Part 56
"Struggle that you do today is the single way to build a better future." — unknown.
*****
Naga Ares lalu melayang pergi untuk mencari keberadaan si pelempar bola api itu. Semua rakyat langsung bersiap dan bergabung dengan Alexandra dan Evander demi mempertahankan diri dari serangan Lycan.
Para Lycan terkejut kala melihat sang naga terbang melintas. Semburan panas tersembur dari mulut sang naga menghancurkan alat pelempar bola api tersebut.
"Seorang naga itu!" seru salah satu Lycan yang memimpin pasukannya.
Ares berusaha menggiring sebagian Lycan ke area jebakan yang sudah disiapkan Alexandra dan yang lainnya. Beberapa terjebak dan mati. Tau di area tersebut banyak dipasang jebakan, pemimpin Lycan yang baru itu mencari rute lain menuju ke arah Desa Rahasia.
"Buka area ini dengan sihirmu, Demon!" perintah Lycan Zen pada salah satu penyihir kecil yang ia temukan di Bukit Kegelapan.
Sebenarnya penyihir kecil i
Part 57 Fight for the glory even you will risk your life, at least you never regret because you defending the truth. — Vie Junaeni. ***** Tiba-tiba, Alexandra dan Ares mengerjai makhluk Lycan tersebut sampai membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak. ares menyemburkan semburan api panas kepada tubuh lichen dan lucunya lagi bulu-bulu lebat yang ada di tubuh pria itu langsung terbakar dan itu membuat Alexandra tertawa terbahak-bahak. Namun ternyata Alexander terlalu lengah karena asyik mengurusi Lycan Zen. Makhluk Lycan bernama Ken dan penyihir Demon menemukan persembunyian Nyonya Demi. "Aku mengendus aura pangeran lycan yang kalian sedang cari itu," ucap Demon. Dengan kekuatan sihirnya Ia membuka pintu penutup lubang dalam tanah tempat persembunyiannya Demi dan anaknya. Betapa terkejutnya wanita itu kala melihat pantulan cahaya saat pintu itu terbuka. Tadinya ia pikir kalau si pembuka pintu itu adalah Alexandra. T
Part 58 Believe in your self to fight for the right and bring your destiny more bright. — Vie Junaeni. ***** Alexandra menuju ke Bukit Kegelapan bersama Naga Ares untuk menyelamatkan Demian. Sesampainya di sana, sebuah gua yang gelap sudah menanti. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Alex mengarahkan cahaya dari pedang di tangannya ke arah gua. Naga Ares bertanya, "Apa kau bisa merasakan mereka?" Alexandra mengangguk bersamaan seolah menjawab pertanyaan Naga Ares kalau ia bisa merasakan sesuatu yang ditanyakan oleh naga itu hanya saja ia belum bisa melihatnya. Suara tangisan terdengar yang diyakini adalah suara Demian. Naga Ares maju duluan untuk menuntun Alexandra masuk ke dalam gua tersebut. Meja batu itu masih ada di sana. Meja untuk persembahan dan ritual membangkitkan kekuatan Demian. Bayi itu tergeletak di atas meja batu tersebut. Namun, tak ada makhluk kerdil maupun Lycan Yang menjaganya. Naga Ares menghentikan
Chapter 59 Just be brave and follow your heart for fighting against the bad situation. – Vie Junaeni. ***** Albanus belum tau tentang nasib yang menimpa para lycan karena tak ada satupun kawanan lycan yang bekerja sama dengannya itu selamat. Pria tua itu masih saja membuat para rakyat menderita. Bahkan ia mengumpulkan para pejabat dan orang kaya di kerajaan untuk mengadakan pesta. Pria paruh baya itu ingin memiliki permaisuri yang akan menemaninya memimpin tahta kerajaan kala itu. “Frans, siapkan beberapa gadis di kerajaan ini untuk menemani para tamu saat pesta nanti,” ucap Albanus pada kaki tangannya di kerajaan itu. “Baik, Yang Mulia. Apakah kau jadi mengundang Kerajaan Saphire?” tanya Frans pria berambut keriting itu. “Tentu, aku akan menjadikan permaisuri kerajaan Saphire sebagai permaisuriku karena menurut pejabat Waden, Raja Saphire baru saja meninggal di medan perang.” “Kau mau mempunyai permaisuri?” tanya Frans dengan
Part 60 When you fight the truth, there will be no regret. – Vie Junaeni. ***** Alexandra dan Evander menaiki punggung Ares mengarungi bukit dan juga hamparan daratan luas dengan padang pasir tandus. Mungkin jika ditempuh menggunakan jalur darat seperti menaiki kuda, maka mereke akan menempuh perjalanan siang dan malam yang cukup melelahkan. “Ada naga ada naga!” teriakan para rakyat Kerajaan Saphire menggema di semua sudut wilayah kala melihat Naga Ares terbang melintas. Prajurit pemanah juga bersiap melayangkan anak panah membidik Ares, tetapi kepakan sayap yang kuat membuyarkan para pemanah tersebut. Akhirnya, mereka sampai di beranda kamar milik Ratu Saphire yang cukup luas. “Apa yang kau lakukan di sini, pergi dari sini!” seru sang putri dengan nada sangat ketakutan. Alexandra muncul dari balik punggung sang naga dan menundukkan kepalanya memberi hormat. “Salam hormat kami dari Kerajaan Anathema untuk sang Ratu Saphire,” uc
Part 61 Don't be afraid when you fight for the right, just be brave to through it. — Vie Junaeni. ***** Ibu Rose membawakan sejumlah makanan ke ruangan sang Ratu Saphire. "Permisi, saya bawakan Anda makanan untuk mengganti tenaga Anda setelah dalam perjalanan jauh," ucap Ibu Rose meletakkan baki berisi makanan ke atas meja dalam ruangan tersebut. Wajahnya tertunduk saat meletakkan makanannya. "Apa kau tak merindukan kami?" tanya Alexandra. Suara gadis itu sangat ia hapal, Ibu Rose terperanjat kala mengenali suara tersebut. Ia mengangkat wajahnya dan menelisik wajah sang Ratu Saphire lebih saksama. "Alex?" tanya Ibu Rose. "Ya, kau benar, Ibu Rose apa kabar....?" Alex langsung bangkit dan memeluk wanita itu dengan erat. "Aku merindukan mu Ibu Rose," ucap Alexandra. Ibu Rose langsung menangis kala memeluk gadis itu. "Aku tak menyangka kalau kau masih hidu
Part 62 Do it again and again. Consistency makes the rain drops to create holes in the rock. Whatever is difficult can be done easily with regular attendance, attention and action. – Israelmore Ayivo. ***** "Kau hadapi mereka!" Albanus turun dari singgasana raja dan menuju ke dalam istana. Demon langsung memberi percikan cahaya yang menandakan kalau para pasukan sudah diperbolehkan masuk ke wilayah pertemuan untuk menyerang. Evander lalu menoleh ke Alex."Alex kau harus berjaga di sini dan kau harus berusaha semaksimal mungkin, aku akan mengejar Albanus,"ucap Evander. "Iya kalau harus hati-hati ya, sebentar lagi aku akan menyusulmu juga." ****** Para prajurit yang tersisa kembali menyerang semua pasukan kecil milik Evander. Alexandra, Selena dan Demon mencoba untuk bertahan dengan melawan balik para pasukan tersebut. Josh bahkan datang meninggalkan desa rahasia bersama Ta
Part 63 “The ultimate victory in competition is derived from the inner satisfaction of knowing that you have done your best and that you have gotten the most out of what you had to give.” — Howard Cosell. ***** Evander menemani Alexandra yang masih terbaring lemah. Luka di perutnya sudah diobati oleh Tabib Morgan. Gadis itu perlahan membuka mata dan tersadar. Ia melihat sang raja sedang terbaring merebahkan kepala di samping tubuhnya seraya mendekap tangannya. Alexandra lantas mengusap kepala pria tersebut. Ia sangat bersyukur bisa merasakan kasih sayang dari seorang pria yang tulus seperti Evander. Hanya saja ia langsung merasa sedih ketika ia sadar apakah setelah ini selesai ia harus kembali atau tak akan pernah kembali. "Kau sudah sadar rupanya," ucap Evander. "Hai, bagaimana pertarungannya, apa kau menang?" tanya Alex. "Tentu saja, aku tebas kepalanya dengan pedang milikmu," jawab Evander penuh sem
Part 64 Go to the people. Learn from them. Live with them. Start with what they know. Build with what they have. The best of leaders when the job is done, when the task is accomplished, the people will say we have done it ourselves. — Lao Tzu. ***** "Ummm... baiklah kalau begitu. Kita akan menikah berbarengan, dan aku pastikan Naga Ares yang akan menjadi pendampingku menuju altar," ucap Alexandra menoleh kepada Ares. "Aku?" Ares langsung tersentak mendengar permintaan Alexandra. "Iya, kau harus menjadi pendampingku, Tuan Ares." Alexandra menatap sang naga dengan senyum manis. "Baiklah terserah kau saja!" sahut Ares dengan nada ketus dan membuat yang lain tertawa. *** Hamparan padang rumput hijau di atas bukit membuat siapapun yang memandangnya terasa nyaman. Alexandra bersama Raja Evander menghampiri Demon yang sedang menatap wilayah ke
Ekstra Part Happy Ending “Happiness is not something ready made. It comes from your own action," — Dalai Lama. ***** Kondisi Evander dan Alexandra sudah membaik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Ayah dan ibunya menyempatkan diri menjemput keduanya saat pulang dari rumah sakit. Tuan Edward bahkan memberikan mereka bulan madu menuju Maldives dengan pesawat jet pribadi yang bertuliskan E Sky di dinding pesawat. "Ayah, kau benar-benar akrab dengan Ares sekarang ini," ucap Alexandra kala merangkul pinggang ayah mertuanya itu. Tuan Edward menoleh ke arah Ares yang berjalan di sampingnya. "Dia anjing yang pintar, semua yang aku perintahkan dia paham." Gurat kerutan di wajahnya nampak jelas kala ia tersenyum. "Yah begitulah ayah kalian, ia bahkan sengaja pulang cepat untuk bermain dengan anjing ini. Dia sudah menganggap Ares seperti anak
Part 90 “There are all these moments you think you won’t survive. And then you survive.” — David Levithan. ***** Beberapa petugas yang membawa tandu untuk mengevakuasi tubuh Alexandra dan Evander datang. Tuan Edward dan sang istri bersama Selena juga ikut berlarian menuju tepi sungai. Mereka juga tak sabar ingin melihat keduanya. Alexandra mencoba membuka kedua matanya. Ia sudah melihat para petugas lalu lalang di sekitarnya saat sudah berada di atas tandu darurat. Wanita itu menoleh ke arah Evander yang juga sedang ditandu. "Hai, Alex!" sapa Selena yang mengiringi dengan melangkah di samping tandu Alexandra. "Hai, Sel! Di mana Ares?" Alexandra mencari keberadaan anjing peliharaannya itu. "Ada, tuh! Dia terlihat menggemaskan dan lucu sekali." Selena menunjuk Tuan Edward yang menggendong tubuh anjing siberian husky yang kira-kira berusia satu tahun itu. Pria itu merasa berhutang budi
Part 89 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals.–Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya, Alexandra, Evander dan Ares melangkah mengikuti Obis dan Arial menuju The Dark Hill. Mereka sampai di batu besar bertuah yang menjadi pembuka dimensi waktu. Batu besar yang berpendar kehijauan seolah ada kristal-kristal yang menyelimuti permukaannya kala terkena sinar matahari itu berkilauan. "Wow, cantik sekali batu ini," ucap Evander. "Jadi, ini mungkin pertemuan terakhir kita, karena menurutku batu ini harus dihancurkan agar tak lagi membuka portal dimensi waktu," ujar Obis.
Part 88“Trust yourself. You’ve survive a lot, and you’ll survive whatever is coming.” — Robert Tew.*****"Ayah? Ibu?" Alexandra menoleh pada Tuan Obis."Begitulah."Pria kerdil itu mengangkat kedua bahunya."Kalian menganggapnya anak kalian?" tanya Alexandra."Ya, kau benar. Aku akan siapkan makanan untuk kalian. Oh iya, sebentar aku lupa mengeringkan tubuh kalian."Obis lalu mengarahkan telapak tangan pada Alexandra dan Evander. Makhluk itu sudah memiliki sihir untuk menyembuhkan dan mengeringkan tubuh kedua orang itu."Wow, kau hebat! Bagaimana kau bisa melakukan sihir seperti ini?" tanya Alexandra."Sejak aku pergi, batu besar tempat pedang Brave Gold memberikan aku kekuatan. Tapi, pedang itu hilang begitu saja. Dia akan kembali saat diperlukan
Part 87 “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why.” —Mark Twain. ***** Alexandra membuka kedua matanya. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Pipi wanita itu terasa dingin karena berada di atas tanah lembab. Jemari tangan kirinya mulai meraba. Tubuhnya basah kuyup kala itu. "Di mana ini?" lirih Alexandra mencoba mengamati sekitar. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Alexandra menemukan Evander terbaring tak jauh dari tempatnya berada. Tak butuh waktu lama, ia langsung menghampiri suaminya itu. "Evan, Evan sayang bangun...!" Alexandra berusaha mengguncang bahu kekar milik Evander. Tak ada respon yang tercipta. Pria itu masih terbaring tak berdaya. "Sayang, kau harus bangun! Jangan tinggalkan aku!" seru Alexandra. Tetap tak ada respon sampai akhirnya ia memberikan napas buatan pada pria itu. Linangan air matanya tak dapat terbendung sa
Part 86 “I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. ***** "Siap ya, satu... dua... ti... ga!" Alexandra dan Evander melempar bucket bunga bersama ke arah belakang mereka. Tania akhirnya berhasil menangkap bucket bunga yang dilemparkan oleh Alexandra dan Evander secara bersamaan itu. Dia berteriak histeris dan melonjak-lonjak kegirangan. "Yeaay, akhirnya aku dapat... aku akan menikah... aku akan menikah! Brian, kau harus menikahi aku,ya?" tanya Tania yang langsung menoleh ke arah pria itu. Brian terperanjat saat Tania mengatakan hal tersebut. Ia hanya tertawa dan menahan berat air saliva yang ada di mulutnya itu. Alexandra dan Evander hanya bisa tertawa saat itu melihat kelakuan sahabatnya. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan sebuah lagu cinta yang dipersembahkan oleh Alexander untuk suaminya. Suara Alexandra terdengar sangat merdu dan membuat para tamu undangan y
Part 85 “It can only be true love when you enable your other half to be better, to be the person they’re destined to be.” — Michelle Yeoh. ***** Namun, di luar area hotel, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Julian yang masih menyimpan dendam ingin melakukan sesuatu pada Alexandra dan Evander. Meskipun ia sudah mengakui semua hasil sketsa rancangan pakaian yang Alexandra buat atas namanya, ia masih juga ingin menghancurkan pernikahan Evander dan Alexandra malam itu. Julian duduk di dalam mobil miliknya yang terparkir di halaman hotel, sementara ia memerintahkan pembunuh bayaran untuk melakukan sabotase terhadap mobil pengantin itu. Pria yang menggunakan jaket hitam dan topi yang ia turunkan ujungnya agar wajahnya tertutup itu mengendap-endap. Pria itu menuju mobil pengantin milik Alexandra dan Evander. Ia melakukan pemotongan terhadap kabel penghubung rem agar rem mobil tersebut blong dan akan menyebabkan kecelak
Part 84 Today you start this new journey in your life. Let it be fantastic, crazy and wonderful, unbelievable and unforgettable. — unknown. ***** "Bawa ini, aku akan menghubungi Julian," ucap Evander. "Menghubungi Julian? Kau mau apa?" Evander menghentikan laju mobilnya. Ia menunjukkan wajah smirk pada wanita itu saat turun dari mobil untuk bergantian dengan Alexandra. Kini, Alexandra sudah berada di kemudi mobil Bugatti Chiron Pur Sport milik Evander dan melajukan kendaraan itu menuju panti asuhan. Evander menghubungi Julian kala itu, ia menekan icon loud speaker agar wanita di sampingnya bisa mendengarnya. "Sayang... kau ada di mana, sih?" tanya Julian dari seberang sana. "Aku sedang berada, entahlah aku ada di mana yang jelas aku hanya ingin bilang kalau..." "Kalau apa? Kalau kau mencintaiku dan ingin pernikahan dipercepat? Sayang, aku tahu kalau aku mencintaiku, tetapi jadwal kegiatanku sangat
Part 83 "Animals are not property or things but rather living organisms, subjects of a life, who are worthy of our compassion, respect, friendship, and support.” — Marc Bekoff. ***** "Ares? Apakah ini reinkarnasi naga besar itu?" gumam Alexandra. Evander menoleh dan menanyakan perihal yang dikatakan Alexandra. "Ares, naga besar? Apa maksudmu naga yang membawamu pergi ke Kerajaan Anathema?" tanya Evander. Alexandra menjawab dengan anggukan. Evander sekilas menoleh pada siberian husky yang ada di pangkuan wanita di sampingnya itu. Hewan itu dalam keadaan tak sadarkan diri kala itu. "Jika anjing itu ditabrak mobil, ia dapat mengalami patah tulang, masalah pada tulang belakang, luka dan perdarahan, shock, bahkan cedera otak yang menyebabkan koma atau kejang. Atau, dia mungkin tidak mengalami luka apapun dan pergi begitu saja. Seekor anjing yang terluka parah dapat menggigit Anda karena d