Nicky memainkan ponselnya sambil bersantai di depan TV rumah Arisa sementara gadis itu tengah sibuk memasak sesuatu di dapurnya. Malam ini keduanya memutuskan untuk makan malam di rumah Arisa setelah selama perjalanan pulang mereka bingung untuk makan apa dan dimana, Arisa pun mengusulkan untuk makan dirumahnya. Dan berakhirlah mereka disini.
Setelah 30 menit berlalu, Arisa muncul dari dapur sambil membawa 2 buah piring berisi nasi goreng dan telur ceplok.
"Hmm, wanginya enak banget." Puji Nicky setelah memindahkan 1 piring ke tangannya dan membaui aroma masakan Arisa.
"Tapi gatau rasanya enak atau enggak. Cobain aja dulu." Ucap Arisa tidak percaya diri. Bagaimanapun tadi di dapur nasinya hampir gosong karena ia tinggal sebentar untuk mencari bahan makanan lain di kulkas.
"Kenapa? Kamu masukin garamnya kebanyakan ya?" Ledek pria itu sambil mengaduk nasinya. Matanya sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan pacarnya itu.
Arisa mengambil
Daniel baru akan mengetuk pintu rumah Arisa ketika pintu tersebut terbuka dengan sendirinya dan menampakkan sosok Arisa dan seorang pria yang sama dengan saat terakhir kali dirinya berkunjung. Matanya menangkap sosok Arisa yang terkejut mendapati dirinya seolah ia baru saja dipergoki melakukan suatu kesalahan."Loh, Dokter? Ngapain....""Siapa, Yang?" Daniel seketika mengalihkan pandangannya kearah pria yang tidak ingin ia ketahui statusnya saat ini. Apa yang barusan dia dengar? Yang? Maksudnya bukan sayang, kan? Sekelabat pertanyaan seketika memenuhi isi kepalanya.Arisa terdengar terbatuk pelan. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering padahal ia baru saja menghabiskan satu gelas air mineral dingin. Namun setelah menenangkan dirinya, gadis itu kemudian menjawab. "Oh, ini Dokter Daniel. Dok, kenalin ini Nicky, atasan saya." Jelasnya setelah berusaha menutupi rasa gugup lainnya yang tiba-tiba muncul."Nicky, Pacar Arisa!" Tegas Nicky sambil meny
Daniel membuka pintu ruangannya kasar, membuat beberapa dokter yang ada diruangan tersebut terkejut. Bukan terkejut dengan suara pintunya, namun karena ekspresi wajah kesal Daniel yang baru pertama kali diliat oleh rekan dokternya disitu. "Niel, lu baik-baik aja kan?" Tanya Dokter Anggara segera menghampiri Daniel yang sebelumnya duduk dikursi miliknya. Selama mengenal Daniel, pria itu tidak pernah berekspresi berlebihan seperti yang ia lakukan barusan. Jadi tentu saja dia terkejut. "Gak papa. Gue cuma agak kesel aja." Jelas Daniel yang sudah mengubah ekspresinya menjadi biasa saja. Meskipun hatinya masih terasa kesal. "Bohong. Gue tau lu lagi ada masalah. Bahkan sekesal-kesalnya lu sama senior atau dokter koas kita dulu, lu gak pernah nampakin ekspresi yang kayak barusan." Jelas Anggara masih penasaran. Ia memang sebagai dokter gosip. Karena apapun gosip yang ada di rumah sakit, pasti dia akan tau. Entah memang telinganya panjang atau rasa penasarannya yang
Hari ini adalah hari ketiga Nicky tidak masuk kantor. Beberapa hari yang lalu pria itu mengatakan kalau sedang terjadi sesuatu dengan keluarganya. Dan hal itu yang membuat Nicky tidak bisa meninggalkan urusan tersebut. Urusan apa itu Arisa tidak bertanya. Ia tidak mau terlihat sok peduli dengan urusan keluarga orang lain. Sekalipun dia adalah pacarnya sendiri. Arisa yakin pria itu pasti akan mengatakannya sendiri kalau memang perlu. Dan karena dia tidak mengatakan apapun, Arisa juga tidak ingin yang pertama menanyakannya. Dia tidak ingin menuntut.Sama seperti dirinya yang tidak ingin di tuntut untuk berbagi cerita soal keluarganya. Menurutnya, urusan keluarganya adalah rahasianya sendiri. Tidak boleh di ketahui oleh siapapun yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.Kecuali Daniel yang mau tidak mau harus mengetahui keadaan keluarganya karena pria itu adalah satu-satunya yang tau soal kondisi papanya.Ia mendengus kesal. Lagi-lagi Daniel muncul memen
Setelah tujuannya untuk bertemu dengan Nicky batal, Arisa tidak langsung kembali ke kantor. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak di warung pinggir jalan yang ia temukan tidak jauh dari rumah Nicky. Ia membeli minuman dingin dan dengan segera meneguknya sampai rasa hausnya hilang. Padahal seingatnya dirinya tidak terlalu mengeluarkan tenaga untuk berjalan ke tempat tersebut tapi rasa haus sudah menguasainya. Ia melirik jam di ponselnya. Kurang 30 menit jam 12 siang. Pantas saja perutnya sudah keroncongan. Tidak mau mengambil waktu lama, ia pun memutuskan untuk memesan taksi online dan meninggalkan area tersebut. Namun gerakannya seketika terhenti saat melihat sebuah mobil tiba-tiba berhenti pinggir jalan tepat di depan warung yang sedang ia tempati istirahat sejenak. "Arisa?" Gadis itu lebih terkejut karena pria yang sudah membuka kaca mobilnya itu justru menyebut namanya. Arisa mengernyit. Mencoba mengingat siapa pria asing di hadapannya saat ini
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Mobil Daniel memasuki area parkiran pembesuk dan segera memarkirkan kendaraannya di parkiran yang kosong. Hari ini ia tidak memarkirkan kendaraannya di bagian pegawai karena sekarang dirinya tidak sedang bertugas. Ia melihat sekitar dan seperti biasa, rumah sakit tempatnya bekerja selalu penuh oleh pengunjung entah itu yang hanya ingn menjenguk pasien yang sakit, sekedar mengambil resep dokter, atau konsultasi dengan dokter pribadinya. "Turun?" Tawar Daniel setelah mematikan mesin mobil dan membuka central locknya. Arisa yang sempat melamun segera tersadar dengan suara Daniel. "Ah? Oh, kayaknya gak usah deh. Aku nunggu di mobil aja." Tolak Arisa. Lagipula apa yang akan dia lakukan kalau dirinya ikut dengan Daniel. "Ikut aja. Gak lama, kok." Tawar Daniel lagi setelah melepas kuncinya. Mau tidak mau Arisa harus mengiyakan tawaran pria tersebut karena kunci mobil sudah ada di genggamannya dan juga pria itu sudah memilih untuk turun lebih dulu. Sela