Bab 17 Menikahlah Denganku! Lerina sama sekali tidak di izinkan pergi dari rumah sakit, bahkan hingga ke toilet pun Sean selalu mengawasi dengan matanya. Kini tinggal mereka bertiga di dalam. Philip dan Laura telah pulang ke rumah karena harus menghadiri acara penting keluarga. Mereka sudah seperti keluarga dimata para perawat dan dokter yang datang ke ruangan itu. "Tuan muda, bolehkan bibi pulang sebentar?" Lerina terpaksa mengatakannya. Ini sudah sore dan dia sangat tidak nyaman dengan pakaiannya ini juga dia harus memberi makan kucing-kucingnya. Sean menggeleng pelan. Lerina mendesah kecewa. Bagaima dia berada di sini terus. Dia menatap Han Zoku. "Nona Smith, bisakah kau bermalam disini? Sepertinya Sean hanya ingin kau yang mengurusnya!" Kalimat itu adalah permintaan. "Mmm, aku harus kembali ke apartemen Tuan. Aku harus mengganti bajuku," kata Lerina. Han pun paham, dia mendekat pada putranya, "Son, Bibi Lerina akan pulang mengganti bajunya, bolehkah?" tanyanya lembut. Dia
Nenek! Lerina aman hari ini, dia tidak pergi menjenguk Sean, namun seperti ada sisi kehilangan dalam hatinya. Dia bukan hanya merindukan anak yang tengah sakit itu, tapi menginginkan melihat Tuan Han Zoku. Dia pulang dengan taksi dan akan mampir ke pasar lalu memberi makan para kucing peliharaannya. Hari ini Han Zoku tidak jadi ke kantor, seharian ibunya menahan dirinya di rumah. Laura begitu bersemangat menjodohkan Han dan Sween. Wanita itu pun telah menunjukkan ketertarikannya pada Han. Laura begitu antusias, "Han bagaimana, dia sangat cantik bukan?" Laura bertanya setelah Sween pulang. "Ibu berhentilah membicarakan tentang dia, aku tidak tertarik sama sekali." Han menjawab enteng sekali hingga membuat raut muka ibunya berubah murka. "Aku curiga, jangan-jangan kau tidak normal Han? Wanita seanggun Sween tidak bisa menarik perhatianmu. Aku jadi ragu Sean adalah ..." "Laura, tidakkah kau lihat kemiripan di antara mereka? Kau jadi kemana-mana karena Han tidak setuju dengan rencan
Bab 19 Silahkan Tanda Tangan Disini Lerina masih memikirkan kenapa neneknya itu tiba-tiba muncul. Dia tahu selama ini neneknya tidak begitu menyukainya, tapi waktu itu dia tidak ikut mengusirnya dan tidak juga mencegahnya. Lerina bekerja dengan baik, dia mencoba melupakan hal itu dan fokus pada pekerjaannya. Tumben sekali presdir belum datang. Pikir Lerina. Padahal ini sudah pukul sepuluh. Di kediaman Han Zoku. Laura tidak peduli atas penolakan putranya, dia tidak bisa menahan diri saat keluarga Sween mengatakan agar putrinya segera di lamar. Laura menyetujuinya, jadilah dia sibuk dengan segala sesuatunya tanpa bertanya sekali lagi pada putranya. "Jangan gila Laura, kau tidak bisa memaksakan kehendakmu pada Han," kata Philip. Dia sangat tidak setuju dengan kenekatan istrinya ini. Laura menghentikan kegiatannya yang sedang merias diri sebelum pergi mengurus persiapan acara lamaran, "Kalau begitu beritahu aku apa, alasannya suamiku? Han tidak mungkin menolakku. Dia pasti tidak ak
Aku Sudah Dengar Semuanya Nek Setelah dari kantor catatan sipil, Lerina langsung kembali ke apartemen, dia tidak bisa untuk kembali bekerja. Dia benar-benar tidak siap untuk menerima apa yang baru saja terjadi. Di balik itu Han merasa merasa frustrasi, kenapa Lerina menolaknya? Namun dia tidak bisa bertanya. Waktu terus berjalan begitu cepat. Laura menghubungi Han, untuk memberitahukan tentang persiapan lamaran. Han tidak dalam posisi bisa menolak sekarang. Dia hanya diam dan itu di artikan oleh Laura sebagai tanda setuju. Dia tidak dapat menahan rasa bahagianya. Laura semakin bersemangat. Lerina baru saja sampai di apartemennya, dia masuk sendiri karena memiliki kuncinya sendiri. Lerina akan menyapa, namun berhenti saat dia mendengar sang nenek sedang bicara di dapur. Dia mendengar hal yang aneh. "Sabarlah sedikit, aku bahkan belum sehari di sini." "....." "Iya iya, tenang saja. Perusahaan itu akan jadi milikmu seutuhnya." "....." "Kau bilang saja pada mereka bahwa putri d
Daddy, Ayo Ke rumah Bibi Lerin! Han tidak bisa mengikuti keinginan ibunya. Karena dia tidak punya perasaan terhadap Sween. "Bu, aku minta maaf untuk ini, aku memang tidak punya alasan yang kuat, tapi aku tidak bisa," katanya. Saat ini ibunya memaksa untuk pergi ke rumah keluarga Sween untuk malakukan lamaran kecil. "Han, ini kesempatan untuk kita, apa kau tahu? Meski keluarga kita masih lebih tinggi dari keluarga Darwin, tapi percayalah kau akan beruntung, Nak. Sudah banyak yang menginginkan untuk melamar Sween tapi lihatlah, hanya kau yang di terima." Laura belum mau menyerah untuk meyakinkan putranya agar mau menuruti perjodohan ini. "Tuan! Tuan muda Sean memanggil anda!" ucap Nany yang baru muncul dari arah pintu kamar Sean. "Baiklah –Ibu, aku harus menemani Sean sekarang!" Han bangkit berdiri. Dia segera menuju kamar putranya. "Daddy!" panggil Sean. Dia menangis saat ini dan itu membuat Han jadi khawatir. Apakah putranya itu merasakan sakit lagi. "Ada apa, Nak? Apa kau butuh
Dalam Mimpi KalianSetelah memikirkan kejadian kemari. Lerina akhirnya memutuskan tetap pergi bekerja. Dia harus professional. Lagi pula dia tidak yakin dengan apa yang terjadi di kantor catatan sipil kemarin.Lerina sudah sampai di ruangannya dan Paman Peng muncul dari dalam ruangan presdir Zoku Holding. Lerina membungkuk dan mengucapkan salam "Selamat pagi!""Selamat pagi Lerina! Kurasa Kau langsung saja bacakan jadwal presdir hari ini."Baiklah!" Dia segera masuk kedalam dan mata mereka bertemu, Han mentapnya dalam. Entah apa maksud dari tatapannya itu.Lerina menunduk untuk memutus kontak mata mereka. "Selamat pagi Tuan!" sapanya kemudian."Hem!" Hanya deheman saja.Lerina membacakan jadwal hari ini dan setelahnya ia kembali ke mejanya. Lerina menghembuskan napas lega, entah kenapa dia jadi yakin dengan keputusannya kemarin saat menolak menikahi Han Zoku.Banyak yang harus di pikirkan bukan? Mengingat status Lerina yang hanya seorang sekretaris rasanya tidak pantas bersanding deng
Han Zoku Memang BerbedaManda Smith yang tadi pingsan di kamarnya sudah siuman kembali. Mereka memanggil dokter kerumah itu."Dia tidak makan dan kekurangan cairan, itulah penyebabnya menjadi pingsan," kata dokter menjelaskan.Dia menyusun kembali alat-alat medisnya ke dalam tas hitam miliknya. "Aku rasa kalian harus memberikannya makanan, tapi yang lembut saja dulu, karena perutnya terlalu kosong saat ini!" Dokter itu memberi saran.Dokter itupun permisi, pelayan mengantarnya sampai di depan pintu. Robin, Barbara dan Selena kompak menatap pada Manda."Aku tidak percaya Kau benar-benar pingsan, Bu. Pasti itu hanya akal-akalanmu saja kan?" Barbara mencengkeram rahang ibu mertuanya. Melihat hal itu Robin hanya biasa, tidak ada iba pada wanita yang sudah melahirkannya itu. Hal itulah yang membuat Barbara berani bersikap kejam pada Manda. "Ti-tidak, a-aku benar-benar lapar," jawabnya sedih. Sejak pulang dari apartemen Lerina, dia memang tidak di beri makan oleh anak dan menantunya ini k
Lerina Cepat Pergi Dari Sini Pagi harinya Robin mendatangi Gudang, dan Barbara mengikutinya dari belakang.Robin harus bertindak cepat kali ini, dia tidak punya banyak waktu. Para penanam saham di perusahaan itu banyak yang ingin menarik saham mereka karena status kepemilikan yang tidak jelas.Mereka ingin melihat sertifikat aslinya, namun Robi selalu mengelak, dia hanya punya surat kuasa hingga membuat para pemegang saham jadi ragu terhadapnya.ByurrrrLerina terkejut bukan main, dia baru saja disiram oleh pamannya Robin yang sudah berdiri dan menatapnya tajam. Robin melempar asal embernya lalu mengambil pecut yang ada disitu. "Lerina, aku minta baik-baik tanda tanganmu!" katanya sambil berjalan mendekat pada Lerina. Berharap gadis itu takut akan seriangainya dan pecut yang ada di tangannya. Cuih"Tidak akan," jawab Lerina."Baiklah, hanya ada dua pilihan, tanda tangan atau aku akan menyiksamu saat ini!" Robin memberi ancaman.Lerina diam saja. Bukannya tidak takut, tapi dia ingi
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d