Pagi ini Sarra sengaja menyiapkan sarapan untuk suaminya karena ini hari spesial Harry.Yah suaminya tengah berulang tahun dan Harry bahkan belum menyadarinya, Sarra sendiri ingin melayani suaminya sejak pagi ,salah satunya dengan membuat sarapan kesukaan suaminya.Setelah mengantar Harry ke depan, Sarra kembali ke kamar. Ia membuka ponselnya, mulai berselancar mencari tempat romantis untuk makan malam. Sarra memilih indor karena malam hari, ia takut kedinginan dan tidak baik untuk bayinya. Sarra memesan tempat di salah satu gedung yang di khususkan untuk tempat acara, semisal kejutan dan acara lainnya. Setelah semua di pastikan pas, ia pun memesannya, Sarra meminta ruangan itu di hias dengan nuansa romantis dan dikelilingi oleh bunga dan lilin.Hari ini dia pergi ke luar melakukan perawatan dan sengaja tidak akan pulang ke rumah. Sarra ingin menyajikan yang terbaik untuk suaminya.Terkadang ia tersenyum membayangkan keromantisan yang akan terjadi malam nanti. Malam yang aka
Kembali Ke Minnesota Kata-kata Harry yang menyebutnya perempuan murahan, sampah dan penipu terngiang-ngiang di telinga Sarra. Lagi-lagi ia menangis, menenggelamkan wajahnya di atas bantal.Tak peduli pada malam yang kian beranjak, Sarra tidak bisa terpejam walau sedetikpun.Seolah tak pernah ujian itu meninggalkan rumah tangga mereka. Apa yang salah? Padahal mereka saling mencintai.Entah ini sekedar ujian atau memang suatu pertanda bahwa mereka memang tidak pantas hidup bersama. Mulai sebelum menikah sampai Paula tiada selalu saja ada masalah.Sebentar saja mereka merasakan kebahagiaan dan ketenangan.Cahaya matahari perlahan menerobos ventilasi udara, pertanda gelap telah berlalu, tetapi tidak dengan wanita hamil itu. Entah kapan kabut hitam itu pergi menjauh dari kehidupannya.Sarra menggerakkan tubuhnya lalu duduk perlahan. Ia pergi ke kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti bajunya. Patricia memang memberinya baju lebih dari satu.Sarra turun ke bawah dengan wajah se
Kenapa Harry Tidak Ikut? Malam hari Harry pulang ke rumah dengan tubuh yang sangat lelah, di tambah dengan pikiran yang kecewa karena merasa dihianati.Harry sengaja lembur agar tidak banyak waktu di rumah hingga membuatnya bersedih dan selalu memikirkan Sarra.Harry naik ke lantai atas menuju kamarnya. Harry mengendurkan dasinya seraya menaiki anak tangga.CeklekPelayannya terlonjak kaget dan langsung memegangi dadanya saat pintu terbuka, begitu juga dengan Harry, matanya langsung menyorot penuh curiga melihat sosok yang sedang berjongkok di dekat laci."Apa yang Kau lakukan di sini!" tanya Harry penuh selidik."Ehmm, sa-saya baru saja menyimpan pakaian ke dalam lemari, Tuan," jawabnya gugup seraya menunduk. Jantungnya saat ini berdetak sangat kuat, dia sangat ketakutan. Harry menatap bagian penyimpanan baju, sedangkan pelayannya menunduk di depan laci dekat meja rias istrinya. "Tu-tuan, saya permisi!" Ia menunduk meninggalkan kamar itu.Harry masih bergeming di tempatnya.
Apa Kurang Jelas Buktinya? Lerina memilih baju hamil sebanyak tiga buah, ia juga memilih sendal yang nyaman untuk ibu hamil. Semuanya untuk adik iparnya. Ia bahkan tidak membeli apa-apa buat mereka.Queen yang aktif mulai memukul-mukul setir mobil dengan tangannya, Han menahan tangan anak itu agar diam, dia sedang sibuk dengan ponselnya.Queen berusaha melepaskan tangannya dari kungkungan tangan daddynya, ia pun berhasil dan kini sasarannya adalah ponsel Han."Queeen!" Han menegurnya, lalu ia sedikit meniggikan ponselnya. Kini bayi yang memakai gaun bunga-bunga berlengan kensi itu malah bertepuk tangan.Han meletakkan ponselnya dan membalik tubuh Queen agar menghadap padanya."Queen berisik!" Han mencolek hidungnya. Putri bungsunya itu tertawa dan berusaha menangkap jari daddynya. Han mengulanginya lagi dan Queen sampai mengeluarkan suara.Sean yang gemas pun tak mau ketinggalan, ia mendekat dan mencubit kedua pipi adiknya yang gembul.Bukannya tertawa, Queen malah menangis, Ha
Kalian Bertengkar? Harry langsung masuk ke dalam kamarnya dan melihat sekeliling ruangan, harus dari mana ia mulai mencarinya. Harry kemudian mengingat fose foto Sarra yang ada di ponsel sopirnya itu.Foto itu selalu berlatar belakang lukisan. Ya, Harry masih ingat dengan jelas.Sudah di pastikan ada di meja rias atau laci. Harry segera memeriksa kedua tempat itu, meraba dengan halus agar tidak ada yang terlewat sedikitpun sambil matanya terus mencari.Tidak ada yang mengganjal tangannya, Harry kembali berdiri, sambil berpikir apa yang dikatakan oleh adiknya tadi.Bisa jadi ada yang bekerja sama dengan Angela. Tentu tidak mudah mengetahuinya. Cctv?Harry ingat dengan benda penolong itu, mungkin dapat memberikannya sebuah petunjuk. Harry masuk ke ruang kerjanya dan menyalakan pc lantas memeriksa cctv yang ada di rumahnya. Di situ pasti terlihat, pelayan mana yang sering masuk ke kamarnya.Harry membuka untuk dua minggu kebelakang tepatnya cctv yang mengarah di tangga men
Putriku Sangat Gendut Laporan sudah di terima oleh polisi, tinggal membuat surat penangkapan terhadap Angela. Harry menyerahkan sepenuhnya pada pengacara karena ia akan membereskan beberapa pekerjaan di perusahaan agar bisa segera menyusul istrinya Ke Minnesota."Sayang!" ucapnya kala, melihat foto istrinya itu. Harry tercekat mengingat perlakuan kasarnya malam itu, meski hanya sebentar dapat dipastikan Sarra sakit hati karenanya."Apa kubilang, jangan mudah percaya, caritahu kebenarannya lebih dulu, cegah kakak ipar pergi." Patricia mendatangi kakaknya ke perusahaan, "sekarang, nomornya saja sudah tidak bisa di hubungi." Dia kembali marah pada kakaknya.Harry duduk terdiam tidak melawan apa yang di katakan oleh adiknya, semua memang karena kebodohan dia, wajar bila Sarra memutus komunikasi, tetapi kenapa dengan Patricia juga."Bagaimana si wanita ular itu? Apa sudah di tangkap?" Patricia juga tidak mau melewatkan hal ini. Menurutnya Angela harus di hukum."Mereka sedang berlib
Jangan Konyol, Sarra! Sarra sedang menikmati makan malamnya dengan ayah dan ibunya, mereka bercerita banyak kecuali tentang masalah Sarra, kedua orang tua itu sepakat tak ingin membahas hal itu karena tak ingin putri mereka sedih memikirkannya."Ibu, aku berencana pergi liburan ke Maldives," ucap Sarra. Sontak kedua orang tua itu menghentikan kunyahan mereka lalu menatapnya."Kau bercanda?" Laura mengeryitkan dahinya. "No, aku serius. Kata kakek meski aku lama hamil tetap saja dapat hadiah di Maldives." Sarra ingat saat kakeknya berjanji dengan sebuah pulau sebagai hadiah.Kakek Zoku baru saja memberitahunya tentang pulau itu. Itulah sebabnya Sarra ingin segera ke sana sekaligus menghibur dirinya. Melupakan sejenak kesedihan yang mendera."Jangan konyol Sarra! Kau tahu kondisimu, di sana jauh dari rumah sakit, bagaimana kalau terjadi hal yang tidak di inginkan?" Laura tentu saja tidak setuju dengan kondisi putrinya saat ini."Ayolah, Bu. Kata dokter anak-anakku sehat, ja
Kehidupan Rivera Dan Antonio Setelah berkuda mereka ikut menyaksikan para pekerja yang sedang menanam bibit buah-buahannya. Sean dan Rain turut ikut ke lokasi. Benar-benar membahagiakan, terasa seperti piknik.Hingga tak terasa hari sudah sore dan mereka harus kembali ke rumah. Rudolf dan istrinya menitipkan hasil pertanian mereka selama ini hingga mobil terasa penuh. Sarra terpaksa ikut dengan mobil Ares.Mobil berjejer melaju meninggalkan lokasi peternakan. Philip dan Laura di depan lalu Sarra dan Ares. Sedang di belakang keluarga Han.Mobil memasuki kawasan mota, mereka pun berpisah, Lerina dan Han langsung pulang ke rumah.Ares mengantar Sarra sampai ke rumah, mobil Philip sudah memasuki gerbang pagar di susul oleh mobil mereka. Saat itu Harry yang mendapat kabar dari pelayan bahwa mertuanya sudah kembali, langsung beranjak ingin menyambutnya di depan.Tetapi apa yang ia lihat sungguh sangat mengejutkan, di mana Sarra sedang turun dari mobil dibantu oleh seorang pria,
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d