Part 51
“When you forgive, you in no way change the past, but you sure do change the future.” — Bernard Meltzer.
*****
Raja Evander melangkah mendekat ke arah Naga Ares seraya menundukkan kepalanya. Ia bahkan berlutut sambil menangis. Alexandra sampai heran melihat pria itu yang tiba-tiba berlutut.
"Maafkan aku," ucap Evander.
"Aku sudah melupakannya." Naga Ares mengucap dengan tulus.
"Tapi aku merusak rumah dan membunuh anak-anakmu, seandainya saja aku bisa berpikir lebih dewasa saat itu," Evander menunduk dengan penuh penyesalan.
"Tadinya aku juga sangat merasa dendam dan ingin menghancurkan kerajaan ini, akan tetapi ayahmu sangat berjasa ke padaku. Dia yang menyelamatkan aku ketika aku masih dalam telur. Lagipula, anak-anakku tak sepenuhnya mati di tanganmu," ucap Ares.
Naga Ares mengingat masa lalunya bersama Raja Evans kecil, ayah dari Evander.
***
Evans menangis di pelukan sang nenek, di depan pema
Part 52 “Forgiving what we cannot forgive creates a new way to remember. We change the memory of our past into a hope for our future.” — unknown. ***** kembali ke masa kini, saat Raja Evander meminta maaf pada Naga Ares. "Jadi kau dan ayahku—" "Ya, aku sangat mengagumi ayahmu, dialah yang menolong aku kala itu. Ibuku yang mengobati lukanya, tapi sayangnya pria bernama Albanus itu bekerja sama dengan penyihir dan para Lycan." Evander bangkit berdiri seraya mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. "Jadi, selama ini aku dibodohi oleh Albanus si tua bangka itu," sahut Evander. Dia pula yang sudah merencanakan pembunuhan kakek, nenek bahkan ayahmu. Bahkan dia juga yang membunuh ibuku." Ares mendengus kesal kala mengingat kematian ibunya yang dikepung oleh para Lycan dan terjebak sihir Devilla. "Boleh aku memelukmu?" tanya Evander. "Silakan." Raja Evander dan Naga Ares saling berpelukan. Alexa
Part 53 Stay positive and happy. Work hard and don’t give up hope. Be open to criticism and keep learning. Surround yourself with happy, warm and genuine people.” — Tena Desae ****** Namun, saat ia mencoba mencubit pipi Dengan dengan gemas, anak itu langsung mencengkeram kedua lengan bagian atas Alexandra dan membuat gadis itu berteriak. "Aw... lepaskan aku!" pekik Alexandra. Gadis itu merasakan panas menjalar di lengannya. Alex buru-buru melepas cengkeraman bayi itu. Bagaimana bisa tangan mungil ini menyakitinya dan memiliki kekuatan seperti itu. Naga Ares mengetahui hal tersebut. Ia lalu menghampiri Demian dan menyentuh kepala anak kecil itu. "Untuk sementara waktu aku bisa mengendalikan kekuatan anak ini, akan tetapi jika jatuh di tangan yang salah, maka kemungkinan anak ini akan dikendalikan kekuatannya untuk menguasai dunia," ucap Ares. "Maka, lakukan penjagaan lebih ketat dari sebelumnya. Jangan sampai ada siapapu
“It’s not just about who’s being real to your face, but also about who’s being real behind your back.” — Unknown ****** Dengan kata kunci dan kekuatan yang diberikan oleh Tabib Morgan pada dirinya untuk membuka kabut penutup wilayah itu, akhirnya Josh dan rombongan masuk ke dalam wilayah desa rahasia. di mana sang raja Anathema yang sebenarnya sedang berada di sana. "Mereka para korban kekejaman si tua Albanus, ya?" tanya Alexandra menyambut kedatangan Josh dan Adam. "Iya, mereka menunggu aku di jalan setapak sebelum masuk hutan," jawab Josh. Evander yang datang menyusul Alexandra menghadapi kelima pria itu. "Yang Mulia Evander?" seru salah satu pria itu kala melihat Evander. Lycan Fang juga terkejut kala mendapati sang raja itu masih hidup. Ia yakin sekali kala waktu itu dia dan kawanannya telah membunuh sang raja. Bagaimana bisa pria itu masih hidup? Begitu yang ia pikirkan seraya mengamati Raja Evander. Evander terse
Part 55 Don’t ever let somebody tell you you can’t do something, not even me. Alright? You dream, you gotta protect it. People can’t do something themselves, they wanna tell you you can’t do it. If you want something, go get it. Period.— unknown. ***** "Jika kawanan Lycan itu datang karena mengendus si busuk ini lalu mereka akan segera ke sini," ucap Alexandra. "Lalu?" tanya Evander. "Buat jebakan sebelum mereka sampai ke sini, kita buat jebakan sepanjang jalan menuju ke sini," ucap Alex memberikan saran. "Ide yang bagus, kita memang kalah jumlah tetapi jika kita punya cara berpikir yang cerdas untuk mengalahkan mereka, maka kita pasti bisa menang," ucap Ares menimpali. Naga itu sampai membelai kepala Alexandra dengan ujung kuku dari kaki kanan bagian depan. Evander yang melihat itu langsung menepis sang naga. "Dia milikku, j
Part 56 "Struggle that you do today is the single way to build a better future." — unknown. ***** Naga Ares lalu melayang pergi untuk mencari keberadaan si pelempar bola api itu. Semua rakyat langsung bersiap dan bergabung dengan Alexandra dan Evander demi mempertahankan diri dari serangan Lycan. Para Lycan terkejut kala melihat sang naga terbang melintas. Semburan panas tersembur dari mulut sang naga menghancurkan alat pelempar bola api tersebut. "Seorang naga itu!" seru salah satu Lycan yang memimpin pasukannya. Ares berusaha menggiring sebagian Lycan ke area jebakan yang sudah disiapkan Alexandra dan yang lainnya. Beberapa terjebak dan mati. Tau di area tersebut banyak dipasang jebakan, pemimpin Lycan yang baru itu mencari rute lain menuju ke arah Desa Rahasia. "Buka area ini dengan sihirmu, Demon!" perintah Lycan Zen pada salah satu penyihir kecil yang ia temukan di Bukit Kegelapan. Sebenarnya penyihir kecil i
Part 57 Fight for the glory even you will risk your life, at least you never regret because you defending the truth. — Vie Junaeni. ***** Tiba-tiba, Alexandra dan Ares mengerjai makhluk Lycan tersebut sampai membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak. ares menyemburkan semburan api panas kepada tubuh lichen dan lucunya lagi bulu-bulu lebat yang ada di tubuh pria itu langsung terbakar dan itu membuat Alexandra tertawa terbahak-bahak. Namun ternyata Alexander terlalu lengah karena asyik mengurusi Lycan Zen. Makhluk Lycan bernama Ken dan penyihir Demon menemukan persembunyian Nyonya Demi. "Aku mengendus aura pangeran lycan yang kalian sedang cari itu," ucap Demon. Dengan kekuatan sihirnya Ia membuka pintu penutup lubang dalam tanah tempat persembunyiannya Demi dan anaknya. Betapa terkejutnya wanita itu kala melihat pantulan cahaya saat pintu itu terbuka. Tadinya ia pikir kalau si pembuka pintu itu adalah Alexandra. T
Part 58 Believe in your self to fight for the right and bring your destiny more bright. — Vie Junaeni. ***** Alexandra menuju ke Bukit Kegelapan bersama Naga Ares untuk menyelamatkan Demian. Sesampainya di sana, sebuah gua yang gelap sudah menanti. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Alex mengarahkan cahaya dari pedang di tangannya ke arah gua. Naga Ares bertanya, "Apa kau bisa merasakan mereka?" Alexandra mengangguk bersamaan seolah menjawab pertanyaan Naga Ares kalau ia bisa merasakan sesuatu yang ditanyakan oleh naga itu hanya saja ia belum bisa melihatnya. Suara tangisan terdengar yang diyakini adalah suara Demian. Naga Ares maju duluan untuk menuntun Alexandra masuk ke dalam gua tersebut. Meja batu itu masih ada di sana. Meja untuk persembahan dan ritual membangkitkan kekuatan Demian. Bayi itu tergeletak di atas meja batu tersebut. Namun, tak ada makhluk kerdil maupun Lycan Yang menjaganya. Naga Ares menghentikan
Chapter 59 Just be brave and follow your heart for fighting against the bad situation. – Vie Junaeni. ***** Albanus belum tau tentang nasib yang menimpa para lycan karena tak ada satupun kawanan lycan yang bekerja sama dengannya itu selamat. Pria tua itu masih saja membuat para rakyat menderita. Bahkan ia mengumpulkan para pejabat dan orang kaya di kerajaan untuk mengadakan pesta. Pria paruh baya itu ingin memiliki permaisuri yang akan menemaninya memimpin tahta kerajaan kala itu. “Frans, siapkan beberapa gadis di kerajaan ini untuk menemani para tamu saat pesta nanti,” ucap Albanus pada kaki tangannya di kerajaan itu. “Baik, Yang Mulia. Apakah kau jadi mengundang Kerajaan Saphire?” tanya Frans pria berambut keriting itu. “Tentu, aku akan menjadikan permaisuri kerajaan Saphire sebagai permaisuriku karena menurut pejabat Waden, Raja Saphire baru saja meninggal di medan perang.” “Kau mau mempunyai permaisuri?” tanya Frans dengan
Ekstra Part Happy Ending “Happiness is not something ready made. It comes from your own action," — Dalai Lama. ***** Kondisi Evander dan Alexandra sudah membaik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Ayah dan ibunya menyempatkan diri menjemput keduanya saat pulang dari rumah sakit. Tuan Edward bahkan memberikan mereka bulan madu menuju Maldives dengan pesawat jet pribadi yang bertuliskan E Sky di dinding pesawat. "Ayah, kau benar-benar akrab dengan Ares sekarang ini," ucap Alexandra kala merangkul pinggang ayah mertuanya itu. Tuan Edward menoleh ke arah Ares yang berjalan di sampingnya. "Dia anjing yang pintar, semua yang aku perintahkan dia paham." Gurat kerutan di wajahnya nampak jelas kala ia tersenyum. "Yah begitulah ayah kalian, ia bahkan sengaja pulang cepat untuk bermain dengan anjing ini. Dia sudah menganggap Ares seperti anak
Part 90 “There are all these moments you think you won’t survive. And then you survive.” — David Levithan. ***** Beberapa petugas yang membawa tandu untuk mengevakuasi tubuh Alexandra dan Evander datang. Tuan Edward dan sang istri bersama Selena juga ikut berlarian menuju tepi sungai. Mereka juga tak sabar ingin melihat keduanya. Alexandra mencoba membuka kedua matanya. Ia sudah melihat para petugas lalu lalang di sekitarnya saat sudah berada di atas tandu darurat. Wanita itu menoleh ke arah Evander yang juga sedang ditandu. "Hai, Alex!" sapa Selena yang mengiringi dengan melangkah di samping tandu Alexandra. "Hai, Sel! Di mana Ares?" Alexandra mencari keberadaan anjing peliharaannya itu. "Ada, tuh! Dia terlihat menggemaskan dan lucu sekali." Selena menunjuk Tuan Edward yang menggendong tubuh anjing siberian husky yang kira-kira berusia satu tahun itu. Pria itu merasa berhutang budi
Part 89 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals.–Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya, Alexandra, Evander dan Ares melangkah mengikuti Obis dan Arial menuju The Dark Hill. Mereka sampai di batu besar bertuah yang menjadi pembuka dimensi waktu. Batu besar yang berpendar kehijauan seolah ada kristal-kristal yang menyelimuti permukaannya kala terkena sinar matahari itu berkilauan. "Wow, cantik sekali batu ini," ucap Evander. "Jadi, ini mungkin pertemuan terakhir kita, karena menurutku batu ini harus dihancurkan agar tak lagi membuka portal dimensi waktu," ujar Obis.
Part 88“Trust yourself. You’ve survive a lot, and you’ll survive whatever is coming.” — Robert Tew.*****"Ayah? Ibu?" Alexandra menoleh pada Tuan Obis."Begitulah."Pria kerdil itu mengangkat kedua bahunya."Kalian menganggapnya anak kalian?" tanya Alexandra."Ya, kau benar. Aku akan siapkan makanan untuk kalian. Oh iya, sebentar aku lupa mengeringkan tubuh kalian."Obis lalu mengarahkan telapak tangan pada Alexandra dan Evander. Makhluk itu sudah memiliki sihir untuk menyembuhkan dan mengeringkan tubuh kedua orang itu."Wow, kau hebat! Bagaimana kau bisa melakukan sihir seperti ini?" tanya Alexandra."Sejak aku pergi, batu besar tempat pedang Brave Gold memberikan aku kekuatan. Tapi, pedang itu hilang begitu saja. Dia akan kembali saat diperlukan
Part 87 “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why.” —Mark Twain. ***** Alexandra membuka kedua matanya. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Pipi wanita itu terasa dingin karena berada di atas tanah lembab. Jemari tangan kirinya mulai meraba. Tubuhnya basah kuyup kala itu. "Di mana ini?" lirih Alexandra mencoba mengamati sekitar. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Alexandra menemukan Evander terbaring tak jauh dari tempatnya berada. Tak butuh waktu lama, ia langsung menghampiri suaminya itu. "Evan, Evan sayang bangun...!" Alexandra berusaha mengguncang bahu kekar milik Evander. Tak ada respon yang tercipta. Pria itu masih terbaring tak berdaya. "Sayang, kau harus bangun! Jangan tinggalkan aku!" seru Alexandra. Tetap tak ada respon sampai akhirnya ia memberikan napas buatan pada pria itu. Linangan air matanya tak dapat terbendung sa
Part 86 “I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. ***** "Siap ya, satu... dua... ti... ga!" Alexandra dan Evander melempar bucket bunga bersama ke arah belakang mereka. Tania akhirnya berhasil menangkap bucket bunga yang dilemparkan oleh Alexandra dan Evander secara bersamaan itu. Dia berteriak histeris dan melonjak-lonjak kegirangan. "Yeaay, akhirnya aku dapat... aku akan menikah... aku akan menikah! Brian, kau harus menikahi aku,ya?" tanya Tania yang langsung menoleh ke arah pria itu. Brian terperanjat saat Tania mengatakan hal tersebut. Ia hanya tertawa dan menahan berat air saliva yang ada di mulutnya itu. Alexandra dan Evander hanya bisa tertawa saat itu melihat kelakuan sahabatnya. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan sebuah lagu cinta yang dipersembahkan oleh Alexander untuk suaminya. Suara Alexandra terdengar sangat merdu dan membuat para tamu undangan y
Part 85 “It can only be true love when you enable your other half to be better, to be the person they’re destined to be.” — Michelle Yeoh. ***** Namun, di luar area hotel, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Julian yang masih menyimpan dendam ingin melakukan sesuatu pada Alexandra dan Evander. Meskipun ia sudah mengakui semua hasil sketsa rancangan pakaian yang Alexandra buat atas namanya, ia masih juga ingin menghancurkan pernikahan Evander dan Alexandra malam itu. Julian duduk di dalam mobil miliknya yang terparkir di halaman hotel, sementara ia memerintahkan pembunuh bayaran untuk melakukan sabotase terhadap mobil pengantin itu. Pria yang menggunakan jaket hitam dan topi yang ia turunkan ujungnya agar wajahnya tertutup itu mengendap-endap. Pria itu menuju mobil pengantin milik Alexandra dan Evander. Ia melakukan pemotongan terhadap kabel penghubung rem agar rem mobil tersebut blong dan akan menyebabkan kecelak
Part 84 Today you start this new journey in your life. Let it be fantastic, crazy and wonderful, unbelievable and unforgettable. — unknown. ***** "Bawa ini, aku akan menghubungi Julian," ucap Evander. "Menghubungi Julian? Kau mau apa?" Evander menghentikan laju mobilnya. Ia menunjukkan wajah smirk pada wanita itu saat turun dari mobil untuk bergantian dengan Alexandra. Kini, Alexandra sudah berada di kemudi mobil Bugatti Chiron Pur Sport milik Evander dan melajukan kendaraan itu menuju panti asuhan. Evander menghubungi Julian kala itu, ia menekan icon loud speaker agar wanita di sampingnya bisa mendengarnya. "Sayang... kau ada di mana, sih?" tanya Julian dari seberang sana. "Aku sedang berada, entahlah aku ada di mana yang jelas aku hanya ingin bilang kalau..." "Kalau apa? Kalau kau mencintaiku dan ingin pernikahan dipercepat? Sayang, aku tahu kalau aku mencintaiku, tetapi jadwal kegiatanku sangat
Part 83 "Animals are not property or things but rather living organisms, subjects of a life, who are worthy of our compassion, respect, friendship, and support.” — Marc Bekoff. ***** "Ares? Apakah ini reinkarnasi naga besar itu?" gumam Alexandra. Evander menoleh dan menanyakan perihal yang dikatakan Alexandra. "Ares, naga besar? Apa maksudmu naga yang membawamu pergi ke Kerajaan Anathema?" tanya Evander. Alexandra menjawab dengan anggukan. Evander sekilas menoleh pada siberian husky yang ada di pangkuan wanita di sampingnya itu. Hewan itu dalam keadaan tak sadarkan diri kala itu. "Jika anjing itu ditabrak mobil, ia dapat mengalami patah tulang, masalah pada tulang belakang, luka dan perdarahan, shock, bahkan cedera otak yang menyebabkan koma atau kejang. Atau, dia mungkin tidak mengalami luka apapun dan pergi begitu saja. Seekor anjing yang terluka parah dapat menggigit Anda karena d