muda dibohongi hihihi...." "Bukan begitu juga, dia
Part 71 “Be strong enough to let go and patient enough to wait for what you deserve.” — Unknown ***** Alexandra pamit pada Evander, tetapi pria itu tak menyadarinya. Ia hanya berpikir kalau permaisurinya hanya akan pergi sebentar bersama naga Ares. "Lekas kembali, ya! Aku akan merindukanmu dengan segera," ucap Evander. "Aku akan segera kembali, sampai jumpa sayang...." Alexandra tersenyum dan melambaikan tangannya pada Evander lalu menaiki punggung sang naga menuju Bukit Kegelapan atau The Dark Hill. Sesampainya di sana, Obis dan Shakira sudah menunggunya. "Apa kau siap?" tanya Ares. "Tapi, bagaimana denganmu nanti, Tuan Ares?" "Aku akan selalu abadi berada di hati dan ingatanmu," ucap Ares. "Alexandra, terimalah kalung mutiara buatanku, Obis membantu mencari mutiara ini. Kami membuatkannya untukmu agar kau mengingat kami selalu," ucap Shakira seraya menyerahkan kalung mutiara yang ia bantu kenakan di le
Part 72 "A respectable person always remains honourable even if he is afflicted with difficulties".— Unknown. ***** Alexandra memutuskan melangkah menuju ke terminal bus. Ia memesan tiket untuk menaiki bus menuju ke panti asuhan tempat ia berada dulu. Ia menghubungi Tania untuk memberitahukan kalau ia ingin kabur sementara ke kampung halamannya. Gadis itu memandangi deretan pohon pinus yang seolah pergi meninggalkannya dari jendela bus tersebut. Ia berharap bisa menenangkan diri di sana demi menyelesaikan permasalahannya. Malam itu, Alexandra tiba di sebuah desa bernama Heaven Field. Bagian wilayah pinggiran yang merupakan kota kecil di New Bluex. Desa yang sangat indah yang menjadi desa terindah di kota tersebut. Deretan rumah yang terbuat dari kayu tertata dengan rapi dan menjadi pemandangan yang sangat indah yang membuat para wisatawan merasa kagum akan itu semua. "Semua masih tetap sama, betapa aku rindu d
Part 73 Love can change the concept of time. Hours feel like seconds when we are together. Days feel like years when we are apart. — unknown. ***** Sore itu, saat ia menggunakan sepeda pulang dari Asrama Heaven, ia melihat sebuah bukit. Bukit yang mengingatkannya akan The Dark Hill. "Hmmm... Aku begitu merindukan Evander dan yang lainnya. Sebaiknya aku bergegas pulang," ucap Alexandra lalu mengayuh sepeda milik anak panti menuju panti asuhan. Satu bulan berlalu, Alexandra mulai betah bekerja menjadi pengajar di asrama tersebut. Perlahan-lahan, ia mulai mencicil hutangnya sedikit demi sedikit. Hari itu, Brian mengajak Alexandra menuju ke sebuah perpustakaan sekolah di desa yang kecil itu. Pemuda itu terlihat mulai menyukai Alex. Kala itu, saat Alex sibuk mencari buku - buku yang menjelaskan mengenai keadaan zaman kerajaan Anathema yang ternyata ada sejarahnya, Brian datang mengh
Part 74 “Never regrets being a good person, to the wrong people. Your behavior says everything about you, and their behavior says enough about them.” — unknown. ***** Brian mengantar Alexandra ke kota New Bluex menuju ke gedung E Sky di jalan Fork Street. Gadis itu juga menghubungi Tania untuk menemuinya. Sayangnya uang hasil penjualan apartemen dan barang-barang mewahnya sudah ia gunakan untuk melunasi hutang dan masih belum cukup juga menurut Tania. "Duh, berapa ya hutang Tante Emma, mana semua hartaku sudah aku jual untuk melunasi hutangku sendiri," gumam Alexandra dalam mobil yang dikendarai Brian. "Aku punya tabungan, kau boleh pinjam dulu, Lex," ucap Brian seraya fokus menyetir. "Jangan! Aku tak ingin memanfaatkan dirimu. Aku akan coba berjuang sendiri terlebih dahulu. Ini saja aku sudah merepotkanmu begini," ucap Alexandra. "Aku tak merasa repot, kok, aku malah senang bisa membantumu," ucap Brian. Akhirny