Kau Tidak Mengenal Ibuku Keduanya melepas pelukan setelah melihat ke arah yang sama dimana Rain sedang berdiri di belakangnya perawat sedang mengawasi."Kesayangan mommy sudah bangun?" Lerina menariknya ke dalam pelukan."Dia memanggil-manggil mommy dan selalu ingin keluar, Nyonya," ucap sang perawat tersebut.Lerina tersenyu menatapnya, ia mengangkat Rain dalam gendongannya, "Tidak apa-apa, dia memang sangat aktif," balas Lerina."Kalau begitu, saya, permisi Nyonya, Tuan!" Perawat tersebut berpamitan."Ya, terimakasih banyak!" ucap Lerina dan di balas dengan anggukan oleh perawat itu.Mereka kemudian masuk ke dalam, di mana Sean pun terlihat sudah bangun.Dia merentangkan tangannya pada Han, minta di gendong. Sean merasa bosan berada di brankar itu, "Belum boleh sayang, tubuh Sean masih ada memarnya, daddy rasa itu pasti sakit kan?" Han takut menyentuh kulitnya.Wajah Sean berubah, bibirnya mengerucut, tangisnya nyaris pecah hingga akhirnya Han menuruti keinginannya. Dengan hati
Kau Mau MembunuhkuNyonya Winter menyuruh Ruby untuk mengambil kacamatanya yang ia taruh di dalam tas. Ruby yang merasa terganggu pun merogoh dengan kesal tas ibunya.Dia memberikan kacamata itu pada ibunya yang entah hendak melihat apa."Haaah! Si Alicia sialan, gambar apa ini?" Ia menggerutu melihat gambar yang tidak jelas itu. Dia memasang kacamatanya dan jelaslah terlihat siapa yang ada di gambar itu. "Astaga!" Ia memekik reflek memundurkan tubuhnya, seolah apa yang ia lihat di ponselnya adalah hantu.Ruby hanya menoleh sebentar karena dia sedang menyetir, sudah tidak heran dengan sikap ibunya yang terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu."Ruby coba lihat gambar ini!" ucapnya, seraya menyodorkan ponsel. "Ibu, aku sedang menyetir," peringat Ruby yang sama sekali tidak penasaran dengan gambar yang dimaksud oleh ibunya. "Hentikan mobilnya, cepat!" Nyonya Winter terdengar tidak sabaran. Ruby memutar bola mata malas, namun segera menuruti perintah ibunya."Lihat gambar ini,
Alasan Sarra Yang Menolak HarrySesuai dengan permintaan Han, di rumah di adakan penyambutan untuk Sean juga mereka. Dekorasi indah menghiasi dinding pun dengan tangga.Semua bergantian memeluk dan mengucapkan selamat atas kesembuhan Sean dan Lerina. Setelah semua saling menyapa. Han angkat bicara. Ia ingin menyampaikan sesuatu.Tentu mereka sangat penasaran dan tidak sabar untuk mendengarnya."Aku akan mengumumkan hal penting untuk keluarga kita tentang ibu kandung Sean." Ia menghentikan kalimatnya.Kemudian masuklah dua orang yang penting dalam hidup Han yaitu Paman Peng dan Nyonya Swell.Lerina cukup terkejut, refleks kakinya melangkah menghampiri wanita yang pernah membersamainya selama sembilan bulan."Bi-bi Swell!" ucapnya setelah berada tepat di hadapan wanita itu. Seketika ruangan menjadi senyap menyaksikan hal itu.Wanita paruh baya itu mendekap Lerina, "Aku tidak menyangka Kau akhirnya menjadi istri dari Han Zoku," ucapnya setelah melepas pelukannya. Lerina mengangguk terha
Harry Hampir Menyerah Ckiiiittt...Sarra yang sedang mengemudikan mobil terlihat sedang marah, sudah berapa kali ia meminta agar Harry segera meninggalkan kotanya, namun pria itu dengan tegas menolak."Apa alasanmu menyuruhku kembali? Keluargamu saja tidak ada yang keberatan denganku?" Harry butuh alasan yang jelas dari Sarra.Sarra tersenyum masam sekali, harus yang yang keberapa kali ia menyampaikan penolakan pada cinta pria yang duduk di sampingnya ini.Pagi-pagi sekali saat sebelum orang-orang yang menginap di rumah kakaknya bangun, Sarra menarik paksa Harry hanya untuk menyuruhnya pergi."Kau sudah tahu jawabanku tetap sama." Sarra hanya mengatakan itu, meski ada yang ngilu di dasar hatinya, tapi ia akan korbankan perasaan demi keselamatan ibunya."Dan berapa kali aku bilang. Aku tidak menerima alasan itu. Kau jangan pura-pura lupa. Saat meminta bantuanku waktu itu. Balasannya adalah perasaanmu padaku." Harry mengingatkan lagi pada Sarra. Dia sendiri tidak yakin bila Sarra m
Kepergian HarrySeorang wanita berpakaian rapi berstelan blezer menyambut keduanya dan mempersilahkan untuk duduk.Harry tersenyum dan mengangguk melewati pelayan itu pun dengan Sarra yang berjalan di belakangnya.Pemandangan langit bertabur bintang menambah keromantisan malam itu, tetapi tidak dengan kedua pasangan itu yang sudah duduk saling berhadapan di antara meja persegi yang telah terisi makanan juga dua gelas anggur untuk menghangatkan tubuh.Bahkan mereka belum mengeluarkan sepatah katapun. Beberapa kali sang wanita mencuri pandang menunggu sang lelaki bicara, namun nihil. Harry masih saja bungkam sambil menatap ponselnya.Ini bukan Harry yang kukenal. Batin Sarra.Sarra mendengkus sedikit kasar untuk mengundang perhatian Harry, namun pria itu tetap tidak mengangkat kepalanya."Hah, kenapa aku kesal?" Sarra bersuara pelan bertanya pada dirinya sendiri."Kau bilang apa?" Barulah Harry menatapnya."Tidak baik menunda untuk makan, sebaiknya kita makan dan segera pulang." Sar
Aku Hampir Gila Memikirkanmu Sarra menangis sejati-jadinya meski tanpa suara, terlihat dari bahunya yang naik turun. Harry benar-benar telah pergi dan menyerah untuk mengejarnya.Hingga pesawat take off Sarra semakin terisak. Bodohnya dia. Harusnya ia jujur dengan Harry tentang ketakutannya. Sekarang semua terlambat karena kebungkamannya.Menyesal? Pasti, karena Sarra pun sangat mencintai Harry, bahkan di umurnya yang sudah tidak lagi muda hanya pria itu yang mampu menggetarkan hatinya, meski selama ini ia menutupinya dengan sikap jutek dan sok bersahabat.Puas menangisi kepergian Harry, Sarra bangkit dan akan pergi meninggalkan tempat terakhir pijakan sang pemilik hatinya. Entah kemana Sarra akan pergi. Dia butuh tempat yang bisa mendamaikan rasa yang seolah menuntutnya karena tidak bisa menuntaskan perasaannya.Sarra berjalan menuju mobilnya. Ia akan pergi, tapi bukan ke kantor lagi. Sarra ingin suasan tenang. Mungkin pantai bisa sedikit menguraikan rasa sesak di hatinya.Sarra
Prahara Cinta Harry Dan Sarra Hari ini Tania atau Selena akan di bawa oleh petugas kepolisian dari rumah sakit. Dia tidak memohon agar Lerina membebaskannya, Ia ikhlas menerima hukumannya.Hari ini juga, Tania mengakui kejahatannya tentang memberikan racun pada Lerina melalui cleaning service di perusahaan hingga ia di kenakan pasal berlapis dan mungkin akan menjalani hukuman yang lama tergantung dari keputusan pengadilan."Maafkan aku, Lerina! Tolong jangan katakan apapun pada orang tuaku. Aku tidak ingin mereka sedih!" Tania memohon dengan tangan yang telah di borgor sempurna. Saatnya ia kan menaiki mobil polisi.Lerina mengangguk. Dia menatap kepergian Tania, bukan tidak iba, namun hukum tetap berjalan. Lerina sudah memasrahkan pada Han tentang keputusan ini.Dia pun sudah mulai aktif kembali. Sarra menggantikan Tania untuk sementara karena diminta oleh Ayahnya sebelum mendapatkan sekretaris yang baru, tentu saja dia keberatan awalnya karena itu bukan pekerjaan mudah, ia past
Penolakan Harry Harry terlihat malas duduk di antara keluarga yang datang, dimana ada orang tua Angela dan ibunya Paula. Harry sama sekali tidak mengatakan apapun hanya sekedar anggukan dan gelengan saja bila ia di ajak bicara."Mereka terlihat serasi, bukan? Owh...! Rasanya aku sudah tidak sabar melihat kalian menikah." Decak kagum keluar dari bibir Paula. Terlalu berlebihan menurut Harry. Sampai seorang pelayan datang menghampiri Paula dan berbisik di telinga wanita itu.Ia mengangkat tangannya menyuruh pelayan itu pergi, sebaliknya ia kemudian menatap tamunya. "Sepertinya Anda kedatangan tamu penting, Nyonya Paula," tegur wanita paruh baya ibunya Angela."Hanya rekan kerja," jawabnya lalu memaksakan bibir untuk tersenyum, "Silahkan nikmati hidangannya dan Harry akan menemani kalian sebentar." Paula mengangkat tubuhnya, sedikit membungkuk lalu beranjak menuju ke depan.Tap tap tapSuara langkah kakinya terdengar menuju sebuah ruangan di bagian depan rumahnya. Terlihat wani