Mendatangi Rumah Tommy"Dasar supir sialan! Bukannya menunggu aku disini!" umpat wanita tua yang rambutnya telah memutih semua. Sesekali ia membenahi kaca matanya. CkHan sudah keluar dari pusat perbelanjaan itu dan sedang mengamati wanita tua yang sedang kepayahan dengan belanjaannya yang banyak. Hati Han tergerak untuk membantu, sepertinya nenek itu ingin berjalan ke tepi jalan raya."Sini aku bantu, Nek!" kata Han hingga membuat sang nenek menoleh.Dia memperhatikan Han sebentar, "baiklah, aku hanya ingin memanggil taksi," katanya seraya menyodorkan belanjaannya pada Han.Pusat perbelanjaan itu memang sedikit jauh dari jalan besar, sangat sulit mencari taksi apa lagi untuknya yang sudah tua, tidak terlalu paham bila memesan melalui online."Ini semua karena supir itu. Hadehhh, entah kemana dia pergi?" Dia terus menggerutu sepanjang jalan. Han hanya tersenyum mendengarnya. Ia teringat dengan neneknya dulu yang sama cerewetnya dengan wanita tua ini. "Terima kasih anak muda! Untung
Dia Bukan Ayahku! Lerina menatap Kakek Zoku dengan perasaan iba. Kondisinya sangat lemah, setiap makanan yang di makannya selalu berakhir keluar dari mulut.Entah sudah berapa dokter yang mereka datangkan untuk memeriksanya sekaligus membujuk agar ia mau dibawa ke rumah sakit, namun nihil. Kakek Zoku tetap bersikukuh ingin di rumah.Mirisnya lagi, setiap ia tertidur, bibirnya selalu menggumamkan nama Tommy.Lerina memilih keluar setelah kakek tertidur, bersamaan dengan Ben yang baru saja datang.Dari mimik Ben, Lerina sudah bisa menebak hasilnya. Pria itu pergi membujuk ayah dan ibu mertuanya. "Ayah dan ibu masih tidak mau menjenguk kakek?" Meski sudah paham, namun ia tetap bertanya. Ben mengangguk membenarkan. "Nyonya Laura sebenarnya sangat ingin datang, tapi Tuan Philip mengancamnya." Yah, Ben mendengar langsung apa yang di katakan oleh Tuan Philip pada istrinya tadi. Apa bila Laura nekat pergi maka mereka akan bercerai saat itu juga. Laura tidak punya pilihan, selain hanya men
Peternakan Kuda Pagi-pagi sekali Han dan Lerina kembali ke Minnesota. Rain dan Sean tinggal di rumah besar Kakek Zoku bersama kedua pengasuh mereka. Kali ini mereka sengaja pergi berdua karena ingin berbicara serius dengan kedua orangtua.Sesampainya di sana, mereka di sambut oleh pelayan, "Tuan muda, Tuan dan Nyonya tidak ada di rumah," kata pelayan itu langsung begitu melihat siapa yang datang. Han dan Lerina saling menatap."Kemana ayah dan ibu?" tanya Lerina kembali menatap pelayan wanita itu."Mereka tidak mengatakan apapun, Nyonya muda," jawab pelayan itu, kali ini tatapannya ke bawah. Sebenarnya dia tahu, tapi Tuannya melarang untuk mengatakannya karena saat melihat mobil Han dan Lerina datang ia langsung menghubungi Tuannya. "Anda pasti tahu, katakan saja dimana mereka!" Han tidak percaya begitu saja.Kedua tangan pelayan itu saling bertaut, sesungguhnya dia ingin jujur."Cepat katakan?" Han terlihat tidak sabaran hingga membuat pelayan itu semakin merunduk gugup. Lerina
Membujuk PhilipLerina masih terpaku menatap suaminya yang sudah berlalu menunggangi kuda hitam miliknya."Lerina, ayo masuk!" Tampak Laura keluar dari dalam rumah sederhana berpagar kayu tersebut. Lerina mendekatinya."Ibu!" sapanya lalu mereka saling berpelukan, "aku terlalu senang melihat kuda-kudanya, jadi lupa menyapa Ibu." Lerina merasa dirinya tidak sopan. "Tidak apa-apa, ibu senang kalau kamu menyukainya," Laura membimbing tangan Lerina. Mereka masuk ke dalam rumah."Kalau saja Rain dan Sean ikut, pasti mereka juga senang." Lerina sedikit menyesal telah meninggalkan kedua anaknya di Dellwood."Tentu saja," balas Laura. Mereka duduk di meja makan, terlihat seorang wanita sedang menyiapkan hidangan di atas meja. Wanita yang tinggal di peternakan.Laura mengajaknya makan. "Sean sering kesini, Bu?" Lerina bertanya di sela-sela kegiatan mereka."Kalau mereka ke Minnesota, Han pasti membawanya kesini," jawab Laura."Memangnya mereka tinggal dimana?" Lerina memang tidak begitu tah
Berliana Punya Rencana"Ayah, datanglah ke Dellwood! Jenguk kakek. Dia, dia—kondisinya sangat memprihatinkan, ayah!" Lagi Han menyampaikan harapannya meminta sang ayah bermurah hati mau menemui kakeknya. Sangat tidak mudah membujuk ayahnya, nyatanya Philip tetap bergeming, belum menjawab permintaan anaknya.Di peternakan Lerina mengunjungi semua kuda-kuda di sana, banyak sekali yang dia tanyakan. Kuda kecil yang baru lahir saja tak luput dari perhatiannya."Ibu, aku akan menjadikan kuda ini milik Rain," ucap Lerina sambil mengelus kepala anak kuda berwarna putih bersih yang cukup mencuri perhatiannya. "Terserah Kau saja." Laura mengambil jerami dan memberikannya pada anak kuda tersebut."Ini sudah hampir gelap, kenapa mereka belum kembali?" Laura menatap ke arah hutan tempat suami dan anaknya berkuda.Tatapannya kembali sendu mengingat permasalahan yang tengah mereka hadapi saat ini. Permasalahan yang belum terselesaikan. Pada saat itulah Han dan Philip terlihat dari kejauhan. Mere
Akhirnya DatangSekali lagi ketegangan itu terjadi saat monitor icu menunjukkan garis yang ditarik lurus, pertanda detak jantung pasien semakin melemah.Seorang suster yang berada di dalam lekas menekan tombol hingga derap kaki sepatu dokter yang sedang lari terdengar di koridor rumah sakit. Membuat ketiga manusia yang tengah mencari solusi untuk berangkat ke singapura itu sontak berdiri.Dokter masuk ke dalam, sementara suster langsung menghadang langkah Han yang refleks melangkah ke arah pintu."Silahkan tunggu di luar!" ucap sang suster kemudian menutup pintunya.Tidak ada lagi suara maupun pembahasan, semua terlihat khawatir akan kondisi Kakek Zoku sekarang.Lima menit, sepuluh menit, hingga di menit ke delapan belas, dokter membuka pintu ruang icu."Dokter!" ucap Han tak sabar.Sang dokter menghela nafas, tangannya terangkat lalu menyentuh pundak Han, "keadaannya semakin buruk. Sebisa mungkin penuhi permintaannya segera," saran dokter kemudian berlalu di ikuti oleh suster di bela
Kita Akan Memiliki Cucu? Esme memang sengaja datang untuk menjemput Tommy ke rumah sakit atas perintah ibu mertuanya, Nyonya Berliana."Ibu, kenapa ke luar? cuaca di luar sangat dingin nanti ibu bisa sakit kembali," ucap Esme begitu turun dari mobil. Ibu mertuanya sedang duduk di depan hotel tempat mereka menginap. "Tidak apa-apa, ibu hanya rindu dengan suasana Minnesota," jawab Nyonya Berliana, "Tommy, ibu ingin berbicara," katanya kemudian.Tommy melirik Esme, memberi tanda agar wanita itu pergi. Esme melakukannya, dia pun pergi menjauh. "Kau sudah menemui ayahmu?" Ibunya sudah tidak sabar ingin tahu keadaan Zoku.Iya, seperti saran ibu, jawab Tommy seperti biasa, dia tidak terlalu tertarik dengan pembahasan tentang ayahnya."Bagaimana kondisinya? Apa dia bangun, apa dia mengenalimu?" Nyonya Berliana begitu tidak sabaran. Tommy memutar bola mata malas, lalu mendengkus samar, "dia koma, Bu. Tapi, dokter baru saja mengirimkan pesan, kondisinya mulai membaik." Mau tak mau Tommy t
Pertemuan Kakek Dan BerlianaKeesokan harinya di rumah sakit, seperti biasa keluarga sudah berkumpul di sana, untuk bergantian menjaga kakek. Di antaranya ada Lerina, Han, Laura dan Ben, sedangkan Philip sedang berada di dalam.Tap tap tapDerap langkah Tommy dan ibunya mengagetkan semua yang ada di sana, mata mereka penuh tanda tanya, siapa wanita yang datang bersama Tommy?"Nenek!" Han menghampirinya dan memeluk serta mencium pipi Nyonya Berliana."Anak Muda!" balasnya lalu mengusap lembut wajah Han."Perkenalkan, dia ibuku," kata Tommy pada semua yang ada di situ. Nyonya Berliana tersenyum menyapa semuanya. Bersamaan dengan itu Philip keluar dari ruangan ayahnya."Nenek, ini ayahku dan ini ibuku, ini istriku Lerina!" Han memperkenalkan satu per satu keluarganya.Tommy menatap sebentar semuanya bergantian, kecuali Lerina, rasa penasarannya begitu besar terhadap wanita yang di cintainya itu dia lebih lama memperhatikannya. "Wah, sepertinya keluarga Tuan Zoku sudah datang semua?" uc
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d