Sesuai kesepakatan dengan editor, novel ini akan tamat di bulan ini. Di akhir bulan juli tepatnya. Di manapun kalian berada semoga selalu sehat dan bahagia. Oh ya, maaf karena sering bolong update, aku ternyata bukan kena asam lambung, tapi masih menjalani pemeriksaan dan belum ketahuan apa penyakitnya. Terimakasih atas doa kalian untuk kesembuhanku!!!
Masa Lalu Queen Barbara pun menceritakan tentang masa lalu Queen dan ibu kandungnya Selena, tapi tidak dengan penculikan yang dilakukannya, wanita tua itu takut cucu yang di rindukannya sekian lama itu pergi begitu saja.Satu hal yang Barbara salut pada keluarga Lerina yang bahkan tidak menceritakan tentang keburukannya pada Queen. Queen begitu sedih juga malu mendengarnya, dia hanya anak hasil perkosaan yang beruntung di asuh oleh keluarga Lerina yang ternyata sepupu ibu kandungnya sendiri."Bo-bolehkah nenek memelukmu?" Barbara memberanikan diri untuk bertanya, sudah sejak tadi dia ingin memeluk Queen yang tampak bersih dan terawat, sangat jauh dengan dirinya yang tampak lusuh dan terkesan jorok.Queen mendekati wanita yang ternyata neneknya itu, ia pun memeluknya.Setelah itu mereka pergi menuju makam Selena atas permintaan dari Queen.Cukup jauh perjalanan mereka yang harus kembali ke kota, dan Queen meminjam uang dari Rea."Aku pinjam uangmu," kata Queen yang sengaja berbi
Kurang Uang Masalah Queen sudah berlalu, Lerina dan Han sudah memaafkannya begitu pula dengan Sean, kecuali Rain yang justru menghindar saat Queen mengucapkan kata maaf. Entah apa lagi alasan Rain seperti tidak menyukai adiknya tersebut.Bukan hanya Queen, bahkan dengan orang tuanya, Rain tidak lagi seceria biasanya, kini dia lebih banyak diam atau menyendiri di dalam kamar selain sekolah dan tentu bermain dengan teman-temannya.Sedangkan dengan Sean dia memang jarang bertemu sebab kakaknya itu lebih sering menghabiskan waktu di perusahaan.Waktu terus bergulir hingga tibalah saatnya Sean dan Lucia memeriksakan kehamilannya.Rivera yang sudah dikabari oleh Lerina sengaja menunggu keponakan dari suaminya tersebut."Aunty, ini istriku, Lucia!" Sean memperkenalkan istrinya pada Rivera. Rivera tersenyum menyambut pelukan dari Lucia, ia juga menyentuh perut buncit gadis muda itu."Babynya kembar?" tanyanya yang sebenarnya sudah tahu dari Lerina. Lucia mengangguk tersenyum."Kau
Pria Jelek Dario sengaja menyuruh para karyawan restauran pulang lebih dulu, sedangkan ia menunggu di luar, membiarkan Lily di ruangannya.Sungguh Dario ingin menjadi penghapus air mata Lily saat ini dan menggantikan Sean di sana.Cinta memang tidak bisa di tebak pada siapa jatuhnya, padahal waktu bertemu dengan Sean sangat singkat dan lagi Sean pun tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada Lily.Di dalam Lily menatap foto Sean yang ia curi diam-diam waktu itu, meski dari samping, tapi itulah pengobat rindunya selama ini. Setelah puas menangis, Lily bangkit dari dudukannya, di raihnya tas berwarna merah yang teronggok di atas meja lalu melangkah keluar.Alangkah terlejutnya ia mendapati Dario duduk seorang diri, menatap sekitar yang tampak sepi. Dario menyambutnya dengan tersenyum."Ke mana mereka?" Maksud Lily adalah karyawan restauran.Dario menjawab dengan menunjuk jam besar yang berdiri di sudut restauran."Astaga!" Lily baru sadar kalau waktu pulang sudah berlalu seja
Mungkin Karena Aku Miskin Sean baru saja membuka matanya siang ini, setelah satu malam perutnya perih dan melilit hingga dirinya tak bisa tidur, pagi tadi keadaannya sudah membaik dan tertidur sebentar.Di sampingnya Lucia dengan setia menemaninya, wanita hamil itu juga selalu terjaga, terlihat sekali ia khawatir, sedangkan Dario sudah pulang malam tadi dan siang ini dia datang ke restauran sebelum nanti menjenguk Sean ke rumah sakit. "Bagaimana keadaan Lucia?" Lily menarik kursi lalu mendekatkannya pada Dario mantan kekasihnya itu.Dario melirik sebentar, "Lucia baik-baik saja," jawab Dario apa adanya."Kasihan sekali, padahal dia sedang hamil, semoga saja bayinya tidak kenapa-napa!" Lily turut prihatin dan mendoakan Lucia yang justru aneh di telinga Dario."Memangnya Lucia kenapa?" tanya Dario heran.Lily menegakkan sedikit tubuhnya, "Kau yang membawanya ke rumah sakit, kenapa bertanya padaku?" Lily pun ikut heran.Sesaat kemudian Dario paham maksud Lily, "Bukan Lucia
Aku Membencimu, Sean "Sayang, apa tidak sebaiknya aku ikut denganmu?" Lucia memeluk suaminya yang telah rapi. Dia ingin selalu dekat dengan Sean. Sean sudah memakai jas lengkap karena akan ada pertemuan penting dengan seluruh pengusaha di bidang perhotelan kota Milan. Acara yang di adakan di hotel Zoku tersebut di mulai sejak pagi."Kau tidak akan betah di sana," jawab Sean menatap lembut kekasihnya hatinya tersebut.Dia sudah memprediksi kalau Lucia tidak akan nyaman berada di antara orang-orang besar di sana.Bibir Lucia mengerucut dan itu tampak lucu di mata Sean."Di restauran aku malas bertemu dengan Lily," kata Lucia beralasan. Dia sadar kalau Lily tidak menyukainya sejak awal, apa lagi sekarang ini setelah dirinya jadi istri pria incarannya. "Tidak akan, Kau tinggal di ruanganku dulu khusus untukmu. Di dalam lengkap fasilitasnya, ada televisi bila Kau bosan dengan ponselmu." Sean tetap tidak ingin membawa Lucia pergi.Lucia akhirnya menurut kata suaminya. Se
Kami Pernah Memiliki Hubungan Pasca kejadian itu, Han menyerahkan semua keputusan pada putranya, dia pun cukup geram dengan niat jahat Alberto, namun Han tak ingin memecatnya secara langsung. Sean mendatangi hotel dan langsung menuju ruangan Alberto. Tampak pria itu tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan."Sean, paman minta maaf!" ucap Alberto Ternyata dia mengucapkan permohonan maaf, Sean pun duduk di hadapannya."Paman, apapun alasannya aku sangat kecewa," balas Sean. "Paman menyesal Sean, tolong maafkan, paman berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Alberto memohon lagi serta ingin kepercayaan dari Sean.Tampak putra dari sahabatnya itu menghela nafas berat, meski usianya masih muda, Sean cukup dewasa dalam mengambil keputusan."Aku mungkin bisa memaafkan paman, tapi dengan segala pertimbangan aku ingin paman meninggalkan hotel ini!" Sean tetap menyampaikannya meski dengan kalimat sopan.Alberto terdiam, dia sempat berpikir kalau Han mungkin tidak akan me
Lily Hamil Anak Paman Patutlah Neve juga menginginkan Sean ternyata mereka pernah menjadi sepasang kekasih. Begitulah pikiran Lucia saat ini. Lucia menjadi pendiam sejak Sean menceritakannya malam tadi, seolah tidak percaya dengan kejujuran Sean bahwa mereka tidak pernah berciuman ataupun menghabiskan waktu bersama.Sean tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Lucia saat ini."Masuklah ke kelasmu, jam makan siang datang saja ke cafe depan kampus, aku ada janji dengan klien." Sean menghantar Lucia sampai ke pintu kelasnya sebelum dia sendiri masuk ke kelasnya yang ada di lantai dua.Lucia mengangguk, Sean mengusak rambutnya manja, hingga mengundang protes dari Lucia. Mereka pun berpisah untuk mengikuti pelajaran masing-masing. Sean keluar lebih dulu, dia sudah di tunggu oleh orang yang ingin menyewa ballroom hotelnya.Sepasang paruh baya, mereka ingin menikahkan putri mereka dan memilih hotel Sean sebagai tempat resepsi.Mereka ingin pihak hotel yang menyediakan semuanya, s
Bertahanlah Kakek Alberto pulang ke rumahnya yang ada di kota, satu-satunya harta yang masih tersisa yang belum ia jual."Sebenarnya Tuan Alberto tampak baik, tapi kenapa gampang sekali terpengaruh?" Lucia bertanya pada suaminya yang fokus menyetir.Mereka akan kembali ke apartemen, rencananya besok akan mempertemukan Alberto dan Lily."Terlalu ingin membahagiakan orang yang di sayangnya, jadilah dia seperti itu." Sean menilainya begitu, semua karena Neve hingga Alberto tega berbuat jahat padanya."Intinya dia benar-benar tidak baik," kata Lucia lagi yang masih ingin membahas hal ini, "Hati yang baik pasti menolak apapun itu bentuk kejahatan meski untuk mendukung orang tersayangnya sekalipun." Begitulah yang ada di pikiran Lucia dan itu sudah seharusnya. Sean setuju yang dikatakan oleh istrinya, tapi kadar kebaikan orang kita tidak tahu, pada dasarnya semua ada sebab dan akibatnya dari perbuatan manusia itu sebdiri. "Semoga saja sudah berubah setelah ini dan kita hanya perlu
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d