Part 72
"A respectable person always remains honourable even if he is afflicted with difficulties".— Unknown.
*****
Alexandra memutuskan melangkah menuju ke terminal bus. Ia memesan tiket untuk menaiki bus menuju ke panti asuhan tempat ia berada dulu. Ia menghubungi Tania untuk memberitahukan kalau ia ingin kabur sementara ke kampung halamannya.
Gadis itu memandangi deretan pohon pinus yang seolah pergi meninggalkannya dari jendela bus tersebut. Ia berharap bisa menenangkan diri di sana demi menyelesaikan permasalahannya.
Malam itu, Alexandra tiba di sebuah desa bernama Heaven Field. Bagian wilayah pinggiran yang merupakan kota kecil di New Bluex. Desa yang sangat indah yang menjadi desa terindah di kota tersebut.
Deretan rumah yang terbuat dari kayu tertata dengan rapi dan menjadi pemandangan yang sangat indah yang membuat para wisatawan merasa kagum akan itu semua.
"Semua masih tetap sama, betapa aku rindu d
Part 73 Love can change the concept of time. Hours feel like seconds when we are together. Days feel like years when we are apart. — unknown. ***** Sore itu, saat ia menggunakan sepeda pulang dari Asrama Heaven, ia melihat sebuah bukit. Bukit yang mengingatkannya akan The Dark Hill. "Hmmm... Aku begitu merindukan Evander dan yang lainnya. Sebaiknya aku bergegas pulang," ucap Alexandra lalu mengayuh sepeda milik anak panti menuju panti asuhan. Satu bulan berlalu, Alexandra mulai betah bekerja menjadi pengajar di asrama tersebut. Perlahan-lahan, ia mulai mencicil hutangnya sedikit demi sedikit. Hari itu, Brian mengajak Alexandra menuju ke sebuah perpustakaan sekolah di desa yang kecil itu. Pemuda itu terlihat mulai menyukai Alex. Kala itu, saat Alex sibuk mencari buku - buku yang menjelaskan mengenai keadaan zaman kerajaan Anathema yang ternyata ada sejarahnya, Brian datang mengh
Part 74 “Never regrets being a good person, to the wrong people. Your behavior says everything about you, and their behavior says enough about them.” — unknown. ***** Brian mengantar Alexandra ke kota New Bluex menuju ke gedung E Sky di jalan Fork Street. Gadis itu juga menghubungi Tania untuk menemuinya. Sayangnya uang hasil penjualan apartemen dan barang-barang mewahnya sudah ia gunakan untuk melunasi hutang dan masih belum cukup juga menurut Tania. "Duh, berapa ya hutang Tante Emma, mana semua hartaku sudah aku jual untuk melunasi hutangku sendiri," gumam Alexandra dalam mobil yang dikendarai Brian. "Aku punya tabungan, kau boleh pinjam dulu, Lex," ucap Brian seraya fokus menyetir. "Jangan! Aku tak ingin memanfaatkan dirimu. Aku akan coba berjuang sendiri terlebih dahulu. Ini saja aku sudah merepotkanmu begini," ucap Alexandra. "Aku tak merasa repot, kok, aku malah senang bisa membantumu," ucap Brian. Akhirny
Part 75 "Set your goals high, and don’t stop till you get there." - Bo Jackson. ***** Alexandra merebahkan bokongnya. Kursi besar du hadapannya itu lalu berputar 180 derajat dan langsung membuatnya tersentak. "Evan?" "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya pria yang ternyata sangat mirip dengan Raja Evander dari Kerjaan Anathema. "Tentu saja aku mengenalmu, kau kan Raja Evander penguasa Anathema dan kau itu merupakan —" Alexandra sadar kalau ia telah kembali ke dunia nyata. Tak mungkin juga baginya untuk menceritakan mengenai Kerajaan Anathema. Pastinya pria yang mirip Raja Evander ini nanti akan menertawainya dan menganggapnya gila. Begitu juga dengan Miss Hillary yang menatap aneh pada Alexandra. "Sepertinya aku pernah melihat Anda di suatu majalah bisnis, makanya aku seperti mengenalmu." Alexandra menjawab dengan alasan palsu. Namun, Evander juga mengamati gadis itu dengan saksama. "Apa memang kit
Part 76 Never stop fighting until you arrive at your destined place – that is, the unique you. Have an aim in life, continuously acquire knowledge, work hard, and have perseverance to realise the great life.” — A. P. J. Abdul Kalam. ***** "Kenapa kau sangat percaya sih dengan gadis ini?" tanya Evander. "Dia memang punya hasil karya yang bagus dan aku suka," jawab Julian. Wanita itu melingkarkan tangannya di lengan Evander. "Bagaimana kalau setelah ini kita pergi makan bersama?" tanya Julian. "Baiklah." Ms. Hillary lalu masuk membawa surat kontrak yang baru saja dia buat. "Sini aku baca dulu surat kontraknya!" pinta Julian meminta surat kontrak tersebut. Setelah ia membacanya dengan saksama lalu wanita itu menyerahkan kontrak pada Alexandra. "Kau tanda tangani di sini!" Julian menunjuk letak dalam surat kontrak yang harus Alex tanda tangani. "Aku baca dulu, ya," pinta Alex. "Lekas,
Part 77 "It was love at first sight, at last sight, at ever and ever sight." - Vladimir Nabokov ***** Alexandra selesai memasak Fettuccine Alfredo atau fettuccine al burro, adalah sebuah hidangan pasta Italia yang terbuat dari fettuccine yang dicampur dengan mentega dan keju Parmesan. Saat keju mencair, bahan tersebut kemudian dijadikan saus yang dicampur dengan pasta tersebut. Tania dan keluarganya, yaitu ayah ibu dan adiknya mengagumi cita rasa yang dihasilkan dari masakan Alexandra yang terasa lezat. Selama membantu Ibu Rose saat di Anathema, ia mulai belajar memasak. Sayangnya, ia teringat kembali dengan kematian wanita itu. "Semoga Ibu Rose tenang di sana," lirihnya. "Aku boleh minta lagi untuk bekal di sekolah?" tanya Edwin. "Eh, bocah gembul! Kau sudah makan dua piring barusan," ucap Tania mengacak-acak rambut adiknya. "Tak apa, Tan, aku kebetulan masak banyak." "Terima kasih ya, Alexandra."
Part 78 Who would have thought, eventually love will come at an unexpected time. We just need to be patient and continue to improve in order to be worthy of it. — unknown. ***** Evander penasaran dengan yang dilakukan Alexandra di ruang kerjanya. Ia berpura-pura untuk melintas. Setelah mimpi malam itu, ia jadi sering memikirkan gadis itu. Ia melihat Alexandra sedang menyantap pasta buatannya sendiri seraya mengerjakan sketsa dengan tekun. Gadis itu benar-benar tak mau membuang waktu dalam mengerjakan tugasnya. Dia benar-benar ingin bertanggung jawab dan memperbaiki diri. "Apa aku sebaiknya membawakan dia kopi, ya?" gumam Evander. Setelah berjalan mondar-mandir, akhirnya ia menghubungi pekerja pantry di lantai tersebut untuk membuatkannya kopi latte. Setelah kopi ada di tangannya, ia memberanikan diri menuju ruang kerja Alexandra. "Hai, permisi, apa aku mengganggumu?" tanya Evander. "Hai, sini masuk! Kau tidak mengganggu
Part 79 "Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang."— Khalil Gibran ***** Setelah seminggu berlalu, Alexandra akhirnya menyelesaikan sketsa pakaian yang berhubungan dengan kerajaan Anathema. "Terima kasih, Alexandra... dengan begini aku akan segera memerintahkan para pegawai di konveksi milik ayahku untuk menjahit pakaian ini," ucap Julian. "Memangnya kapan acara pameran itu akan diselenggarakan?" tanya Alex. "Kemungkinan bulan depan, tenang saja aku akan mengundangmu dalam acara pameran tersebut," ucap Julian. "Baiklah, terima kasih Nona, kalau begitu aku pamit dulu. Jangan lupa kembalikan surat tanah milik Nyonya Lorena," ucap Alexandra menoleh pada Evander. "Aku akan menepati janjiku," ucap Evander. "Terima kasih." Alexan
Part 80 "Love, it could make you sad.It could even make you lonely sometimes. But that love can also make you happier than you'll ever be." - Fruit Basket. ***** Alexandra makin liar sampai beralih menciumi ke bagian dada bidang milik Evander. Pria itu sangat menikmati sensasi menggairahkan yang gadis itu ciptakan di malam dingin tetapi terasa makin panas. "Alexandra, hentikan!" lirih Evander seraya mendesah. Gadis itu kemudian kembali menghisap leher pria tersebut dan meninggalkan bekas kepemilikan ke tempat yang berbeda sampai ke bagian dada bidang milik Evander. Untuk sesaat pria itu menikmati sensasi menggairahkan yang Alexandra ciptakan malam itu. Gadis yang mabuk itu tak menyadari telah membangunkan harimau yang sudah tertidur terlalu lama itu. Hasrat seorang pria yang sudah lama i
Ekstra Part Happy Ending “Happiness is not something ready made. It comes from your own action," — Dalai Lama. ***** Kondisi Evander dan Alexandra sudah membaik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Ayah dan ibunya menyempatkan diri menjemput keduanya saat pulang dari rumah sakit. Tuan Edward bahkan memberikan mereka bulan madu menuju Maldives dengan pesawat jet pribadi yang bertuliskan E Sky di dinding pesawat. "Ayah, kau benar-benar akrab dengan Ares sekarang ini," ucap Alexandra kala merangkul pinggang ayah mertuanya itu. Tuan Edward menoleh ke arah Ares yang berjalan di sampingnya. "Dia anjing yang pintar, semua yang aku perintahkan dia paham." Gurat kerutan di wajahnya nampak jelas kala ia tersenyum. "Yah begitulah ayah kalian, ia bahkan sengaja pulang cepat untuk bermain dengan anjing ini. Dia sudah menganggap Ares seperti anak
Part 90 “There are all these moments you think you won’t survive. And then you survive.” — David Levithan. ***** Beberapa petugas yang membawa tandu untuk mengevakuasi tubuh Alexandra dan Evander datang. Tuan Edward dan sang istri bersama Selena juga ikut berlarian menuju tepi sungai. Mereka juga tak sabar ingin melihat keduanya. Alexandra mencoba membuka kedua matanya. Ia sudah melihat para petugas lalu lalang di sekitarnya saat sudah berada di atas tandu darurat. Wanita itu menoleh ke arah Evander yang juga sedang ditandu. "Hai, Alex!" sapa Selena yang mengiringi dengan melangkah di samping tandu Alexandra. "Hai, Sel! Di mana Ares?" Alexandra mencari keberadaan anjing peliharaannya itu. "Ada, tuh! Dia terlihat menggemaskan dan lucu sekali." Selena menunjuk Tuan Edward yang menggendong tubuh anjing siberian husky yang kira-kira berusia satu tahun itu. Pria itu merasa berhutang budi
Part 89 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals.–Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya, Alexandra, Evander dan Ares melangkah mengikuti Obis dan Arial menuju The Dark Hill. Mereka sampai di batu besar bertuah yang menjadi pembuka dimensi waktu. Batu besar yang berpendar kehijauan seolah ada kristal-kristal yang menyelimuti permukaannya kala terkena sinar matahari itu berkilauan. "Wow, cantik sekali batu ini," ucap Evander. "Jadi, ini mungkin pertemuan terakhir kita, karena menurutku batu ini harus dihancurkan agar tak lagi membuka portal dimensi waktu," ujar Obis.
Part 88“Trust yourself. You’ve survive a lot, and you’ll survive whatever is coming.” — Robert Tew.*****"Ayah? Ibu?" Alexandra menoleh pada Tuan Obis."Begitulah."Pria kerdil itu mengangkat kedua bahunya."Kalian menganggapnya anak kalian?" tanya Alexandra."Ya, kau benar. Aku akan siapkan makanan untuk kalian. Oh iya, sebentar aku lupa mengeringkan tubuh kalian."Obis lalu mengarahkan telapak tangan pada Alexandra dan Evander. Makhluk itu sudah memiliki sihir untuk menyembuhkan dan mengeringkan tubuh kedua orang itu."Wow, kau hebat! Bagaimana kau bisa melakukan sihir seperti ini?" tanya Alexandra."Sejak aku pergi, batu besar tempat pedang Brave Gold memberikan aku kekuatan. Tapi, pedang itu hilang begitu saja. Dia akan kembali saat diperlukan
Part 87 “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why.” —Mark Twain. ***** Alexandra membuka kedua matanya. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Pipi wanita itu terasa dingin karena berada di atas tanah lembab. Jemari tangan kirinya mulai meraba. Tubuhnya basah kuyup kala itu. "Di mana ini?" lirih Alexandra mencoba mengamati sekitar. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Alexandra menemukan Evander terbaring tak jauh dari tempatnya berada. Tak butuh waktu lama, ia langsung menghampiri suaminya itu. "Evan, Evan sayang bangun...!" Alexandra berusaha mengguncang bahu kekar milik Evander. Tak ada respon yang tercipta. Pria itu masih terbaring tak berdaya. "Sayang, kau harus bangun! Jangan tinggalkan aku!" seru Alexandra. Tetap tak ada respon sampai akhirnya ia memberikan napas buatan pada pria itu. Linangan air matanya tak dapat terbendung sa
Part 86 “I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. ***** "Siap ya, satu... dua... ti... ga!" Alexandra dan Evander melempar bucket bunga bersama ke arah belakang mereka. Tania akhirnya berhasil menangkap bucket bunga yang dilemparkan oleh Alexandra dan Evander secara bersamaan itu. Dia berteriak histeris dan melonjak-lonjak kegirangan. "Yeaay, akhirnya aku dapat... aku akan menikah... aku akan menikah! Brian, kau harus menikahi aku,ya?" tanya Tania yang langsung menoleh ke arah pria itu. Brian terperanjat saat Tania mengatakan hal tersebut. Ia hanya tertawa dan menahan berat air saliva yang ada di mulutnya itu. Alexandra dan Evander hanya bisa tertawa saat itu melihat kelakuan sahabatnya. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan sebuah lagu cinta yang dipersembahkan oleh Alexander untuk suaminya. Suara Alexandra terdengar sangat merdu dan membuat para tamu undangan y
Part 85 “It can only be true love when you enable your other half to be better, to be the person they’re destined to be.” — Michelle Yeoh. ***** Namun, di luar area hotel, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Julian yang masih menyimpan dendam ingin melakukan sesuatu pada Alexandra dan Evander. Meskipun ia sudah mengakui semua hasil sketsa rancangan pakaian yang Alexandra buat atas namanya, ia masih juga ingin menghancurkan pernikahan Evander dan Alexandra malam itu. Julian duduk di dalam mobil miliknya yang terparkir di halaman hotel, sementara ia memerintahkan pembunuh bayaran untuk melakukan sabotase terhadap mobil pengantin itu. Pria yang menggunakan jaket hitam dan topi yang ia turunkan ujungnya agar wajahnya tertutup itu mengendap-endap. Pria itu menuju mobil pengantin milik Alexandra dan Evander. Ia melakukan pemotongan terhadap kabel penghubung rem agar rem mobil tersebut blong dan akan menyebabkan kecelak
Part 84 Today you start this new journey in your life. Let it be fantastic, crazy and wonderful, unbelievable and unforgettable. — unknown. ***** "Bawa ini, aku akan menghubungi Julian," ucap Evander. "Menghubungi Julian? Kau mau apa?" Evander menghentikan laju mobilnya. Ia menunjukkan wajah smirk pada wanita itu saat turun dari mobil untuk bergantian dengan Alexandra. Kini, Alexandra sudah berada di kemudi mobil Bugatti Chiron Pur Sport milik Evander dan melajukan kendaraan itu menuju panti asuhan. Evander menghubungi Julian kala itu, ia menekan icon loud speaker agar wanita di sampingnya bisa mendengarnya. "Sayang... kau ada di mana, sih?" tanya Julian dari seberang sana. "Aku sedang berada, entahlah aku ada di mana yang jelas aku hanya ingin bilang kalau..." "Kalau apa? Kalau kau mencintaiku dan ingin pernikahan dipercepat? Sayang, aku tahu kalau aku mencintaiku, tetapi jadwal kegiatanku sangat
Part 83 "Animals are not property or things but rather living organisms, subjects of a life, who are worthy of our compassion, respect, friendship, and support.” — Marc Bekoff. ***** "Ares? Apakah ini reinkarnasi naga besar itu?" gumam Alexandra. Evander menoleh dan menanyakan perihal yang dikatakan Alexandra. "Ares, naga besar? Apa maksudmu naga yang membawamu pergi ke Kerajaan Anathema?" tanya Evander. Alexandra menjawab dengan anggukan. Evander sekilas menoleh pada siberian husky yang ada di pangkuan wanita di sampingnya itu. Hewan itu dalam keadaan tak sadarkan diri kala itu. "Jika anjing itu ditabrak mobil, ia dapat mengalami patah tulang, masalah pada tulang belakang, luka dan perdarahan, shock, bahkan cedera otak yang menyebabkan koma atau kejang. Atau, dia mungkin tidak mengalami luka apapun dan pergi begitu saja. Seekor anjing yang terluka parah dapat menggigit Anda karena d