Happy ReadingBeberapa minggu setelah kabar kehamilan itu, Rehan tampak lebih sibuk dari biasanya — namun bukan untuk urusan bisnis. Kali ini, ia menyusun sebuah rencana rahasia. Rencana untuk membuat Nara merasakan betapa dirinya begitu dicintai.Di hari ulang tahun pernikahan mereka yang kelima, sekaligus merayakan kehamilan pertama, Rehan menyuruh Nara untuk hanya membawa koper kecil berisi pakaian santai. Tidak banyak tanya, Nara menurut, meski wajahnya penuh rasa penasaran.Mereka naik jet pribadi yang sudah menunggu di bandara kecil di pinggiran kota. Saat jet lepas landas, Rehan hanya menggenggam tangan Nara erat dan tersenyum penuh arti."Aku mau kita berdua... dan bayi kecil kita... menikmati dunia hanya untuk kita," katanya pelan.Setelah beberapa jam penerbangan, jet mendarat di sebuah pulau pribadi di tengah-tengah Samudra Hindia. Pulau itu... milik Rehan.Begitu turun dari jet, angin laut hangat membelai rambut Nara. Hamparan pasir putih seputih salju membentang sej
Happy ReadingSetelah kembali dari liburan yang penuh kenangan, kehidupan Nara dan Rehan kembali ke rutinitas mereka yang padat, namun kali ini ada nuansa baru yang penuh perhatian dan kasih sayang. Nara, yang kini tengah mengandung, merasa lebih bahagia dan tenang menjalani setiap hari dengan perhatian penuh dari suaminya. Rehan memastikan bahwa dia selalu mendapatkan yang terbaik, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental.Hari-hari Nara kini dipenuhi dengan berbagai kegiatan yang mendukung kesehatannya dan janin yang sedang berkembang. Pagi-pagi sekali, ia sudah bangun untuk mengikuti sesi olahraga ringan yang disarankan oleh dokter. Rehan, yang biasanya sibuk dengan urusan bisnis, kali ini meluangkan waktu untuk menemani Nara. Ia ingin memastikan bahwa istrinya merasa didukung dan dicintai, bahkan dalam hal-hal yang kecil.Setiap pagi, Nara memulai harinya dengan senam ringan dan yoga ibu hamil. Dengan bantuan seorang pelatih pribadi yang berlisensi, Rehan juga ikut bergabung d
Happy ReadingSetelah memasuki trimester kedua, Nara mulai merasakan perubahan yang cukup signifikan dalam tubuhnya. Kandungannya yang semakin membesar membuat tubuhnya terasa lebih berat, dan terkadang ia mengalami kram pada kakinya, serta kelelahan yang datang tiba-tiba. Meskipun begitu, ia tetap berusaha menjalani hari-harinya dengan semangat, namun tak jarang ia harus berhenti sejenak untuk beristirahat.Namun, dalam setiap langkah perjalanan kehamilan ini, Rehan selalu ada di sisinya. Ia tidak hanya bekerja sebagai suami yang penuh perhatian, tetapi juga sebagai pendamping yang tak tergantikan. Setiap kali Nara merasakan kram, Rehan dengan sigap akan mendekat, menggenggam tangannya, dan mengajaknya duduk atau beristirahat sejenak.Suatu pagi, saat Nara mencoba untuk turun dari kamar tidur, ia merasa sedikit pusing dan tidak begitu kuat untuk berjalan sendiri. Rehan, yang sudah berada di sampingnya, dengan lembut memeluk tubuh Nara dan memapahnya turun dari tangga. Ia sangat hati-
Happy ReadingKehamilan Nara semakin memasuki tahap yang menggembirakan. Trimester kedua membuatnya merasa lebih bertenaga, meski kadang masih terasa pegal-pegal di tubuhnya. Rehan, seperti biasa, terus berada di sisi Nara, membantu segala sesuatunya, dari pekerjaan rumah tangga hingga mempersiapkan segala hal untuk kedatangan buah hati mereka. Hari-harinya dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan, meskipun terkadang perasaan cemas juga datang, seperti yang dialami setiap calon ibu.Setiap pagi, Nara mulai dengan yoga ibu hamil yang dibimbing oleh instruktur profesional yang disiapkan oleh Rehan. Yoga itu bukan hanya untuk kebugaran, tetapi juga untuk menenangkan pikiran. Rehan selalu menemani Nara dalam setiap sesi olahraga, duduk di dekatnya dan mendukung dengan penuh perhatian. "Kamu luar biasa, sayang. Aku bangga sekali denganmu," kata Rehan setelah melihat Nara menyelesaikan gerakan yoga yang cukup menantang.Meskipun Nara kadang merasa lelah, melihat perhatian Rehan yang begit
Happy ReadingKehamilan Nara semakin memasuki bulan-bulan yang penuh dengan persiapan, dan kini mereka tahu bahwa mereka akan memiliki anak laki-laki. Berita itu membawa kebahagiaan yang tak terhingga, dan Rehan serta Nara merasa seperti hidup mereka baru saja dimulai dengan penuh semangat baru. Keduanya tahu bahwa perjalanan menjadi orang tua akan membawa banyak tantangan, namun mereka merasa siap untuk menghadapinya bersama.Pada suatu pagi yang cerah, Rehan mengajak Nara untuk pergi berbelanja persiapan untuk kehadiran buah hati mereka. Nara, yang kini semakin gemuk dengan perut yang membesar, mengenakan gaun longgar berwarna biru pastel. Wajahnya berseri-seri, senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Di sampingnya, Rehan yang tampak lebih santai mengenakan pakaian kasual, tangan memegang tangan Nara dengan penuh kasih."Sayang, aku tidak sabar untuk memilih semua kebutuhan bayi kita," kata Nara dengan antusias. Matanya berbinar-binar saat mereka berjalan menuju pusat perbelanjaan ya
Happy ReadingMendekati hari kelahiran, suasana di rumah Nara dan Rehan dipenuhi dengan semangat persiapan. Segala sesuatu dipastikan sempurna—mulai dari koper pakaian hingga perlengkapan bayi yang sudah mereka pilih dengan penuh cinta. Namun di tengah semua persiapan itu, Nara mengutarakan satu keinginan yang cukup mengejutkan. “Aku mau melahirkan di Amerika,” katanya suatu malam saat mereka sedang berbincang santai di kamar tidur, tangan Nara mengelus lembut perut besarnya yang mulai turun. Rehan, yang saat itu sedang membacakan daftar kebutuhan bayi dari tablet di tangannya, langsung menoleh.Di matanya, ada sedikit keterkejutan, tapi lebih dari itu, ada kasih sayang yang begitu dalam. Tanpa banyak tanya, dia hanya bertanya dengan lembut, “Apa kamu yakin, sayang?” Nara mengangguk mantap. “Aku mau di tempat yang benar-benar nyaman dan jauh dari semua hiruk-pikuk di sini. Aku mau pengalaman melahirkan ini jadi sesuatu yang indah.” Rehan hanya tersenyum, lalu meraih tangan Nara
Happy ReadingHari-hari pertama sebagai orang tua adalah dunia baru bagi Nara dan Rehan. Begitu kembali ke mansion mereka di Amerika, suasana rumah berubah total. Tidak lagi hanya tenang dan mewah, kini ada suara tangisan bayi kecil mereka yang mewarnai setiap sudut rumah — suara kehidupan yang dinanti-nanti. Nara, walaupun masih dalam masa pemulihan, terlihat begitu semangat. Ia bangun dini hari untuk menyusui, belajar cara mengganti popok, bahkan mencoba memahami tangisan bayinya — apakah itu tangisan lapar, haus, atau hanya ingin digendong. Rehan? Ia bahkan lebih aktif dari yang bisa dibayangkan. Laki-laki itu hampir tidak pernah membiarkan Nara mengurus bayi sendirian. Ia belajar mengganti popok, memandikan bayi dengan tangan besar dan kaku miliknya, bahkan membacakan dongeng pelan-pelan di dekat boks bayi meski si kecil belum bisa mengerti satu patah kata pun. Ada satu malam, saat jam menunjukkan pukul tiga pagi. Si kecil terbangun, menangis kencang. Nara yang baru saja
Happy ReadingUsia Aiden Lucas Brooks Grendra baru dua bulan, tapi kehadirannya sudah mengubah seluruh dunia Nara dan Rehan. Hari-hari mereka kini penuh dengan suara tawa kecil, rengekan manja, dan keajaiban-keajaiban kecil yang hanya bisa dipahami oleh orang tua baru. Pagi itu, matahari baru saja naik ketika Aiden terbangun dengan gumaman pelan. Di kamar bernuansa putih hangat, Nara yang baru saja selesai menyusui tersenyum saat mendengar suara kecil itu. “Aiden sudah bangun, sayang,” bisiknya lembut sambil menggoyang-goyangkan tubuh mungil di pelukannya. Tak butuh waktu lama, Rehan yang masih mengenakan piyama satin langsung menghampiri. Ia membungkuk, mencium kening Nara, lalu mengelus pipi Aiden yang lembut. “Pagi, jagoan kecil ayah,” sapa Rehan sambil tersenyum. Setelah memastikan Aiden cukup kenyang dan bersih, Nara meletakkan bayi mereka di tempat tidur khusus bayi di samping tempat tidur utama. Mereka membaringkan diri di ranjang besar, mengamati Aiden yang mengoce
Happy ReadingMatahari bersinar hangat di Zurich siang itu. Setelah berminggu-minggu penuh perjuangan, cemas, dan harapan, kini semuanya terbayar dengan manis. Nara sudah sepenuhnya pulih berkat pengobatan terbaik di Swiss. Wajahnya berseri, matanya bersinar penuh semangat yang baru, dan tawa kecilnya yang khas kembali memenuhi rumah.Hari itu, mereka semua berkumpul di halaman belakang villa kecil yang mereka sewa selama di Swiss. Sebuah perayaan kecil diadakan untuk merayakan kesembuhan Nara, keberhasilan Aiden dan Alea dalam ujian semester mereka, dan rencana besar yang mulai membentuk masa depan keluarga mereka.Alea berlarian kecil di taman, tertawa saat Aiden mengejarnya dalam permainan ringan mereka. Sesekali, Aiden dengan nakalnya mencolek pinggang Alea, membuat gadis itu berteriak geli sambil berusaha melarikan diri.Di bawah pohon apel yang rindang, Nara duduk di kursi rotan sambil menikmati teh hangat. Rehan duduk di sampingnya, menggenggam tangan istrinya dengan lembut, se
Happy ReadingPagi yang cerah di Zurich terasa begitu sempurna. Aiden, yang biasanya serius dan terkadang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan dan urusan lainnya, tampak lebih santai hari ini. Setelah menikmati sarapan bersama Alea dan Nara, serta mendengarkan rencana liburan mereka yang semakin menyenangkan, Aiden merasa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.Nara, yang sedang mempersiapkan diri untuk pergi berbelanja dengan Alea, duduk di kursi ruang tamu, memandangi pemandangan luar jendela yang indah. Rehan, yang sedang mengatur jadwal pertemuannya lewat telepon, terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap mencuri waktu untuk berbicara dengan keluarga.Aiden menatap Nara dan Rehan, dengan niat untuk meminta sesuatu yang cukup besar. Melihat momen yang pas, dia mengambil napas panjang dan akhirnya berkata, "Mami, papi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Nara yang baru saja selesai memeriksa ponselnya, menoleh dan tersenyum pada Aiden. "Ada apa, Nak? Kamu kelihatan serius,"
Happy ReadingMinggu pertama liburan mereka di Swiss dimulai dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Setelah ujian semester selesai dan kabar baik tentang pemulihan Nara yang semakin membaik, Aiden, Alea, Nara, dan Rehan memutuskan untuk menikmati liburan panjang di negeri yang terkenal dengan pegunungannya yang megah dan pemandangan yang menakjubkan ini. Mereka memutuskan untuk menjelajahi keindahan alam Swiss, menikmati kebersamaan mereka setelah melewati banyak tantangan.Pagi itu, mereka tiba di Zurich, kota terbesar di Swiss, dan langsung disambut dengan cuaca yang cerah dan udara segar yang begitu menyegarkan. Rehan, yang selalu merencanakan setiap perjalanan dengan teliti, memesan penginapan di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota, dekat dengan banyak tempat wisata terkenal. Setelah check-in dan beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul untuk merencanakan petualangan mereka hari itu."Bagaimana kalau kita mulai dengan jalan-jalan di sekitar Zurich dulu?" Rehan meng
Happy ReadingAiden dan Alea duduk bersama di meja belajar, keduanya sangat fokus pada buku-buku mereka. Meskipun ujian semester sudah semakin dekat, mereka tidak bisa mengabaikan kabar bahagia yang baru saja mereka terima. Nara, yang sempat terbaring lemah di rumah sakit, kini mulai pulih berkat perawatan yang diterima di Swiss. Kabar ini membuat hati mereka sangat lega. Sejak mengetahui kondisi Nara membaik, mereka merasa seolah-olah beban yang ada di pundak mereka sedikit berkurang."Alea, kamu dengar kabar tentang Nara kan?" Aiden memecah keheningan sambil memandang wajah Alea, yang tampak lebih ceria dari biasanya.Alea mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, aku senang sekali mendengar bahwa Mami Nara mulai pulih. Aku bahkan tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dia lagi. Mami Nara benar-benar wanita yang kuat, Aiden. Aku percaya dia akan kembali sehat seperti sediakala."Aiden mengangguk, matanya tampak penuh dengan kehangatan. "Aku juga merasa lega mendengarnya. Setelah semua
Happy ReadingSetelah keputusan untuk membawa Nara ke Swiss, perjalanan pengobatan dimulai dengan penuh harapan. Nara, yang sebelumnya sangat terpuruk karena kondisinya, kini merasakan sedikit perubahan positif berkat pengobatan yang intensif dan tepat sasaran. Di bawah pengawasan dokter ahli di salah satu rumah sakit terkemuka di Zurich, setiap hari menjadi langkah kecil menuju kesembuhan.Rehan, yang selama ini setia menemani Nara, merasakan betapa beratnya perasaan sang istri, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keputusasaan. Ia selalu berusaha memberikan dukungan terbaik untuk Nara, bahkan ketika terkadang dirinya sendiri merasakan kelelahan luar biasa. Namun, melihat Nara perlahan mulai pulih membuat hatinya tenang. Proses pemulihan Nara tidak hanya mempengaruhi tubuhnya, tetapi juga hatinya. Sinar kebahagiaan kembali menerangi wajahnya, meski masih ada sisa-sisa kelelahan yang harus dihadapi.Hari-hari di Swiss bagi Rehan dan Nara terasa sangat berbeda. Di tengah k
Happy ReadingHari-hari menjelang ujian semester semakin dekat, dan Aiden serta Alea semakin sibuk mempersiapkan diri. Meskipun banyak hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi, mereka tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar—menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan. Alea, yang sudah beberapa kali terlibat dalam berbagai olimpiade, tahu betul bahwa persiapan yang matang adalah kunci. Sementara itu, Aiden, meskipun tertekan dengan keadaan keluarganya, tetap berusaha keras untuk belajar dan berfokus pada ujian.Setiap pagi, Aiden selalu menjemput Alea dengan mobil sport kesayangannya. Mobil itu, yang biasanya menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan, kini menjadi alat untuk mendekatkan mereka berdua. Aiden tidak hanya mengandalkan mobilnya untuk mengantar Alea, tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara lebih banyak, bertukar pikiran, dan saling mendukung.“Alea, siap untuk belajar?” tanya Aiden sambil tersenyum, mengingatkan Alea tentang hari yang
Happy ReadingMalam itu, setelah seharian penuh menjalani perawatan untuk Nara di rumah sakit, Rehan akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal. Nara masih terbaring lemah, meskipun ada sedikit kemajuan. Rehan tahu bahwa mereka harus menghadapinya dengan sabar, meskipun terkadang rasa cemas itu begitu besar. Namun, hari esok adalah hari ujian semester bagi Aiden. Rehan merasa sudah waktunya Aiden untuk kembali pulang dan bersiap-siap. Sebelum berangkat, Rehan mendekati Aiden yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, memegang ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Rehan tahu betul betapa berat beban yang harus dipikul oleh Aiden, tetapi dia juga tahu, sebagai seorang anak, Aiden perlu waktu untuk menenangkan pikirannya."Aiden, pulanglah bersama Alea. Sudah saatnya kamu istirahat," kata Rehan dengan nada lembut, mencoba memberikan ketenangan. "Nara butuh dukungan kita, tapi kamu juga harus fokus pada ujian semester yang semakin dekat. Jangan biarkan perasaanmu menguasai,
Happy ReadingHari demi hari berlalu, namun keadaan Nara tak kunjung membaik. Meskipun telah mendapatkan perawatan terbaik yang bisa diberikan di Indonesia, kondisi tubuh Nara tetap lemah. Rehan dan Aiden semakin cemas, dan begitu banyak harapan yang terus digantungkan pada kesembuhan Nara. Namun, setiap pagi yang mereka lewati bersama Nara di rumah sakit semakin terasa berat. Nara masih terbaring lemah, tak banyak bergerak, dan wajahnya semakin pucat. Rehan bisa merasakan betapa tubuhnya tak lagi sekuat dulu.Suatu pagi, setelah berbicara dengan tim dokter di rumah sakit, Rehan merasakan ada sesuatu yang harus segera dilakukan. Dia tidak bisa terus berdiam diri menunggu perubahan yang tampaknya tak akan datang. Keputusan ini datang begitu mendalam, begitu mendesak. Dia tidak bisa hanya mengandalkan perawatan di Indonesia yang sepertinya sudah mencapai titik maksimal. "Saya rasa sudah waktunya kita mencari solusi lain," kata Rehan kepada Aiden, suaranya penuh dengan ketegasan dan kes
Happy ReadingSudah hampir seminggu Nara terbaring di rumah sakit, dan keadaan tubuhnya belum juga membaik. Rehan, Aiden, dan Alea tidak pernah meninggalkannya. Mereka bergantian menjaga Nara, selalu berada di sisinya, mendampingi setiap detik yang penuh kekhawatiran. Meski mereka berusaha tetap kuat di hadapan Nara, ada rasa cemas yang tak bisa mereka sembunyikan.Setiap kali Rehan melihat Nara terbaring lemah, hatinya terasa perih. Dia merasa seperti tidak mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan ibunya. Walaupun sudah diberi penjelasan tentang penyakit yang diderita Nara, tetap saja tidak ada yang bisa menenangkan rasa takut di dalam dirinya. Nara adalah sosok yang selalu hadir dalam kehidupannya—wanita yang penuh kasih, yang selalu memberi dukungan. Namun kini, ia harus berjuang melawan kondisi tubuhnya yang semakin lemah.Pagi itu, Rehan berdiri di samping jendela rumah sakit, memandangi langit yang mulai cerah, namun hatinya tetap terasa gelap. Di luar sana, dunia berjalan seper