Api berwarna biru membakar pepohonan raksasa yang menutupi gerbang. Api itu merambat dengan cepat seperti rayap yang memakan kayu yang lapuk. Sangat cepat hingga seluruh benteng kini terbakar api biru. Api yang menggerogoti itu membakar habis pohon-pohon raksasa beserta akarnya lalu lenyap menghilang begitu saja seperti keadaan semula. Raja Belzagum terperangah menyaksikan api yang bisa mengendalikan waktu.
Pangeran Darius berdiri di antara abu yang terbang tertiup angin. Saat pepohonan tersebut bersih dari benteng, para pasukan musuh pun langsung menyeruak masuk. Bahkan pasukan bantuan yang baru datang pun langsung ikut menyerbu. Para Necromancer kembali membangkitkan Titan-titan. Pasukan Kerajaan Naga Laut Timur harus kembali melawan paskuan musuh dengan kekuatan seperti semula, apalagi sekarang ada pasukan tambahan.
“Aku akan b
Raja Belzagum melesat ke arah Titan yang baru saja masuk tersebut. Dia pun sudah bergulat dengan sang Titan. Aprilia pun tak ketinggalan. Dia ikut bertempur dengan pasukan yang lainnya. Sambil menyentuh para prajurit yang terkena luka.Raja Kora menghampiri Pangeran Darius. Terlihat panglima itu tengkurap dengan tangan kanannya memukul-mukul tanah. Tampaknya ia sangat kesal. Ada satu yang membuat Pangeran Darius berbeda dari sebelumnya. Helmnya hancur. Tinju Aprilia menghancurkan helm yang selalu dipakainya.“Memalukan, kalah oleh seorang perempuan,” ledek Raja Kora. “Bahkan, ayahku pun akan menertawakanmu.”Pangeran Darius berdiri. Kini setiap orang bisa melihat wajahnya. Sama sekali bukan wajah yang bisa dengan enak dipandang. Separuh wajahnya rusak dengan sis
Kesepuluh orang ini ternyata saling bekerja sama. Mereka saling dukung. Saat satu terdesak, maka yang lainnya menolong dengan menyerang Aprilia. Aprilia mencoba untuk melihat peluang agar ia bisa menyerang juga. Namun, peluang itu sepertinya tipis. Dia hanya bisa menghindar dan menghindar. Ia perlu kecepatan dan kekuatan yang lebih. Maka dari itu Aprilia meningkatkan kekuatan tekniknya. Nyala api di tangannya makin membara, kecepatannya pun meningkat pesat. Dalam sekejap ia sudah berada di belakang salah satu Pangeran Darius lalu menusukkan pedang ke lehernya. Secepat angin, Aprilia sudah menghilang lagi. Satu Pangeran Darius tumbang, kemudian satu Pangeran Darius yang lain tiba-tiba sudah kehilangan kepalanya. Bahkan tangannya menggapai kepalanya yang sudah menggelinding ke tanah. Darah mengucur seperti air mancur dari luka akibat tebasan itu. Pangeran Darius yang lain tak bisa menangkap gerakan Aprilia.
“Kau datang,” kata Aprilia.“Ya, aku datang,” kata Aryanaga.“Tunggu dulu. Bukannya kita sedang berciuman?”“Iya, memang.”“Trus, kenapa hatiku bisa berbicara dengan hatimu?”“Bukankah begini lebih baik? Tanpa mengeluarkan kata kita bisa berbicara dari hati ke hati?”“I-iya, sih. Ah, ini pasti mimpi.”“Kau kira ciuman ini mimpi?”“Entahlah. Apa kau tahu kalau aku merindukanmu?”
“Kau istirahatlah, Ratuku!” ucap Aryanaga. Dia kemudian berlalu meninggalkan Aprilia menghadapi Pangeran Darius. Aryanaga memasukkan batu kekuatan di saku celananya. Langkahnya diperhatikan oleh semua orang. Tak ada rasa takut terpancar dari wajahnya. Tak ada beban yang harus ia pikul sekarang ini. Ia bebas.“Putra Primadigda, bocah kemarin sore yang hendak melawanku. Bagaimana kau mau melawanku? Satu per satu? Jumlahku lebih banyak. Bahkan aku bisa memanggil diriku lagi. Dengan cara apa kau melawanku?” tanya Pangeran Darius.Aryanaga mengaktifkan teknik Mata Dewa. Jangkauan energinya meluas hingga sampai keluar gerbang istana. Dia bisa melihat seluruh pasukan. Merasakan keberadaan binatang-binatang serangga memakan mayat-mayat, matanya bahkan bisa mendeteksi degub jantungnya, aliran darah setiap pasukan yang ada
“Secepat itu?” tanya Aprilia, “Yang Mulia?!”“Kenapa? Kau tak mau?”“Bukan begitu, tapi...”“Sudahlah, lagipula cepat atau lambat kalian juga akan jadi raja dan ratu.”Pangeran Darius menebaskan pedang besarnya. Kali ini Aryanaga tak menghindar. Tubuhnya berganti wujud hybrid bersisik sisik hitam dan putih. Di belakang punggung sepasang sayap lebar muncul. Sepasang tanduk runcing tumbuh di sela-sela rambut. Kini wujud hybrid yang biasa dia miliki sudah bukan lagi sisik kebiruan, namun hitam dan putih. Seketika itu dalam radius beberapa ratus meter, seluruh tempat berubah warna menjadi hitam dan putih. Pangeran Darius terkejut, bukan hanya terkejut karena warna tempat yang ada
Aryanaga terus terbang sambil mencekik Pangeran Darius hingga keduanya sampai di tengah gurun di Pulau Angkara. Perjalanan mereka cukup cepat. Kecepatan pergerakan tubuh dari Aryanaga bukanlah isapan jempol semata. Putra Primadigda melemparkan tubuh Pangeran Darius ke tengah gurun hingga panglima perang tersebut berguling-guling di atas pasir.Pangeran Darius terbatuk-batuk saat beberapa debu masuk ke dalam tenggorokannya. Dia mencoba untuk mengendalikan diri agar bisa berdiri lagi. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari-cari keberadaan Aryanaga. Lawannya tampak sedang melayang di udara dengan sepasang sayapnya yang terus terkembang.“Kurang ajar! Kau kira kau hebat, Hah?” gerutu Pangeran Darius.Agaknya Aryanaga sama sekali tak menggubrisnya. Pemuda ini sedang melihat ke
“Apa aku salah kalau menginginkan perdamaian? Bukankah tujuan kami sama?” tanya Antabogo.“Tapi cara yang Paman lakukan itu tidak benar!” bantah Aryanaga.“Meskipun caraku tidak benar, tetapi tujuannya tetaplah mulia. Dari sejak awal kakakku dihukum, ibumu dihukum, hingga kau dikeluarkan dari Dunia Bawah, aku sudah berada dalam rencana itu. Aku berpikir keras bagaimana aku bisa mewujudkan perdamaian dengan caraku. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain aku harus menyingkirkan kakakku. Awalnya aku mengira dengan mengirim Putri Vivian untuk bisa membawa Pedang Penakluk Naga dari Primadigda akan membuat Primadigda dihukum berat, tapi aku salah.“Aku tahu Putri Vivian orangnya tempramen. Sama seperti ibunya, Ratu Edelia. Aku sama sekali tidak menyangka k
“Ada cara mudah untuk mengakhiri semua ini lebih cepat. Kalian berdua menyerahkan kepala kalian kepadaku. Itu sudah cukup. Setelah kedua kepala kalian aku serahkan ke Raja Azrael, maka kami tinggal menaklukkan Kerajaan Peri dan Imperium. Tidak sulit untuk mengalahkan kedua kerajaan itu,” terang Antabogo.“JANGAN BERCANDA, PAMAN!” bentak Aryanaga, “Paman kira, semuanya bisa paman selesaikan dengan mengalahkan kami? Ini semua tidak adil. Kak Aprilia, kenapa sampai harus masuk dalam rencana busuk Paman selama ini? Ini tak adil bagi Kak Aprilia.”Aryanaga menoleh ke arah Aprilia yang sedang menangis. Air mata gadis itu tak terbendung. Terlalu perih hatinya saat mengingat ibunya. Seharusnya ia mati saja waktu itu, seharusnya Kesadaran Bumi tidak perlu memberinya kekuatan.