Kita Akan Memiliki Cucu? Esme memang sengaja datang untuk menjemput Tommy ke rumah sakit atas perintah ibu mertuanya, Nyonya Berliana."Ibu, kenapa ke luar? cuaca di luar sangat dingin nanti ibu bisa sakit kembali," ucap Esme begitu turun dari mobil. Ibu mertuanya sedang duduk di depan hotel tempat mereka menginap. "Tidak apa-apa, ibu hanya rindu dengan suasana Minnesota," jawab Nyonya Berliana, "Tommy, ibu ingin berbicara," katanya kemudian.Tommy melirik Esme, memberi tanda agar wanita itu pergi. Esme melakukannya, dia pun pergi menjauh. "Kau sudah menemui ayahmu?" Ibunya sudah tidak sabar ingin tahu keadaan Zoku.Iya, seperti saran ibu, jawab Tommy seperti biasa, dia tidak terlalu tertarik dengan pembahasan tentang ayahnya."Bagaimana kondisinya? Apa dia bangun, apa dia mengenalimu?" Nyonya Berliana begitu tidak sabaran. Tommy memutar bola mata malas, lalu mendengkus samar, "dia koma, Bu. Tapi, dokter baru saja mengirimkan pesan, kondisinya mulai membaik." Mau tak mau Tommy t
Pertemuan Kakek Dan BerlianaKeesokan harinya di rumah sakit, seperti biasa keluarga sudah berkumpul di sana, untuk bergantian menjaga kakek. Di antaranya ada Lerina, Han, Laura dan Ben, sedangkan Philip sedang berada di dalam.Tap tap tapDerap langkah Tommy dan ibunya mengagetkan semua yang ada di sana, mata mereka penuh tanda tanya, siapa wanita yang datang bersama Tommy?"Nenek!" Han menghampirinya dan memeluk serta mencium pipi Nyonya Berliana."Anak Muda!" balasnya lalu mengusap lembut wajah Han."Perkenalkan, dia ibuku," kata Tommy pada semua yang ada di situ. Nyonya Berliana tersenyum menyapa semuanya. Bersamaan dengan itu Philip keluar dari ruangan ayahnya."Nenek, ini ayahku dan ini ibuku, ini istriku Lerina!" Han memperkenalkan satu per satu keluarganya.Tommy menatap sebentar semuanya bergantian, kecuali Lerina, rasa penasarannya begitu besar terhadap wanita yang di cintainya itu dia lebih lama memperhatikannya. "Wah, sepertinya keluarga Tuan Zoku sudah datang semua?" uc
Kakek Zoku Dan TommyBug bugh bughPhilip yang sejak tadi diam sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak menghajar Tommy.nilainya tidak menghormati ayahnya. "Ayah, hentikan!""Tuan!"Han dan Ben menahan tubuhnya, Tommy yang tidak siap pun tak sempat melawan, kini dia hanya bisa memegangi perutnya yang terasa perih."Philip, apa yang kau lakukan?" Kakek Zoku sangat sedih hari ini di tambah kelakuan Philip yang telah menghajar Tommy. Nyonya Berliana mendekat ingin membantu Tommy, namun ia menghalaunya dengan tangannya pertanda tak ingin di dekati. Alhasil wanita yang bergelar sebagai ibunya itu hanya bisa menangis. Lerina datang memeluknya dari belakang.Tommy menegakkan kembali tubuhnya. Tidak ada lagi yang bersuara, sedangkan Philip masih di pegang oleh Ben dan Han.Suasana masih terasa tegang, belum lagi Philip yang masih memancarkan kemarahan. Sedangkan kakek Zoku merasa dirinya tak berdaya, inilah akibat dari kesalahan di masa lalu. Harapannya akan keluarga yang damai dan sa
Kedatangan AntonioKeheningan malam itu menyelimuti balkon kamar yang di tempati oleh Tommy. Malam ini mereka semua berkumpul di rumah besar Kakek Zoku. Untuk merayakan kembalinya ia dan ibunya. Tommy terlalu lama menatap ke atas langit, dimana banyak bintang yang sedang berpendar menyempurnakan malam yang kian pekat.Beberapa langkah terdengar dari dalam, langkah lamban, namun pasti, Tommy tahu itu bukan ibunya. Ia berbalik dan matanya bertemu dengan manik Philip. Philip sengaja datang dan ingin berbicara dengan adik beda ibunya itu.Keduanya telah berdiri sejajar di tepi pagar pembatas, "Udaranya begitu dingin," ucap Philip memulai."Tidak mengapa, aku suka suasananya, di singapura aku terbiasa kepanasan," ujar Tommy tanpa menoleh ke samping.Hening kembali, keduanya sibuk menikmati kemerlap bintang dan menyelami pikiran masing-masing."Maafkan aku, karena sudah memukulmu waktu itu!" Kalimat itu meluncur dari bibir Philip setelah hembusan napasnya yang terdengar berat. "Aku menge
Rasa Yang Tak Lagi SamaUntuk beberapa saat mereka diam, Han tidak memberikan tanggapan apa pun hingga membuat Lerina berpikir suaminya akan menolak untuk pulang.Lerina meletakkan pakaian agak kasar di atas tempat tidur, lalu duduk di atas ranjang dengan pikiran yang tidak menentu.Han mendekatinya berdiri tepat di hadapannya "Kita harus pamit pada kakek," kata Han pelan. Lerina mendongak ke atas menatap wajah sang suami."Kau juga akan pulang?" Lerina ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar. Han mengangguk tanpa ragu.Lerina melingkarkan tangannya di pinggang suami, "terimakasih, Sayang!" katanya senang.Mereka sudah selesai berkemas, begitu juga dengan Nanny dan Ursula. Anak-anak juga telah rapi."Ayo kita pamit kepada kakek!" ajak Lerina pada Sean.Anak itu tidak menolak, Lerina mengambil Rain dari gendongan pengasuhnya untuk ikut berpamitan. Mereka berempat berjalan ke taman belakang, dimana keluarga sedang berkumpul di atas gazebo.“Han, Lerina, sini! Kalian kenapa baru
Kedatangan AntonioSeminggu setelah mereka kembali ke rumah, Han dan Lerina sepakat untuk tidak membahas Antonio lagi. Hari ini mereka sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Kembali kekantor sebagai pemimpin perusahaan masing-masing setelah drama hidup yang panjang. "Selamat pagi, Norin, Tania!" Lerina mengejutkan dua orang yang sedang membahas masalah pekerjaan di meja Norin.Keduanya sontak berdiri, "Selamat pagi! Selamat datang, Nyonya!" balas keduanya kompak."Tania, bacakan jadwalku hari ini!" perintah Lerina yang segera berlalu menuju ruangannya. "Baik, Nyonya!" Tania mengangguk.Lerina masuk ke dalam ruangan yang sudah lama tidak di pakainya. Permasalahan demi permasalahan membuat mereka sibuk dan sering meninggalkan pekerjaan belakangan ini. Lerina menyerahkan pada Norin dan Tania. Tania mengikutinya dari belakang sambil membawa notepad di tangannya, "Pagi ini kita kedatangan Presdir Bardi untuk menyerahkan keuntungan proyek yang telah rampung." Tania membacakan jadwa
Romantisme Lerina Dan HanAaa... Han mengeluarkan sendawanya karena kenyang, Lerina menatapnya tersenyimlalu mereka tertawa bersama, seolah itu hal yang lucu.Han sangat bersemangat hingga menghabiskan banyak daging, mereka juga memesan bir sebagai teman minumnya.Tapi, bukan Han namanya kalau membiarkan istrinya meminum bir itu. "Eittt, kamu tidak boleh meminumnya." Han menarik gelas dari tangan Lerina."Oh, Han, ayolah! Sedikit saja." Lerina memelas.Han menggerakkan telunjuknya pertanda tidak mengizinkan Lerina meminumnya, "Kau masih menyusui," katanya. Han tidak akan mengambil resiko dengan mengizinkan istrinya ikut meminum bir."Itu tidak berpengaruh. Ayolah, sedikit saja!" Lerina memelas sangat ingin merasakan minuman itu."Tetap tidak boleh, Sayang," tekan Han.Lerina mencebik kesal."Dasar pelit!" rutuknya. Han tidak peduli, dia malah tertawa dan kembali menikmati hidangan daging panggang di hadapannya. Diam-diam Lerina memperhatikannya dengan senyuman, dia begitu lahap me
Jangan Pura-Pura Tidak Tahu Jinli baru saja kembali dari apotik, Han menyuruhnya membeli obat yang di resepkan oleh Dokter Ferihana tadi. Lerina segera memberikannya pada Rain.Setelah beberapa saat bayi itu akhirnya tertidur kembali. Ia bernapas lega, baru saja sehari bekerja kini ia harus kembali berada di rumah menjaga bayinya."Sayang, dia itu ...," ucap Han menggantung."Kekasihmu saat di sekolah?" Lerina memotong ucapan Han.Setelah kepulangan Dokter Ferihana, Lerina enggan menatap Han, dia teramat kesal dengan suaminya itu."Tidak, kami, kami hanya berteman," sangkal Han, namun karena ia terlihat gugup. Lerina jadi curiga. "Berteman, tapi menyimpan perasaan?" tandas Lerina. "Apa maksudmu? Aku tidak pernah menyukai perempuan manapun selain dirimu, Sayang." Han menghampiri Lerina yang tetap fokus memisah-misahkan baju Rain di tempatnya. "Kenapa Kau tidak menjawab pertanyaannya tadi?" sengit Lerina yang terlihat masih kesal."Bukankah Kau sudah menjawabnya?" Han balik bertany