Detik kemudian, Zaki terkejut melihat keberaniannya, menunjukkan wajahnya di depan kamera.“Hay.... saya Safira Ramadhani, seorang mahasiswa yang menfitnah dosen bernama Yanto, melakukan pelecehan seksual terhadap Anya seorang mahasiswi keguruan, semester tiga dan juga Vina seangkatan dengan saya.... Yang berpihak dengan penjahat seperti saya, terima kasih atas dukungannya, dan bagi yang berpihak pada para malaikat ini, silahkan hujat saya sesuka kalian. Karena hujatan kalian tidak mempengaruhi niatku untuk menghancurkan malaikat seperti mereka....” ucap Safira merampas hp Zaki dan merekam wajah-wajah dosennya yang ada disitu, tidak ketinggalan juga wajah dosen yang sudah terkapar di pukulnya. Semua dosen hanya membeku saat Safira menceritakan dua korban tersebut.“Nggak ada yang mendukung penjahat prontal sepertimu....” tulis netizen.“Semangat kak, semoga kasusnya cepat selesai.... hukum semua pelaku pelecehan seksual....” tulis netizen yang membela Safira.“Munafik.... siapa sih ya
“Bagaimana pak? Apakah anda setuju dengan syarat yang saya berikan?” tanya Safira mendekati Yanto dan membuang sembarangan hp Zaki ke lantai, membuat sang dosen berteriak histeris.“Dasar mahasiswa kurangajar. Berani sekali kau membuang hpku....” teriak Zaki. Safira hanya menoleh dan tersenyum melihat sang dosen kesal. Saat Zaki mendekatinya, Safira langsung menodongkan pistol tepat di kepala sang dosen.“Sekali lagi, setuju ata tidak?” ucap Safira dingin.“Baiklah, kami akan mengembalikan beasiswa Alana Liora Gantari....” jawab Yanto.“Tapi, tetap saja hukuman akan terus berjalan....” jelas Safira tersenyum smirk.“Tidak bisa begitu dong, kan kami sudah mengembalikan beasiswa Alana Liora Gantari....” protes Zaki.“Beasiswanya akan di kembalikan, tapi trauma yang di alami Alana Liora Gantari tidak bisa dengan mudah sembuh.” jawab Safira dengan tenang.“Maka dari itu, pelakunya harus di hukum....” lanjut Safira.“Kalau begitu, kami tidak akan mengembalikan beasiswa Alana....” timpal R
Safira berjalan di lorong kampus hendak ke kantin. Namun seseorang menarik nya masuk ke dalam sebuah ruangan. Safira meronta melepaskan diri, tubuh Safira diseret dengan kasar. “Lepaskan....” teriak Safira menatap orang-orang yang bermasker tersebut, dan menendang seorang pria yang menyeretnya masuk ke dalam ruangan.Mereka tersenyum smirk, mendorong tubuh Safira hingga menghantam lantai dengan cukuo keras.”Kami tidak akan melepaskan, pengkhianat....” ucap salah satu dari lima pria tersebut.“Mau apa kalian?” tanya Safira menatap mata ke lima pria itu, dan menghajar satu persatu dari mereka. Mereka kembali tersenyum.“Dirimu....” jawabnya dengan santai. Dua dari mereka mendekati Safira, memiting tangan Safira dari belakang, dan mulai mengerayangi Safira. Safira berontak, “Lepaskan.... apa yang kalian inginkan? Jangan sentuh aku.....” teriaknya marah.“Dirimu....” dua pria memegang dua tangan Safira dan cepat mengikatnya.“Lepaskan.... brengsek....” kaki Safira menendang-nendang dua p
Breaking News“Telah tertangkapnya lima orang pria yang berstatus dosen di sebuah universitas yang ada di Riau, atas pencabulan terhadapa mahasiswinya....” Safira tersenyum saat melihat berita di hpnya. Kasus tersebut pun viral, sampai-sampai di bahas oleh beberapa statiun tv.“Itu semua fitnah.... kami telah di fitnah oleh gadis kecil itu.... dia memang suka berbuat onar....” ujar Yanto yang memakai masker saat di wawancari awak media.“Lalu bagaimana video-video yang sudah beredar di publik? Apakah itu tidak benar?”” tanya awak media lagi.“Semuanya fitnah.... kami di jebak....” jelas Yanto.“Kita lihat saja nanti di pengadilan, siapa sebenarnya yang salah dan siapa yang benar....” jelas Brahmantyo. Segera lima dosen tersebut, memasuki ruangan kantor polisi. Kembali awak media menghadang Safira dengan berbagai pertanyaan.“Saya itu mata-mata.... saya bekerja secara secara legal.... mana mungkin saya malah menfitnah seseorang, apalagi mereka seorang pendidik.... kami bekerja, jika a
“Kami juga mengenal rektor di kampus anda bernama Yunanda Asyhim.... kami juga rekannya pak Barra Rafeyfa Zayan.... kami yang selalu membantunya saat dia tersandung kasus hukum....” jelas sang polisi setengah berbisik, takut ada yang mendengar.“Lalu kenapa anda tidak membebaskan pak Barra? Bukankah sekarang pak Barra masih di penjara?”“Itu karena gadis kecil tersebut.... dia selalu mengacaukan semua rencana yang kami buat.... dia terlalu licik, makanya kami hanya berpura-pura berpihak sama dia saja.... sebenarnya, kami ingin sekali menghancurkannya, dia terlalu sombong.... karena setiap misinya terus saja berhasil....” jelas sang polisi. Satu persatu dari lima dosen pun di introgasi.“Nggak ada yang mau buka mulut.... sepertinya kamu harus menangkap pelaku utamanya.... saya yakin, pasti ada seseorang di belakang mereka yang siap membela mereka. Maka dari itu, mereka tidak takut dengan polisi....” jelas polisi yang mengintrogasi Yanto.“Ya betul sekali.... tidak menutup kemungkinan,
Safira menghela napas pendek saat memasuki kamar Alana. Alana nampak kurus, dan matanya terus saja sembab, karena terus saja menangis. Gadis tersebut mengalami trauma yang membuatnya semakin prihatin. Safira melangkah masuk ke dalam kamar dan duduk disisi ranjang Alana.“Boleh kita bisa sebentar? Bicaranya perlahan saja.... jika kau tidak mau menceritakan kejadian tersebut, bagaimana bisa kasus ini selesai....” ucap Safira perlahan. Mencoba tidak memaksa Alana untuk bicara. Dia tahu, pasti mengingat kejadian tersebut adalah hal yang menyakitkan baginya.“Waktu itu saya keluar dari kelas, hendak pulang.... Tapi saat saya keluar bertemu dengan pak Yanto, Brahmantyo....” jelas Alana. Pikirannya menerawang.Alana keluar dari kelas, namun di depan pintu, Alana melihat Yanto dan Brahmantyo berjalan kearahnya.“Keruang saya sekarang.... ada yang mau saya biacarakan padamu....” ucap Yanto dengan nada dingin. Alana menurut saja, saat di dalam ruangan Yanto. Dada Alana berdesir saat melihat sud
Pengalihan Isu“Selamat siang.... hari ini kami mengabarkan terjadinya pengeboman yang terjadi di sebuah sekolah, dan menewaskan lima orang siswa, dan dua puluh lima orang luka-luka....” ucap host di sebuah siaran tv swasta.“Baiklah, kami akan tersambung dengan reporter kami Aliano Bagas di tempat kejadian..... selamat pagi Aliano.... bisa anda ceritakan kejadian yang ada disana?”“Saat ini saya berada di lokasi kejadian.... kejadian tersebut terjadi pukul 08:00 wib. Para siswa seperti biasanya sedang belajar di kelas masing-masing.... namun semuanya menjadi mencekam saat seorang pria bermasker hitam, melemparkan bom.... kejadian tersebut menewaskan lima orang siswa, yang terdiri dari dua siswa cewek, dan tiga siswa cowok.... sedangkan lima belas lainnya sudah di larikan ke rumah sakit..... keadaan para korban, kritis dan belum sadarkan diri....” jelas yang reporter.Berita pengeboman tersebut di bahas oleh beberapa statiun tv. Safira tersenyum melihat berita tersebut dengan senyu
Safira bangkit dengan keadaan terhuyung-huyung, dan menghajar dua pria tersebut dengan membabi buta. Susah payah Safira melakukan perlawanan demi perlawanan.“Masih mau melawan? Dasar menjijikan, kau akan mati di tangan kami,” ucap salah satu dari dua pria tersebut, menghajar Safira tanpa memberikannya kesempatan untuk melawan. Safira muntah darah, saat dua pria tersebut meninju wajahnya. Akhirnya Safira melepaskan beberapa kali tembakan kearah dua pria tersebut. Peluru tersebut bersarang di betis dua pria tersebut.Tiga orang pria melepaskan tembakkan mengenai pundak Safira. Safira menjerit menahan sakit di pundaknya. Safira melepaskan tembakkan sembarangan arah, kepalanya terasa sakit, pandangannya mulai kabur. Tiga pria tersebut mendekatinya, dan terus menghajarnya tanpa ampun.Walaupun dalam keadaan lemah, Safira masih melawan tiga pria tersebut. Safira menghajar para pria tersebut dengan sekuat tenaga. Tiga pria tersebut dengan bersamaan, menendang, meninju, bahkan menginjak-inj