Merindukan Sean Dan Rain Lerina mengirim foto Baby Alyona ke ponsel milik Antonio, foto yang ia dapat dari Rivera. Mereka bertemu di dekat rumah sakit setelah Lerina menjenguk Rivera. Kini Antonio tengah menatap foto itu dengan perasaan terharu sekaligus sedih karena tidak bisa mendekapnya lagi.Sebelum pergi Rivera menitipkan pesan melalui Lerina yang akan disampaikan pada Antonio."Rivera menginginkan perpisahan."Antonio merasakan nyeri dihatinya. Ia sudah menduga hal ini, tetapi tidak bisakah Rivera kembali kepadanya?"Mereka memiliki hubungan?" tanyanya tanpa melelas tatapan pada foto bayi mungil di dalam layar ponselnya."Tidak ada, Dimitri murni ingin membantunya," kata Lerina seperti yang disampaikan Rivera tadi."Membantu tanpa imbalan? Mustahil," ucap Antonio."Apa keputusanmu?""Aku akan memikirkannya. Katakan pada Rivera, aku yang akan menanggung semua biaya pengobatannya." Antonio merasa pembicaraan ini sudah cukup. Dia akan kembali sore ini ke Minnesota."Aku berharap
Pembalasan Tania Mobil meluncur menuju rumah sakit, dimana Rivera sedang menunggu Lerina untuk datang. Han menemaninya sampai di depan ruangan Rivera.Dimitri keluar setelah Lerina datang, dia menyapa Han dan mengajaknya berbicara.Lerina menggenggam tangan Rivera yang terasa lebih dingin dari biasanya."Jangan khawatir! Aku selalu mendoakanmu!" ucap Lerina menyemangati."Untuk beberapa wakti aku takut hidupku akan berakhir,"Sttt"Kau pasti sembuh, ingat! Ada Alyona yang menunggumu, aku juga sangat ingin bertemu dengannya, dia sangat cantik seperti ibunya." Lerina membayangkan gadis kecil itu. Mungkin dia akan memberikannya hadiah sepulang dari rumah sakit.Rivera tersenyum meski tipis, "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.""Ada apa? Kau mau menitip pesan pada Antonio?" Lerina malah menggodanya."Kau ini." Rivera memukul lengan Lerina yang tersenyum menggodanya, "aku sudah mengucapkan terimakasih melalui pesan atas biaya pengobatanku, meskipun Dimitri keberatan, tapi memang Anton
Awal Kehancuran Tania Sejak pertemuannya dengan Rivera, Lerina menjadi pendiam. Bukan ia tak bahagia, namun begitu sulit untuk digambarkan perasaannya saat ini. Sesekali air matanya jatuh mengingat semua kenangannya bersama Sean yang ternyata adalah putra kandungnya sendiri.Tuhan begitu adil membalas setiap rasa sakit yang dilaluinya selama ini. Anak yang selalu dirindukannya setiap saat ternyata selama ini dekat padanya.Kebahagiaan ini sangat membuncah, namun ia tetap merahasiakannya dari Han. Biarlah di sana semuanya akan terungkap.Seanku!Ah, tidak. Lerina sudah tidak tahan ingin memeluk putranya itu dan mengatakan bahwa dialah yang telah mengandungnya, melahirkannya meski dengan cara yang salah.Lerina meminta pada Han untuk merahasiakan kepulangan mereka dari Rusia."Tidak biasanya Kau seperti ini, apa, Rivera mengatakan sesuatu?" Han menangkap keanehan di wajah sang istri. "Aku akan mengatakannya di rumah," kata Lerina seraya menampilkan senyumnya."Kau terlihat bahag
Mengungkap Kenyataan Sean langsung mendapat penanganan dari dokter. Ia sudah berada di ruang ugd. Lerina yang sudah sadar saat di jalan, meminta untuk ikut ke dalam. Meski sakit melihat luka di sekujur tubuh putranya, tetapi Lerina ingin mendampinginya.Dokter membiarkannya masuk. Sean kecil mulai diperiksa. Denyut nadinya sangat lemah. Tubuhnya mulai dibersihkan setelah semua baju yang melekat dilepas oleh perawat. Lerina menegarkan hatinya menyaksikan semua itu.Tangan Sean di pasangi infus dan lukanya di olesi dengan salep. Diselimuti lalu di pindahkan ke ruang perawatan.Han yang menunggu di luar mengikuti langkah dokter yang memindahkan ke ruangan lain. Han menguatkan istrinya.Dokter meninggalkan mereka setelah mengatakan agar memanggilnya bila Sean sudah sadar. Sarra dan Antonio yang mendapat kabar bahwa Tania berada di rumah sakit ini mendatangi kamarnya, namun Tania tengah tidur karena obat prnenang yang disuntikkan oleh perawat tadi."Nona Tania sedang tertidur, mari
Dasar Anak Nakal! Luar biasa takdir mereka lalui. Mengetahui kenyataan bahwa putra yang dirindukannya ada di dalam dekapannya. Tiada seharipun Lerina meninggalkan rumah sakit menemani buah hatinya yang kini mulai perlahan pulih.Ditambah Sean yang memang tidak ingin ditinggalkan olehnya, hingga akhirnya Rain pun diboyong ke rumah sakit.Meski awalnya dokter melarang karena rawan mengingat usia Rain yang masih setahun lebih, tetapi Han meminta pengecualian.Han juga melarang seluruh keluarga yang ingin menjenguk. Mereka hanya ingin ber empat di rumah sakit itu."Dasar anak nakal! Kau pikir kami tidak merindukan Sean!" pekik Laura ditelpon saat ini.Lerina terkekeh mendengarnya karena panggilan itu sengaja diloudspeker oleh Han. Sean yang sedang duduk menggelitiki Rain yang sedang dipangku oleh mommy mereka."Ibu, bersabarlah sedikit lagi. Lakukan saja seperti yang aku katakan!" kata Han tetap pada pendiriannya."Dasar anak kurang baik! Setelah melarang ibu bertemu cucu ibu, sekarang
Kau Tidak Mengenal Ibuku Keduanya melepas pelukan setelah melihat ke arah yang sama dimana Rain sedang berdiri di belakangnya perawat sedang mengawasi."Kesayangan mommy sudah bangun?" Lerina menariknya ke dalam pelukan."Dia memanggil-manggil mommy dan selalu ingin keluar, Nyonya," ucap sang perawat tersebut.Lerina tersenyu menatapnya, ia mengangkat Rain dalam gendongannya, "Tidak apa-apa, dia memang sangat aktif," balas Lerina."Kalau begitu, saya, permisi Nyonya, Tuan!" Perawat tersebut berpamitan."Ya, terimakasih banyak!" ucap Lerina dan di balas dengan anggukan oleh perawat itu.Mereka kemudian masuk ke dalam, di mana Sean pun terlihat sudah bangun.Dia merentangkan tangannya pada Han, minta di gendong. Sean merasa bosan berada di brankar itu, "Belum boleh sayang, tubuh Sean masih ada memarnya, daddy rasa itu pasti sakit kan?" Han takut menyentuh kulitnya.Wajah Sean berubah, bibirnya mengerucut, tangisnya nyaris pecah hingga akhirnya Han menuruti keinginannya. Dengan hati
Kau Mau MembunuhkuNyonya Winter menyuruh Ruby untuk mengambil kacamatanya yang ia taruh di dalam tas. Ruby yang merasa terganggu pun merogoh dengan kesal tas ibunya.Dia memberikan kacamata itu pada ibunya yang entah hendak melihat apa."Haaah! Si Alicia sialan, gambar apa ini?" Ia menggerutu melihat gambar yang tidak jelas itu. Dia memasang kacamatanya dan jelaslah terlihat siapa yang ada di gambar itu. "Astaga!" Ia memekik reflek memundurkan tubuhnya, seolah apa yang ia lihat di ponselnya adalah hantu.Ruby hanya menoleh sebentar karena dia sedang menyetir, sudah tidak heran dengan sikap ibunya yang terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu."Ruby coba lihat gambar ini!" ucapnya, seraya menyodorkan ponsel. "Ibu, aku sedang menyetir," peringat Ruby yang sama sekali tidak penasaran dengan gambar yang dimaksud oleh ibunya. "Hentikan mobilnya, cepat!" Nyonya Winter terdengar tidak sabaran. Ruby memutar bola mata malas, namun segera menuruti perintah ibunya."Lihat gambar ini,
Alasan Sarra Yang Menolak HarrySesuai dengan permintaan Han, di rumah di adakan penyambutan untuk Sean juga mereka. Dekorasi indah menghiasi dinding pun dengan tangga.Semua bergantian memeluk dan mengucapkan selamat atas kesembuhan Sean dan Lerina. Setelah semua saling menyapa. Han angkat bicara. Ia ingin menyampaikan sesuatu.Tentu mereka sangat penasaran dan tidak sabar untuk mendengarnya."Aku akan mengumumkan hal penting untuk keluarga kita tentang ibu kandung Sean." Ia menghentikan kalimatnya.Kemudian masuklah dua orang yang penting dalam hidup Han yaitu Paman Peng dan Nyonya Swell.Lerina cukup terkejut, refleks kakinya melangkah menghampiri wanita yang pernah membersamainya selama sembilan bulan."Bi-bi Swell!" ucapnya setelah berada tepat di hadapan wanita itu. Seketika ruangan menjadi senyap menyaksikan hal itu.Wanita paruh baya itu mendekap Lerina, "Aku tidak menyangka Kau akhirnya menjadi istri dari Han Zoku," ucapnya setelah melepas pelukannya. Lerina mengangguk terha