Hai-Hai Readersku yang baik hati! Maafkan diriku yang membuat konflik di antara Sarra dan Harry lebih banyak, tapi ini tuh udah jalannya agar tokoh Angela mendapat ganjaran atas niat jahatnya selama ini. Selamat hari minggu dan semoga hari kalian menyenangkan!
Kenapa Harry Tidak Ikut? Malam hari Harry pulang ke rumah dengan tubuh yang sangat lelah, di tambah dengan pikiran yang kecewa karena merasa dihianati.Harry sengaja lembur agar tidak banyak waktu di rumah hingga membuatnya bersedih dan selalu memikirkan Sarra.Harry naik ke lantai atas menuju kamarnya. Harry mengendurkan dasinya seraya menaiki anak tangga.CeklekPelayannya terlonjak kaget dan langsung memegangi dadanya saat pintu terbuka, begitu juga dengan Harry, matanya langsung menyorot penuh curiga melihat sosok yang sedang berjongkok di dekat laci."Apa yang Kau lakukan di sini!" tanya Harry penuh selidik."Ehmm, sa-saya baru saja menyimpan pakaian ke dalam lemari, Tuan," jawabnya gugup seraya menunduk. Jantungnya saat ini berdetak sangat kuat, dia sangat ketakutan. Harry menatap bagian penyimpanan baju, sedangkan pelayannya menunduk di depan laci dekat meja rias istrinya. "Tu-tuan, saya permisi!" Ia menunduk meninggalkan kamar itu.Harry masih bergeming di tempatnya.
Apa Kurang Jelas Buktinya? Lerina memilih baju hamil sebanyak tiga buah, ia juga memilih sendal yang nyaman untuk ibu hamil. Semuanya untuk adik iparnya. Ia bahkan tidak membeli apa-apa buat mereka.Queen yang aktif mulai memukul-mukul setir mobil dengan tangannya, Han menahan tangan anak itu agar diam, dia sedang sibuk dengan ponselnya.Queen berusaha melepaskan tangannya dari kungkungan tangan daddynya, ia pun berhasil dan kini sasarannya adalah ponsel Han."Queeen!" Han menegurnya, lalu ia sedikit meniggikan ponselnya. Kini bayi yang memakai gaun bunga-bunga berlengan kensi itu malah bertepuk tangan.Han meletakkan ponselnya dan membalik tubuh Queen agar menghadap padanya."Queen berisik!" Han mencolek hidungnya. Putri bungsunya itu tertawa dan berusaha menangkap jari daddynya. Han mengulanginya lagi dan Queen sampai mengeluarkan suara.Sean yang gemas pun tak mau ketinggalan, ia mendekat dan mencubit kedua pipi adiknya yang gembul.Bukannya tertawa, Queen malah menangis, Ha
Kalian Bertengkar? Harry langsung masuk ke dalam kamarnya dan melihat sekeliling ruangan, harus dari mana ia mulai mencarinya. Harry kemudian mengingat fose foto Sarra yang ada di ponsel sopirnya itu.Foto itu selalu berlatar belakang lukisan. Ya, Harry masih ingat dengan jelas.Sudah di pastikan ada di meja rias atau laci. Harry segera memeriksa kedua tempat itu, meraba dengan halus agar tidak ada yang terlewat sedikitpun sambil matanya terus mencari.Tidak ada yang mengganjal tangannya, Harry kembali berdiri, sambil berpikir apa yang dikatakan oleh adiknya tadi.Bisa jadi ada yang bekerja sama dengan Angela. Tentu tidak mudah mengetahuinya. Cctv?Harry ingat dengan benda penolong itu, mungkin dapat memberikannya sebuah petunjuk. Harry masuk ke ruang kerjanya dan menyalakan pc lantas memeriksa cctv yang ada di rumahnya. Di situ pasti terlihat, pelayan mana yang sering masuk ke kamarnya.Harry membuka untuk dua minggu kebelakang tepatnya cctv yang mengarah di tangga men
Putriku Sangat Gendut Laporan sudah di terima oleh polisi, tinggal membuat surat penangkapan terhadap Angela. Harry menyerahkan sepenuhnya pada pengacara karena ia akan membereskan beberapa pekerjaan di perusahaan agar bisa segera menyusul istrinya Ke Minnesota."Sayang!" ucapnya kala, melihat foto istrinya itu. Harry tercekat mengingat perlakuan kasarnya malam itu, meski hanya sebentar dapat dipastikan Sarra sakit hati karenanya."Apa kubilang, jangan mudah percaya, caritahu kebenarannya lebih dulu, cegah kakak ipar pergi." Patricia mendatangi kakaknya ke perusahaan, "sekarang, nomornya saja sudah tidak bisa di hubungi." Dia kembali marah pada kakaknya.Harry duduk terdiam tidak melawan apa yang di katakan oleh adiknya, semua memang karena kebodohan dia, wajar bila Sarra memutus komunikasi, tetapi kenapa dengan Patricia juga."Bagaimana si wanita ular itu? Apa sudah di tangkap?" Patricia juga tidak mau melewatkan hal ini. Menurutnya Angela harus di hukum."Mereka sedang berlib
Jangan Konyol, Sarra! Sarra sedang menikmati makan malamnya dengan ayah dan ibunya, mereka bercerita banyak kecuali tentang masalah Sarra, kedua orang tua itu sepakat tak ingin membahas hal itu karena tak ingin putri mereka sedih memikirkannya."Ibu, aku berencana pergi liburan ke Maldives," ucap Sarra. Sontak kedua orang tua itu menghentikan kunyahan mereka lalu menatapnya."Kau bercanda?" Laura mengeryitkan dahinya. "No, aku serius. Kata kakek meski aku lama hamil tetap saja dapat hadiah di Maldives." Sarra ingat saat kakeknya berjanji dengan sebuah pulau sebagai hadiah.Kakek Zoku baru saja memberitahunya tentang pulau itu. Itulah sebabnya Sarra ingin segera ke sana sekaligus menghibur dirinya. Melupakan sejenak kesedihan yang mendera."Jangan konyol Sarra! Kau tahu kondisimu, di sana jauh dari rumah sakit, bagaimana kalau terjadi hal yang tidak di inginkan?" Laura tentu saja tidak setuju dengan kondisi putrinya saat ini."Ayolah, Bu. Kata dokter anak-anakku sehat, ja
Kehidupan Rivera Dan Antonio Setelah berkuda mereka ikut menyaksikan para pekerja yang sedang menanam bibit buah-buahannya. Sean dan Rain turut ikut ke lokasi. Benar-benar membahagiakan, terasa seperti piknik.Hingga tak terasa hari sudah sore dan mereka harus kembali ke rumah. Rudolf dan istrinya menitipkan hasil pertanian mereka selama ini hingga mobil terasa penuh. Sarra terpaksa ikut dengan mobil Ares.Mobil berjejer melaju meninggalkan lokasi peternakan. Philip dan Laura di depan lalu Sarra dan Ares. Sedang di belakang keluarga Han.Mobil memasuki kawasan mota, mereka pun berpisah, Lerina dan Han langsung pulang ke rumah.Ares mengantar Sarra sampai ke rumah, mobil Philip sudah memasuki gerbang pagar di susul oleh mobil mereka. Saat itu Harry yang mendapat kabar dari pelayan bahwa mertuanya sudah kembali, langsung beranjak ingin menyambutnya di depan.Tetapi apa yang ia lihat sungguh sangat mengejutkan, di mana Sarra sedang turun dari mobil dibantu oleh seorang pria,
Aku Yang Akan Membantu Jessi. Jessi di periksa, dia tidak sedang dalam keadaan terluka ataupun habis di aniaya. Bajunya terlihat bagus dan tubuhnya juga bersih. Ini murni ingin bunuh diri. Begitulah penjelasan dari dokter.Kini dia membuka matanya saat suster masih ada di dalam. Jessi memegang kepalanya, sedikit silau ia kembali menyipit. Bau obat-obatan menyeruak dan Jessi sudah menduga bahwa dirinya ada di rumah sakit.Tiba-tiba ia memukuli perutnya, "Kenapa aku tidak mati? Kenapa aku masih hidup? Kenapa...? Hiks hiks hiks!""Nona, Nona! Tenangkan diri anda, jangan memukul perut anda!" Suster yang menjaga langsung menangkap tangan Jessi.Argggh"Pergi! Pergi dari sini!" Jessi seperti orang kesetanan, dia menjerit dan mendorong tubuh suster itu.Antonio dan dokter masuk ke dalam setelah mendengar suara jeritan Jessi.Ia menatap keduanya, tentu saja Jessi mengenali Antonio. Dokter lalu menghampirinya."Nona, anda sedang hamil sekarang," kata dokter, namun bukannya senang, Jessi
Kakek Zoku Turun TanganSetiap hari Harry datang memohon maaf pada Sarra, namun istrinya itu masih enggan untuk memberikan maaf, seperti hari ini Sarra merencanakan untuk pergi Ke Maldives diam-diam.Tiket sudah ia pesan sebelumnya dengan bantuan sang kakek. Sarra meminta pada kakek Zoku untuk mengabari ayah dan ibunya setelah ia pergi dan berada Di Maldives.Kakek Zoku yang sudah tahu permasalahan Harry dan Sarra mendukung cucunya untuk pergi. "Tidak semudah itu memaafkan suamimu, setelah mempercayai orang lain dia ingin semua kembali dengan mudah? No, no, no!" Ia, menggoyangkan jari telunjuknya ke kiri dan ke kanan, "cucuku terlalu berharga untuk di sakiti." Bukan berarti ia ingin memisahkan keduanya, hanya ingin memberi sedikit pelajaran untuk Harry, betapa berharganya cucunya ini. Sarra memeluk sang kakek, "Terimakasih kakek! Hanya kakek yang mengerti aku." Sarra tersenyum.Kakek Zoku mengelus rambut cucunya. Kini dia berada di bandara mengantar keberangkatan Sarra. Kakek Zoku