Kesepuluh orang ini ternyata saling bekerja sama. Mereka saling dukung. Saat satu terdesak, maka yang lainnya menolong dengan menyerang Aprilia. Aprilia mencoba untuk melihat peluang agar ia bisa menyerang juga. Namun, peluang itu sepertinya tipis. Dia hanya bisa menghindar dan menghindar. Ia perlu kecepatan dan kekuatan yang lebih. Maka dari itu Aprilia meningkatkan kekuatan tekniknya. Nyala api di tangannya makin membara, kecepatannya pun meningkat pesat. Dalam sekejap ia sudah berada di belakang salah satu Pangeran Darius lalu menusukkan pedang ke lehernya. Secepat angin, Aprilia sudah menghilang lagi. Satu Pangeran Darius tumbang, kemudian satu Pangeran Darius yang lain tiba-tiba sudah kehilangan kepalanya. Bahkan tangannya menggapai kepalanya yang sudah menggelinding ke tanah. Darah mengucur seperti air mancur dari luka akibat tebasan itu. Pangeran Darius yang lain tak bisa menangkap gerakan Aprilia.
“Kau datang,” kata Aprilia.“Ya, aku datang,” kata Aryanaga.“Tunggu dulu. Bukannya kita sedang berciuman?”“Iya, memang.”“Trus, kenapa hatiku bisa berbicara dengan hatimu?”“Bukankah begini lebih baik? Tanpa mengeluarkan kata kita bisa berbicara dari hati ke hati?”“I-iya, sih. Ah, ini pasti mimpi.”“Kau kira ciuman ini mimpi?”“Entahlah. Apa kau tahu kalau aku merindukanmu?”
“Kau istirahatlah, Ratuku!” ucap Aryanaga. Dia kemudian berlalu meninggalkan Aprilia menghadapi Pangeran Darius. Aryanaga memasukkan batu kekuatan di saku celananya. Langkahnya diperhatikan oleh semua orang. Tak ada rasa takut terpancar dari wajahnya. Tak ada beban yang harus ia pikul sekarang ini. Ia bebas.“Putra Primadigda, bocah kemarin sore yang hendak melawanku. Bagaimana kau mau melawanku? Satu per satu? Jumlahku lebih banyak. Bahkan aku bisa memanggil diriku lagi. Dengan cara apa kau melawanku?” tanya Pangeran Darius.Aryanaga mengaktifkan teknik Mata Dewa. Jangkauan energinya meluas hingga sampai keluar gerbang istana. Dia bisa melihat seluruh pasukan. Merasakan keberadaan binatang-binatang serangga memakan mayat-mayat, matanya bahkan bisa mendeteksi degub jantungnya, aliran darah setiap pasukan yang ada
“Secepat itu?” tanya Aprilia, “Yang Mulia?!”“Kenapa? Kau tak mau?”“Bukan begitu, tapi...”“Sudahlah, lagipula cepat atau lambat kalian juga akan jadi raja dan ratu.”Pangeran Darius menebaskan pedang besarnya. Kali ini Aryanaga tak menghindar. Tubuhnya berganti wujud hybrid bersisik sisik hitam dan putih. Di belakang punggung sepasang sayap lebar muncul. Sepasang tanduk runcing tumbuh di sela-sela rambut. Kini wujud hybrid yang biasa dia miliki sudah bukan lagi sisik kebiruan, namun hitam dan putih. Seketika itu dalam radius beberapa ratus meter, seluruh tempat berubah warna menjadi hitam dan putih. Pangeran Darius terkejut, bukan hanya terkejut karena warna tempat yang ada
Aryanaga terus terbang sambil mencekik Pangeran Darius hingga keduanya sampai di tengah gurun di Pulau Angkara. Perjalanan mereka cukup cepat. Kecepatan pergerakan tubuh dari Aryanaga bukanlah isapan jempol semata. Putra Primadigda melemparkan tubuh Pangeran Darius ke tengah gurun hingga panglima perang tersebut berguling-guling di atas pasir.Pangeran Darius terbatuk-batuk saat beberapa debu masuk ke dalam tenggorokannya. Dia mencoba untuk mengendalikan diri agar bisa berdiri lagi. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari-cari keberadaan Aryanaga. Lawannya tampak sedang melayang di udara dengan sepasang sayapnya yang terus terkembang.“Kurang ajar! Kau kira kau hebat, Hah?” gerutu Pangeran Darius.Agaknya Aryanaga sama sekali tak menggubrisnya. Pemuda ini sedang melihat ke
“Apa aku salah kalau menginginkan perdamaian? Bukankah tujuan kami sama?” tanya Antabogo.“Tapi cara yang Paman lakukan itu tidak benar!” bantah Aryanaga.“Meskipun caraku tidak benar, tetapi tujuannya tetaplah mulia. Dari sejak awal kakakku dihukum, ibumu dihukum, hingga kau dikeluarkan dari Dunia Bawah, aku sudah berada dalam rencana itu. Aku berpikir keras bagaimana aku bisa mewujudkan perdamaian dengan caraku. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain aku harus menyingkirkan kakakku. Awalnya aku mengira dengan mengirim Putri Vivian untuk bisa membawa Pedang Penakluk Naga dari Primadigda akan membuat Primadigda dihukum berat, tapi aku salah.“Aku tahu Putri Vivian orangnya tempramen. Sama seperti ibunya, Ratu Edelia. Aku sama sekali tidak menyangka k
“Ada cara mudah untuk mengakhiri semua ini lebih cepat. Kalian berdua menyerahkan kepala kalian kepadaku. Itu sudah cukup. Setelah kedua kepala kalian aku serahkan ke Raja Azrael, maka kami tinggal menaklukkan Kerajaan Peri dan Imperium. Tidak sulit untuk mengalahkan kedua kerajaan itu,” terang Antabogo.“JANGAN BERCANDA, PAMAN!” bentak Aryanaga, “Paman kira, semuanya bisa paman selesaikan dengan mengalahkan kami? Ini semua tidak adil. Kak Aprilia, kenapa sampai harus masuk dalam rencana busuk Paman selama ini? Ini tak adil bagi Kak Aprilia.”Aryanaga menoleh ke arah Aprilia yang sedang menangis. Air mata gadis itu tak terbendung. Terlalu perih hatinya saat mengingat ibunya. Seharusnya ia mati saja waktu itu, seharusnya Kesadaran Bumi tidak perlu memberinya kekuatan.
Raja Antabogo sama sekali tidak berubah dalam wujud hybrid. Dia masih dalam wujud manusianya. Sementara kedua lawannya sudah berubah wujud. Pertempuran ini akan benar-benar menjadi pertempuran yang tidak akan terlupakan. Akan tercatat dalam sejarah Dunia Bawah.“Majulah!” ucap Raja Antabogo.Aryanaga segera melesat ke arah Raja Antabogo. Begitu cepatnya hingga yang tersisa dari tempatnya berdiri hanyalah debu yang berterbangan. Aprilia juga mengikutinya. Dia menghunus pedangnya yang sudah menyala merah. Raja Antabogo sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri, ataupun berusaha untuk menahan serangan. Pukulan Aryanaga tepat mengenai wajah Raja Antabogo, tebasan pedang Aprilia juga merobek perut Antabogo. Namun, keduanya alangkah terkejut saat mendapati pukulan Aryanaga seperti terhalang oleh dinding tipis yang menyelim
“Pangeran tidak bertarung seorang diri. Ada aku, ada Asri,” jawab Aprilia. Ia menunjukkan telapak tangan kirinya. Ada tanda penyembuh di sana.“Asri...”“Aku tahu Pangeran yang sekarang mungkin tidak mencintainya, tetapi aku ingat bagaimana dulu Pangeran sangat tergila-gila kepadanya. Asri juga adalah calon ratu. Ia tak bisa bertempur bersama Pangeran, namun sekarang ia bertempur bersama Pangeran. Ini adalah perasaan cinta Asri untuk Pangeran.”Hati Aryanaga serasa tercubit. Dia memang pernah merasakan perasaan cinta yang mendalam kepada Asri. Perasaan bersalahnya membawa Asri ke Dunia Bawah kembali menyelimuti benaknya. Asri sudah berkorban untuknya dan ia tak ingin pengorbanan Asri sia-sia. Aryanaga menggenggam tangan Aprilia.