.....
Koa terlihat ragu saat mengangkatkan tangannya untuk Pangeran Zielle. Ia tersenyum canggung ketika putra satu-satunya dari Ratu Zelda itu mencium lembut punggung tangannya.
"Lady Dorian. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini," ucap Pangeran Zielle penuh keramahan.
Mau apa dia? Di novel, Koa dan Zielle tidak pernah sekali pun bicara satu sama lain. Berpapasan saja mereka tidak pernah, batin Koa gelisah.
"Salam hormat saya Yang Mulia Pangeran Zielle," sapa Koa – menganggukan kepalanya anggun, yang kemudian diikuti oleh Elena dan Sir Ethan.
Pangeran Zielle melirik para pengawal istana yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Pria itu lantas memerintahkan kepada mereka untuk menepi dan memberikan ruang agar ia bisa berbincang santai dengan Koa.
Koa yang paham, segera mengisyaratkan hal sama kepada para bawahannya.
"Lady, apakah kau mau menikmati secangkir teh bersamaku?" tanya Pangeran Zielle menawarkan diri. Pria itu menyugar poni rambutnya yang sudah tertata rapi sembari menatap Koa dengan sorot mata menggoda. Jangan lupakan pula lesung di kedua pipinya yang muncul ketika ia tersenyum.
Ini adalah kali pertama aku merasa kesal saat ada pria tampan yang menggodaku, batin Koa merasa aneh dengan dirinya sendiri.
"Tapi bagaimana dengan teman-teman Anda, Yang Mulia?" tanya Koa, melirik wanita-wanita cantik yang sejak awal dengan setia berdiri di sisi kanan dan kiri Zielle.
Senyum di wajah pria itu mendadak hilang. Ekspresinya berubah datar, tidak secerah saat ia baru masuk ke dalam La Pallate Kafe. "Kau tidak perlu memperdulikan mereka. Wanita-wanita itu hanya bunga liar yang tidak sengaja aku pungut di tepi jalan," jawab Zielle dingin. "Jadi bagaimana?" tanya Zielle kembali ramah.
Koa kehabisan kata-kata tatkala menyadari perubahan sifat Pangeran Zielle yang begitu drastis. Tak ingin membuat masalah, Koa pun pasrah. "D-dengan senang hati Yang Mulia," ucap Koa tak punya pilihan.
.....
La Pallate kembali sepi setelah Pangeran Zielle dengan sengaja menyewa seluruh meja di tempat ini. Ia mengusir secara halus para pengunjung kafe yang lain, menciptakan ruang yang luas dan nyaman untuknya dan Koa berbincang.
"Aku dengar kau adalah tipe gadis yang jarang keluar dari rumah. Karena itu, aku tidak menyangka jika kita akan bertemu di sini," seru Pangeran Zielle membuka obrolan.
"Saya juga tidak menyangka akan bertemu Yang Mulia. Saya kira Yang Mulia orang yang sibuk," balas Koa secara tersirat menyindir Zielle. Mendengar itu, spontan Zielle tertawa.
Seorang pelayan kafe mengantarkan makanan dan minuman ke meja keduanya. Sebelum pangeran menikmati hidangan tersebut, salah seorang pengawal pribadi pangeran lebih dulu mencicipinya. Mengecek ada atau tidakkah racun di dalam sana.
Perebutan tahta saat ini memang berlangsung sedemikian brutal. Masing-masing kandidat tidak segan-segan menghabisi satu sama lain. Menyewa pembunuh bayaran menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Bahkan beberapa keluarga dari fraksi-fraksi Kerajaan Elinor memiliki kelompok pembunuh bayaran pribadi yang siap turun tangan jika dibutuhkan.
Padahal jika mengingat sejarah saat dulu Kerajaan Elinor baru berdiri, penurunan tahta selalu berlangsung secara damai.
Setelah mendiang kakek dari Raja Alden, Raja Orion mengesahkan aturan baru yakni memperbolehkan raja untuk memiliki selir, pewarisan tahta berubah menjadi ajang kompetisi berdarah. Dengan menjadi keluarga raja, mereka dapat meninggikan posisi keluarga mereka di strata kebangsawanan. Tentu saja kesempatan yang seperti ini tidak akan disia-siakan oleh pihak yang haus kekuasaan. Kompetisi akan semakin brutal lagi jika raja memiliki keturunan laki-laki yang lebih dari satu.
Kembali pada Pangeran Zielle yang tengah menikmati waktu luangnya bersama dengan Koa.
Pria yang usianya setahun lebih tua dari tunangan Koa itu memiliki perawakan tubuh yang besar. Ia memiliki warna rambut yang sama dengan Nathaniel, yakni pirang keemasan. Berbeda dengan adiknya yang dikaruniai warna mata biru terang, warna mata Zielle justru abu-abu. Warna yang tidak mencolok dan cocok dengan kepribadiannya yang lembut dan rendah hati di novel.
Aku pernah membacanya di buku sains, jika gen yang diturunkan oleh pihak ayah salah satunya adalah warna iris mata. Bagaimana bisa mereka berdua memiliki warna mata yang berbeda? Apakah karena ini adalah dunia novel, jadi pengetahuan di duniaku tidak berlaku di sini, batin Koa penasaran.
"Lady Dorian? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Zielle dengan nada heran. Ia mengusap sekilas dagunya setelah menyadari jika Koa terus memandanginya semenjak bermenit-menit yang lalu.
Koa sontak melebarkan mata. Ia terkejut. Hanyut dalam pikirannya sendiri membuatnya tanpa sadar bertindak tidak sopan di hadapan Zielle. "Maafkan saya, Yang Mulia." Koa dengan gugup memasukkan beberapa kotak kecil gula batu ke dalam cangkir teh miliknya.
Mengesampingkan masalah warna mata pangeran yang berbeda, Koa kini justru lebih tertarik pada penampilan anak pertama Ratu Zelda ini. Walaupun sekarang pangeran hanya mengenakan setelan santai – bukan seragam formal kerajaan, Koa akui ia bisa dengan jelas merasakan aura kebangsawanan dari pria ini. Zielle benar-benar tampan dan berkarisma. Diam-diam Koa memuji penampilan Zielle yang sederhana, namun terlihat tetap berkelas itu.
"Di istana tengah ramai desas desus tentangmu Lady," ujar Zielle sembari menyesap pelan tehnya.
"Maaf?" Koa mengangkat sebelah alisnya, merasa tertarik. Apakah Nathaniel memberitahukan kepada semua orang mengenai kondisi hubungan kami? Bukankah itu jusru malah akan membuatnya bertambah rugi jika orang-orang tahu. "Desas desus?" tanya Koa pura-pura polos.
Pangeran Zielle tanpa sadar menyeringai saat mengetahui reaksi Koa yang sesuai dugaannya. "Seperti gosip mengenai dirimu yang mencoba membatalkan pertunangan," ujar Zielle dengan tatapan selidik.
Sudah kuduga. Ujung bibir Koa tertarik ke atas. Ia berusaha menutupi senyumannya dengan cangkir teh yang berada di tangannya. "Itu benar."
"Lady.. Kau serius?" Zielle nampak terkejut. Aku kira gadis ini akan membantah gosip itu. Mengingat dia yang begitu tergila-gila pada Nathaniel. Cinta butanya itu bahkan sampai membuat Duke Dorian keluar dari fraksi netral dan membuat keributan di sidang Parlemen tahun lalu setelah memutuskan untuk berbesan dengan istana.
Pangeran Zielle mengusap gagang cangkir tehnya dalam diam. Kini gilirannya yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Kenapa Anda begitu terkejut, Yang Mulia. Bukankah justru ini akan menguntungkan Anda?" ucap Koa yang sukses membuat Zielle tercengang.
Mari kita manfaatkan Pangeran Zielle. Jika pria ini berada di pihakku, ia akan membantuku meyakinkan raja untuk menyetujui pembatalan pertunanganku dengan Nathaniel. Raja pasti akan mempertimbangkan pendapat Pangeran Zielle karena dia adalah putra satu-satunya ratu.
Pangeran Zielle lantas tertawa. "Lady… Kau benar-benar di luar dugaanku." Senyum lebar mengembang di wajah tampan pria itu. Ternyata ia tidak sebodoh yang orang-orang bilang, batin Zielle semakin yakin.
Saat pertunangan antara Pangeran ke-empat Kerajaan Elinor dan putri Duke Sander Dorian batal terjadi, maka secara otomatis Pangeran Nathaniel akan kehilangan hak suaranya dari fraksi netral. Ini akan menjadi kerugian besar bagi kelompok pendukung Nathaniel. Tapi akan menjadi kabar baik untuk Pangeran Zielle, karena secara otomatis jumlah suaranya akan mengungguli adik tirinya itu.
Saat mengetahui jika Lady Dorian ada di Dorian Plaza, Zielle yang saat itu tengah melaksanakan tugas resminya sebagai pangeran negeri ini tanpa ragu pergi untuk menghampiri gadis itu. Awalnya ia hanya berniat untuk mencaritahu kebenaran mengenai gosip yang tengah beredar di istana – tentang Lady Dorian yang mengajukan pembatalan pertunangan.
Jika kabar tersebut tidak benar, Zielle berencana akan menghasut Lady Dorian agar benar-benar membatalkannya. Namun tidak disangka, gosip itu memang benar terjadi. Padahal Zielle sudah mempersiapkan rencana untuk menggoda Lady Dorian jika saja kabar tersebut hanyalah kabar burung semata.
"Sepertinya kau tahu dan paham mengenai kondisi kerajaan kita saat ini, Lady." Kini Zielle tidak lagi ragu untuk memperlihatkan wajah aslinya. Ia tidak lagi berpura-pura ramah seperti di awal dan menunjukkan niatnya yang sebenarnya.
Koa menyukai itu. Ini artinya pangeran sudah mengakui jika dirinya bukanlah gadis bangsawan bodoh yang tidak tahu apa-apa. "Tidak juga. Saya hanya mendengarkan cerita dari ayah saya saja."
"Duke Dorian? Tak kusangka beliau senang berdiskusi masalah politik bersama putrinya. Padahal biasanya perempuan lebih suka menghabiskan waktu mereka untuk bergosip dibandingkan berdiskusi hal yang berbobot," seru Zielle sarkas.
"Anggap saja aku berbeda Yang Mulia."
Zielle kembali tertawa. "Dibandingkan dengan Nathaniel, bagaimana jika kau menikah denganku saja Lady Dorian."
"Uhuk- Maaf?"
Koa tersedak saat hendak menelan cairan teh di dalam mulutnya. Ia bertambah terkejut lagi ketika menyadari jika Zielle serius dengan ucapannya barusan. Ini sama saja seperti keluar dari kandang singa, tapi masuk ke kandang macan.
Pangeran Nathaniel dengan cepat mengeluarkan sapu tangan miliknya dan memberikan benda itu kepada Koa.
"Yang Mulia, bukankah Anda sudah bertunangan dengan Lady Aylin, putri Marquess Otsana?" tanya Koa sembari membersihkan rok gaunnya yang kotor terkena tumpahan teh menggunakan sapu tangan milik Zielle.
Pangeran Zielle mengedikkan bahunya santai. Ia kemudian menyangga dagunya dengan siku yang bertumpu pada meja sembari terus memperhatikan Koa.
Lady Aylin Otsana merupakan teman dekat Putri Zehra, adik kandung Zielle yang sebentar lagi akan melaksanakan debut sosialnya. Mereka sudah berteman sejak kecil karena Keluarga Marquess Otsana merupakan kerabat dekat dari keluarga asal Ratu Zelda. Bisa dibilang mereka adalah sepupu jauh.
Pertunangan Lady Aylin dan Pangeran Zielle didasari alasan politik. Karena Lady Koa sudah bertunangan lebih dulu dengan Pangeran Nathaniel, maka ratu memilih Lady Aylin yang secara status tepat berada di bawah Lady Koa untuk menjadi pasangan Pangeran Zielle.
Jika saja Lady Koa tidak jatuh cinta dan bertunangan dengan Pangeran Nathaniel, Ratu Zelda secara pribadi akan datang mengunjungi kediaman Duke Sander Dorian, dan melamar Lady Koa untuk putranya.
"Kau saja berani membatalkan pertunanganmu dengan Keluarga Kerajaan. Kenapa aku tidak," ujar Zielle.
.....
....."Lord Sander, surat untuk Anda."Philip, Kepala Pelayan di kediaman Duke Dorian meletakkan nampan berisi sepucuk surat di atas meja kerja sang duke."Kapan surat ini datang?" tanya Duke Sander sembari membuka segel surat menggunakan pisau lipat kecil."Siang ini, Lord."Duke Sander Dorian mengangguk paham. Dibentangkannya lipatan kertas yang merupakan isi dari surat tersebut. Dahinya nampak berkerut saat mengetahui pesan yang tertulis di dalamnya."Cleo dan Koa. Apakah mereka sudah kembali ke mansion?" tanya Duke Sander mencari dua perempuan kesayangannya itu."Mereka sudah tiba semenjak sore, Lord Sander." Jawab Philip."Ah, begitu."Duke Sander melanjutkan pekerjaannya, namun tidak ada satu menit ia kembali beristirahat. Ia menoleh ke arah Philip yang masih bertahan di ruang kerjanya. Merasa ganjil karena biasanya Philip akan langsung pergi jika urusannya sudah selesai."Masih ada yang ingin kau sampaikan?
.....Elena menemani dan membantu Madam Cleo untuk bersiap-siap – bersama dengan Bella, seorang penata rias terkenal di Kerajaan Dorian yang dipanggil secara pribadi ke kediaman Duke Sander. Bella meraih sebuah cermin kecil dari dalam kotak kayu berukuran sedang dan memberikan benda tersebut kepada Madam Cleo agar wanita itu bisa melihat lebih detail hasil pekerjaannya.“Madam, anda cantik sekali,” puji Elena pada istri Duke Sander.Madam Cleo menatap bayangannya sendiri, lantas tersenyum puas dengan hasil pekerjaan penata rias dan maid pribadinya itu. “Sempurna,” seru Madam Cleo memberikan pujian.Madam Cleo kemudian berdiri dan meletakkan cermin tersebut ke atas meja rias. “Ah benar, kalian jangan sampai lupa untuk menyiapkan gaun cadanganku. Langsung saja masukkan benda itu ke dalam bagasi kereta,” perintah Madam Cleo pada para maidnya.Tanpa membuang waktu, para gadis pekerja di kediaman Duke Dorian seg
.....Koa merasa sangat beruntung karena Madam Cleo tiba-tiba saja menarik dirinya untuk bergabung dengan grub sosialita wanita itu. Jika tidak, mungkin saja Koa akan jatuh pingsan karena lupa caranya bernapas akibat terlalu gugup sekarang.Koa sadar, ada yang aneh dengan dirinya. Ini bukanlah kali pertama Koa bertemu dengan pria tampan. Tapi dengan Duke Leander, kenapa reaksinya berbeda? Hanya dengan mencium wangi tubuh pria itu saja membuat perutnya terasa geli seolah dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu.Dia seperti lukisan hidup, batin Koa memuji sembari mencuri pandang pada Duke Leander yang kini sibuk berbincang dengan Duke Sander Dorian.Dari segi fisik, Duke Leander memiliki badan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tinggi pria pada umumnya. Mungkin sekitar 190 cm. Duke Leander juga memiliki bahu yang lebar dan otot tangan yang kekar. Hasil dari kerja fisik selama berada di dalam medan perang. Warna iris mata dan rambutnya yang
.....Aku terpaksa menerima ajakan Duke Leander karena orang-orang tidak mau berhenti melihat ke arah kami. Pria itu lantas meraih tanganku dan membawaku berjalan menuju lantai dansa. Aku hanya bisa diam membisu, mengikutinya dengan langkah ragu.Tak lama kemudian, kami berhenti di satu titik. Pria itu lantas membalikkan tubuhnya, membuat kami saling berhadapan. Ia menundukkan kepala, melihat ke bawah karena perbedaan tinggi badan kami yang cukup jauh. Dia seperti titan di mataku.Alunan lagu yang dimainkan oleh orkestra istana berganti lagi. Itu artinya dansa sesi pertama telah usai, dan sekarang berganti ke sesi berikutnya. Para pasangan yang belum mendapatkan kesempatan untuk berdansa di sesi pertama segera menempati posisi kosong yang ada di sekitar kami.“Bahumu terlalu kaku, Lady.” Bisik pria itu di telingaku.“Hahaha. Maafkan saya Duke,”ucapku canggung.Bagaimana mungkin aku bisa bersantai, sementara orang-oran
.....Koa baru saja kembali dari ruang kerja ayahnya. Tak banyak yang mereka bahas. Duke hanya menyampaikan permintaan maaf dari Duke Leander karena telah membuatnya berada dalam posisi yang sulit.Duke Sander mengatakan bahwa pria itu tidak mengetahui jika dirinya sudah bertunangan dengan Pangeran Nathaniel. Hal itu dikarenakan saat acara pertunangan tersebut dilaksanakan, Duke Leander tengah berada di perbatasan utara – berperang melawan Kerajaan Nesrin, membantu Duke Adler mempertahankan wilayahnya. Duke Leander sendiri baru saja kembali ke dukedom-nya beberapa minggu yang lalu setelah perintah dari Raja Alden— berkaitan dengan pertunangan antara dirinya dengan Putri Zehra diturunkan. Jadi wajar saja jika ia tidak tahu kabar terbaru di ibu kota.Yona mengambil gaun cadangan milik Koa yang tersimpan dalam koper. Sebuah gaun berwarna perak dengan model yang sederhana namun tetap terlihat mewah. Gaun modeloff shoulderyang membuat
…..“Lady, apakah anda tidak berminat untuk pergi jalan-jalan ke kota?” tanya Yona pada Koa yang sudah dua harian ini hanya berdiam diri saja di rumah. Setelah acara di istana kemarin, wanita itu semakin bertambah malas untuk bertemu dengan orang-orang. Padahal ia sendiri sudah menerima puluhan surat undangan dari para lady di Kerajaan Elinor yang kini menggunung karena tidak disentuhnya sama sekali.Koa sangat berbeda dari ibu angkatnya, Madam Cleo. Jika Koa lebih suka menghabiskan waktunya di kamar, wanita itu justru sebaliknya. Ia suka bersosialisasi dengan orang-orang. Tak pernah satu hari pun Koa melihat ibunya itu bersantai di mansion.Ah—gula darahku turun,batin Koa ketika merasakan pusing di kepala. Ia meletakkan buku Etika Bangsawan yang tengah ia baca belakangan ini ke atas meja.“Lady! Jika anda terus seperti ini, duchees akan marah.” Panik Yona saat mendapati Koa yang mulai merebahkan diri ke
…..Angin yang cukup kencang tiba-tiba saja berhembus— masuk melalui jendela besar ruang baca yang memang sengaja dibiarkan terbuka. Black tanpa sadar memiringkan kepalanya ke arah lain, mencoba menghindar karena angin tersebut membuat tatanan rambutnya berantakan. Beberapa helai dari mereka bahkan berhasil menusuk dan membuat matanya pedih.Angin yang kini berputar pelan di dalam ruangan mengingatkan Koa pada hamparan padang rumput luas di belakang panti asuhan. Ditambah dengan wangi parfum dari tubuh Black yang seperti harum hutan— menyeruak, ikut menyebar ke seluruh penjuru ruangan.Wangi ini lagi, batin Koa bernostalgia ketika harum musk dan vanilla malam itu kembali tercium.Koa yang tidak kunjung menjawab membuat Black sedikit panik. Pria itu lantas berdiri, kemudian melangkah menghampiri Koa. Ia bertekuk lutut di hadapan Koa, menyetarakan tinggi mereka yang berbeda cukup jauh itu.“Lady Dorian?” pa
….. Pintu ruang baca yang tiba-tiba terbuka berhasil mengejutkan Black dan Koa. Keduanya lantas memfokuskan pandangan mereka ke arah yang sama dengan perasaan heran. Mereka ingin tahu, siapa sosok manusia yang berani bersikap tidak sopan— masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu ataupun memberikan salam terlebih dahulu. Seketika Koa membulatkan mata saat mengetahui jika yang baru saja datang menyelonong adalah Nathaniel. ‘S-sejak kapan?’ batin Koa terkejut mendapati sosok karakter yang paling dibencinya dalam novel kini berada dalam satu ruangan yang sama dengannya. Wanita itu melirik Black sekilas, hatinya gelisah. Bukan gelisah karena ketahuan tengah berduaan dengan Black, tetapi gelisah karena takut jika Nathaniel mendengar isi percakapan mereka. Tunangan dari Lady Koa tersebut berjalan dengan langkah cepat menuju tempat keduanya. Kemudian berhenti di jarak beberapa jengkal dari posisi Koa dan Black berdiri. “Salam hormat kami kepada Pangeran Nathaniel,” seru Koa dan Black be
…..Lady Xylia Denta, dengan keahlian dan pengetahuannya dalam ilmu sihir, merupakan salah satu guru terkemuka di Sekolah Sihir Kerajaan Chanceux. Setiap harinya, ia sibuk mengajar berbagai mata pelajaran magis kepada para siswa yang tertarik pada sihir. Dipenuhi dedikasi dan semangat, Xylia tidak hanya mengajarkan keterampilan dasar seperti mantra dan sihir pelindung, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti alkimia dan ramalan. Para siswa di bawah bimbingan Xylia diarahkan untuk mengasah bakat mereka dan mengeksplorasi potensi magis lebih dalam. Sebagai penyihir yang dihormati dan diakui, Xylia juga menjadi panutan bagi banyak siswa yang bercita-cita menjadi ahli sihir handal di masa depan.“Permisi, Profesor?” Helda, seorang siswa cerdas yang terkenal tekun sering kali menarik pehatian Xylia dengan pertanyaan-pertanyaan tajamnya. Hari ini, setelah kelas selesai, Helda mendekati Xylia dengan ekspresi ingin tahu yang khas di wajah. “Saya ingin bertanya ten
…..Perjalanan pulang dari istana terasa begitu menegangkan. Black duduk di atas kudanya dengan raut super serius yang menakutkan. Di sekitarnya, para ksatria yang bertugas mengawal terdiam dalam teror tak berujung. Mereka pun menyadari, suasana hati Black memang sudah buruk semenjak meninggalkan Leander.Oliver yang juga ikut mendampingi Black tak mau berpasrah diri. Ia lalu menarik tali kekang, bergerak maju supaya kudanya bisa sejajar dengan kuda Black. “Banyak bangsawan yang menyetujui proposal Anda, Lord. Ini hasil yang memuaskan,” ujarnya mencoba membuka obrolan.Black tetap melihat ke depan, hanya matanya saja yang melirik tajam ke arah Oliver. “Bisakah kita membahas urusan ini di kantor. Aku sedang lelah sekarang.”Reaksi dingin Black membuat gemetar semua orang, terutama Oliver yang berhadapan langsung dengannya. Ia pun tidak bertanya lagi, membiarkan suasana hening yang menyiksa itu mengiringi perjalanan pulang mereka.…..Seakan sudah hafal betul rutinitas harian nyonya mer
…..Koa terbangun dari tidur dengan perasaan tak nyaman. Perutnya terasa seperti tengah dibelai lembut oleh tangan yang akrab. Mata Koa terbuka perlahan, dan ia menemukan sosok suaminya, Black sedang berbaring di sampingnya. Semalam, Koa mengalami kram perut yang cukup parah sampai membuatnya sulit tidur. Beruntungnya Koa, Black dengan telaten mengurusnya. Sentuhan tangan Black yang hangat membuatnya merasa lebih baik.“Kau butuh sesuatu, Sayang?” tanya Black saat menyadari Koa menggeliat di dalam pelukannya. “Haus?”Koa menggelengkan kepala. “Saya baik-baik saja.” Wanita itu terdiam sejenak, merenung. “Apakah Anda sibuk hari ini?”“Mm, sedikit sibuk,” jawab Black sembari memainkan rambut panjang Koa. “Sore ini aku ada jadwal untuk pergi ke ibu kota.”“Urusan Anda dengan Pangeran Zielle?” Koa bertanya lagi, dengan rasa ingin tahu yang terselip dalam suaranya. “Benar?”“Benar.” Black mencium puncak kepala Koa, lalu mengeratkan pelukannya. “Kau tidak ingin aku pergi, Koa?”Koa kembali m
…..“Bisakah Anda tinggal lebih lama di sini? Setidaknya sampai cucu Anda lahir.”“Oh Koa sayang, sungguh maafkan aku. Seandainya bisa, aku pasti akan melakukannya.”Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama di Leander Manor, tiba saatnya bagi Madam Adelaine, Xylia, dan Baron Denta kembali ke Chanceux. Koa dan Black mengantarkan mereka sampai gerbang utama, di mana kereta kuda yang akan membawa mereka pulang menunggu. Meskipun suasana sedikit melankolis, tetapi senyum hangat terus mengiringi momen perpisahan itu. Sebagai tuan rumah, Koa dan Black memberikan penghormatan dan juga ucapan terima kasih kepada orang-orang terkasihnya.“Sampai jumpa lagi, Sayang.” Madam Adelaine bergantian mencium pipi Koa dan pipi Black sebelum naik ke kereta. “Jaga kesehatan kalian.”Kusir menyentakkan tali kekang dan kereta kuda mulai bergerak meninggalkan gerbang. Dari tempatnya berdiri, Koa memperhatikan kepergian mereka dengan hati yang berat. Ia melirik ke arah Black yang berdiri tepat di sebe
…..Kedatangan kereta kuda istana menjadi sorotan di Leander Manor. Suara langkah kuda yang saling bersahutan memecah keheningan di sekitar mansion dan menarik perhatian para penghuninya. Koa yang kebetulan berada di taman manor segera mengedarkan pandangan, mencaritahu identitas dari rombongan tamu yang datang berkunjung.“Siapa mereka?” tanya Koa kepada Olga.“Pangeran Zielle dan Lady Aylin Otsana, Madam.”Dada Koa berdesir saat mendengar nama Aylin. Ingatan akan masa lalu yang pahit langsung melintas di dalam benak. Namun, bukannya perasaan gugup yang ia rasakan, justru perasaan bersalah yang lebih mendominasi. Koa ingat bahwa di antara mereka, dirinyalah yang memutuskan komunikasi secara pihak. Biarpun ada alasan dibalik sikapnya hari itu, Koa sama sekali tidak membenarkan tindakan egoisnya tersebut.Sementara itu, Black, beberapa pelayan dan ksatria Leander terpantau sudah menanti di depan gerbang untuk menyambut tamu istimewa mereka. Saat kereta memperlambat laju dan berhenti di
…..Kepanikkan mengintari Koa saat undangan minum teh dari Madam Adelaine datang kepadanya. Meskipun Koa telah resmi menjadi bagian dari Keluarga Leader setelah menikah dengan Black, hubungannya dengan ibu mertua masih terbilang kaku. Karena kesibukan masing-masing, mereka baru bisa bertemu lagi sekarang setelah pertemuan terakhir mereka di pesta resepsi.Berjalan santai menyeberangi halaman menuju rumah kaca, Koa menyadari betapa senyapnya mansion setelah ditinggalkan para tamu. Kendati sepi, situasi tersebut tidak serta-merta menghilangkan kemegahannya. Justru terkadang, terlalu banyak manusia malah membuat mansion menjadi sesak dan tidak layak untuk dipandangi. Contohnya, bangunan rumah kaca yang menurut cerita Black, dulu dirawat Madam Adelaine dengan sangat telaten. Sebelum pulang ke rumah keluarga besarnya di Kerajaan Chanceux, Madam Adelaine sering menghabiskan waktunya di tempat itu, merawat tanaman-tanaman eksotis, merangkai bunga-bunga cantik yang dipetiknya sendiri.“Terima
…..Leander Manor telah terbangun dari hiruk pikuk pesta semalam. Seluruh jendela dibuka lebar-lebar, membiarkan udara segar dari hutan sekitar mengusir sisa euphoria perayaan. Dari arah timur, sinar matahari menyusup melalui celah-celah bangunan, menghangatkan pagi yang sebentar lagi beranjak siang. Suara langkah kaki ringan mulai terdengar di setiap lorong, menandakan awal dari hari yang baru.Kesan damai dan santai ini justru berbanding terbalik dengan suasana di kamar tidur utama manor. Dokter Manuel Soriano, seorang spesialis kandungan terkemuka yang dipanggil langsung oleh Black dari ibu kota, tengah melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap pasiennya, Koa Dorian. Atmosfer tegang tampak menyelimuti ruangan begitu Dokter Manuel meminta pasangan Leander duduk di sofa, menunggunya membacakan hasil pemeriksaan.“Madam, Anda memang benar sedang hamil. Dan berdasarkan perhitungan dari hari pertama menstruasi terakhir, kandungan Anda diperkirakan berusia lima minggu.”Koa meremas tang
…..Sebagai pemimpin Leander Dukedom, menjadi tugas Black untuk memperkenalkan Koa kepada banyak orang penting yang telah diundangnya ke pesta malam ini. Pertama-tama, ia memperkenalkan Koa kepada bangsawan dan aritokrat berpengaruh yang menjadi teman dekat dan mitra bisnis Leander. Sesuai dugaannya, mereka menyambut Koa dengan tangan hangat dengan tak henti-hentinya memberikan wanita itu ucapan selamat atas pernikahan mereka.Selanjutnya, Black memperkenalkan Koa kepada para pejabat pemerintah dan tokoh politik. Mengetahui betapa cerdasnya Koa, mereka tanpa ragu mengajak Koa mendiskusikan berbagai isu penting yang sedang dihadapi kerajaan. Namun ketika Koa mulai kewalahan, Black segera mengambil alih dan mengganti diskusi mereka ke topik yang lebih ringan.Selesai dengan orang-orang pemerintahan, Black membawa Koa bertemu dengan para tokoh budayawan dan para filantropis yang mendukung berbagai proyek amal Keluarga Leander. Orang-orang itu dengan semangat tinggi berbagi cerita tentang
…..Black berlari menyeberangi lautan pelayan yang terlihat berkumpul di depan kamar istrinya. Begitu mendengar kabar Joss memanggil Dokter William untuk memeriksa kondisi Koa, Black yang tidak tahu apa-apa tanpa ragu menghentikan rapat dan membubarkan semua orang. Ia bahkan mengabaikan Oliver dan meninggalkannya seorang diri di kantor bersama ribuan berkas laporan yang seharusnya mereka selesaikan sore ini sebelum pesta resepsi kedua dimulai.“Ada apa dengan Koa?” tanya Black kepada tiga bawahannya yang ikut menunggu di dalam kamar. Ia menatap mereka satu per satu, menuntut sebuah penjelasan. Ketika sudut matanya menangkap bayangan Koa, ia buru-buru menghampiri wanita itu. “Sayang, pagi ini aku lihat kau baik-baik saja. Kenapa sekarang wajahmu pucat sekali?”“L-lord, saya—“Duke,” panggil Dokter William. Ia menjaga sikapnya setenang mungkin, berusaha tidak memperkeruh keadaan. “Anda tidak perlu khawatir.”“Apa katamu? Setelah melihat wajah istriku sepucat ini, kau masih berani meminta