Daddy, Ayo Ke rumah Bibi Lerin! Han tidak bisa mengikuti keinginan ibunya. Karena dia tidak punya perasaan terhadap Sween. "Bu, aku minta maaf untuk ini, aku memang tidak punya alasan yang kuat, tapi aku tidak bisa," katanya. Saat ini ibunya memaksa untuk pergi ke rumah keluarga Sween untuk malakukan lamaran kecil. "Han, ini kesempatan untuk kita, apa kau tahu? Meski keluarga kita masih lebih tinggi dari keluarga Darwin, tapi percayalah kau akan beruntung, Nak. Sudah banyak yang menginginkan untuk melamar Sween tapi lihatlah, hanya kau yang di terima." Laura belum mau menyerah untuk meyakinkan putranya agar mau menuruti perjodohan ini. "Tuan! Tuan muda Sean memanggil anda!" ucap Nany yang baru muncul dari arah pintu kamar Sean. "Baiklah –Ibu, aku harus menemani Sean sekarang!" Han bangkit berdiri. Dia segera menuju kamar putranya. "Daddy!" panggil Sean. Dia menangis saat ini dan itu membuat Han jadi khawatir. Apakah putranya itu merasakan sakit lagi. "Ada apa, Nak? Apa kau butuh
Dalam Mimpi KalianSetelah memikirkan kejadian kemari. Lerina akhirnya memutuskan tetap pergi bekerja. Dia harus professional. Lagi pula dia tidak yakin dengan apa yang terjadi di kantor catatan sipil kemarin.Lerina sudah sampai di ruangannya dan Paman Peng muncul dari dalam ruangan presdir Zoku Holding. Lerina membungkuk dan mengucapkan salam "Selamat pagi!""Selamat pagi Lerina! Kurasa Kau langsung saja bacakan jadwal presdir hari ini."Baiklah!" Dia segera masuk kedalam dan mata mereka bertemu, Han mentapnya dalam. Entah apa maksud dari tatapannya itu.Lerina menunduk untuk memutus kontak mata mereka. "Selamat pagi Tuan!" sapanya kemudian."Hem!" Hanya deheman saja.Lerina membacakan jadwal hari ini dan setelahnya ia kembali ke mejanya. Lerina menghembuskan napas lega, entah kenapa dia jadi yakin dengan keputusannya kemarin saat menolak menikahi Han Zoku.Banyak yang harus di pikirkan bukan? Mengingat status Lerina yang hanya seorang sekretaris rasanya tidak pantas bersanding deng
Han Zoku Memang BerbedaManda Smith yang tadi pingsan di kamarnya sudah siuman kembali. Mereka memanggil dokter kerumah itu."Dia tidak makan dan kekurangan cairan, itulah penyebabnya menjadi pingsan," kata dokter menjelaskan.Dia menyusun kembali alat-alat medisnya ke dalam tas hitam miliknya. "Aku rasa kalian harus memberikannya makanan, tapi yang lembut saja dulu, karena perutnya terlalu kosong saat ini!" Dokter itu memberi saran.Dokter itupun permisi, pelayan mengantarnya sampai di depan pintu. Robin, Barbara dan Selena kompak menatap pada Manda."Aku tidak percaya Kau benar-benar pingsan, Bu. Pasti itu hanya akal-akalanmu saja kan?" Barbara mencengkeram rahang ibu mertuanya. Melihat hal itu Robin hanya biasa, tidak ada iba pada wanita yang sudah melahirkannya itu. Hal itulah yang membuat Barbara berani bersikap kejam pada Manda. "Ti-tidak, a-aku benar-benar lapar," jawabnya sedih. Sejak pulang dari apartemen Lerina, dia memang tidak di beri makan oleh anak dan menantunya ini k
Lerina Cepat Pergi Dari Sini Pagi harinya Robin mendatangi Gudang, dan Barbara mengikutinya dari belakang.Robin harus bertindak cepat kali ini, dia tidak punya banyak waktu. Para penanam saham di perusahaan itu banyak yang ingin menarik saham mereka karena status kepemilikan yang tidak jelas.Mereka ingin melihat sertifikat aslinya, namun Robi selalu mengelak, dia hanya punya surat kuasa hingga membuat para pemegang saham jadi ragu terhadapnya.ByurrrrLerina terkejut bukan main, dia baru saja disiram oleh pamannya Robin yang sudah berdiri dan menatapnya tajam. Robin melempar asal embernya lalu mengambil pecut yang ada disitu. "Lerina, aku minta baik-baik tanda tanganmu!" katanya sambil berjalan mendekat pada Lerina. Berharap gadis itu takut akan seriangainya dan pecut yang ada di tangannya. Cuih"Tidak akan," jawab Lerina."Baiklah, hanya ada dua pilihan, tanda tangan atau aku akan menyiksamu saat ini!" Robin memberi ancaman.Lerina diam saja. Bukannya tidak takut, tapi dia ingi
Apa Bibi Tidak Akan Menyuapiku? "Bibi!""Lerina!"Sepasang ayah dan anak itu terkejut dan langsung berlari menghampiri Lerina. Han mengangkat kepalanya di atas pahanya."Lerina! Lerina!" Han menepuk-nepuk pelan pipinya."Daddy lihat tangan bibi terluka!" Sean menunjuk tangan Lerina yang lecet dan memar akibat cambukan dari Barbara.Han melihatnya, dia jadi tahu wanita ini sedang tidak baik-baik saja sekarang dan dia kembali memperhatikan wajahnya dan mendapati luka tipis di sudut bibirnya. Dia segera mengangkatnya dan membawanya ke mobil. Mereka menuju rumah sakit sekarang. Sean terus menatap Lerina dia sedih karenanya. Tidak butuh waktu lama mereka telah tiba dirumah sakit dan Lerina segera di tangani oleh tenaga medis di sana."Daddy, apa Bibi Lerin akan bangun!" Sean tidak dapat menahan kecemasan. Wanita itu begitu berarti buat dia. Han membelai surai putranya lalu mengangguk. Dia sedang memikirkan apa penyebab Lerina seperti itu.Han berinisiatif menghubungi Paman Peng, mengat
Robin Smith Yang MemerintahkankuBraaakPrangPrangSegala yang ada di dalam gudang itu menjadi sasaran amukan tangan Robin. Dia begitu kesal karena Lerina telah berhasil kabur dari gudang."Suamiku tenanglah!" Barbara mencoba menyantuhnya lembut.ArrrgghRobin menghempas tangan Barbara, hingga membuat wanit itu sangat terkejut, namun saat ini dia tidak berbicara lagi, dia melihat amarah suaminya benar-benar meledak."Para pemegang saham memberikan aku waktu sampai besok kalau tidak mereka akan mencabut saham mereka dari perusahaan, dan Kau suruh aku tenang!" Robin semakin tak terkendali.Barbara beringsut mundur selangkah. Dia takut Robin akan berlaku kasar padanya."Hanya menjaga perempuan seperti Lerina saja kalian tidak becus." Robin menatap istri dan putrinya bergantian. Selena baru saja bangun dan mendengar keributan dari arah gudang."Tidak mungkin Lerina bisa pergi dengan mudah, dari depan tentu dia akan melewati pos security, dan dari belakang, pintu itu terkunci," ucap Barba
Bab 27Jauhi Putraku! Han masuk kedalam ruangan Lerina dan mendapati Sean dan nany disana. Lerina sendiri sudah tidak berbaring lagi."Daddy!" Sean melompat dari sofa begitu melihat daddy nya datang.HupHan langsung mengangkat tubuh mungil itu ke atas."Daddy, bibi Lerina ingin pulang!" kata Sean. Han langsung menoleh pada Lerina.Lerina mengangguk. Han menurunkan Sean dari gendongannya."Sean, pergilah bersama nany dulu, daddy ingin bicara dengan bibi!" Han berjongkok mengatakannya."Aku juga ingin ikut bicara," katanya cemberut.Han mungusak kepala Sean. "Ini pembicaraan orang dewasa, cepatlah. Ayah tidak punya banyak waktu." Han memberi pengertian.Bibir Sean mengerucut. "Baiklah!" Dia, tetap menurut dan mengajak nanynya keluar."Bibi, aku hanya sebentar," pamitnya pada Lerina.Lerina tersenyum mengangguk. Bagaimana tidak, Sean begitu tidak ingin berpisah darinya.Sepeninggal Sean dan nany, Han mengajak Lerina duduk. "Ada yang ingin kukatakan. Aku sudah tahu apa yang Kau alami k
Bab 28Bibi, Aku Ingin Kau Menjadi Mommyku! Lerina pamit pada Bibi Annet dan meminta bantuannya untuk melihat kucing miliknya. Lerina akan mengirim uang untuk makanannya. Annet sedih harus kehilangan tetangga sebaik Lerina. Lerina keluar dengan satu koper besar miliknya. Dia melihat pria yang mencurigakan tadi. Dia masih setia berdiri di seberang jalan. Lerina mengambil arah berlawanan. Dia segera menarik kopernya dan akan menunggu taksi lebih jauh."Halo, Tuan!" Jinli yang sedang berada di dalam mobil rupanya telah di perintahkan Han sejak tadi. Dia mengawasi Lerina sudah saat mau masuk ke apartemen tadi, namun dia tidak menampakkan diri, dia hanya menunggu dan melihat apakah gadis itu aman."Nona Smith sudah masuk ke apartemen sekitar satu jam yang lalu, namun kini ada seseorang yang mencurigakan, keluar dengan topi, masker dan membawa koper besar. Posturnya persis Nona Smith!" Jinli berkata di telpon sambil memperhatikan wanita yang ia duga adalah Lerina."Alihkan ke vidio!" per
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d