Sebenarnya bantuan apa yang diinginkan keduanya? Aprilia benar-benar penasaran. Dan juga bagaimana dua makhluk ini bisa percaya kepadanya begitu saja.
“Aku tahu kau pasti penasaran kenapa kami mudah percaya kepadamu, sebab tujuan kita sama. Kami harus bertemu dengan Ratu Elyana, kau juga. Kita satu tujuan,” ucap Ram.
“Dan untuk bisa ke tempat Ratu Elyana, kita harus menempuh perjalanan yang cukup jauh kalau di darat. Aku yakin kau tak akan mau melakukannya,” kata Junrei.
“Aku bisa memahami kenapa jalanan di darat sangat lama. Benua ini luas. Kerajaan Peri salah satu tempa
Aprilia setuju. Maka mereka bertiga segera bergegas untuk menuju ke salah satu stasiun pemberhentian Kepompong Raksasa tersebut. “Tutup kepalamu!” pinta Ramwock. “Kau bisa dikenali bukan dari golongan peri. Telingamu!” Aprilia buru-buru menutup kepalanya. Mereka berjalan masuk ke stasiun, setelah itu Ramwock membeli tiket yang dibayar dengan menggunakan tiga buah batu safir berwarna biru muda. Alat pembayaran di Kerajaan Peri cukup unik, karena mereka tak membayar memakai uang melainkan batu-batu berharga. Di loket tampak salah satu peri laki-laki mengamati rombongan aneh ini. Satu kelinci, satu peri dan satu orang yang tidak dikenal. Setelah tiket didapatkan mereka segera menuj
“Ada apa kau ke mari? Bukankah kau sedang dalam masa hukuman?” tanya salah satu pengawal. “Kami sudah mendapatkan Bunga Panjang Umur, jadi sesuai dengan perjanjian kami harus bertemu dengan Ratu Elyana secara langsung,” kata Junrei. “Ratu tidak bisa diganggu untuk sementara waktu,” kata salah satu penjaga. “Ayolah, kenapa tidak bisa? Kami sudah berhari-hari mencari benda ini, tapi kenapa juga masih dipersulit?” gerutu Junrei. “Kami tidak bersalah, kami sama sekali tak mencuri bahan itu. Setelah bahan itu kami cari dan ketemu pun masih tidak dianggap?”
Ramwock dan Junrei tampak termenung di dalam ruang ramuan tempat mereka biasanya bekerja. Agak aneh saja setelah lama mereka mencari benda yang dituduhkan kepada mereka, kalau mereka menghilangkannya, lalu kembali lagi ke tempat ini. Ramwock menggoyang-goyangkan kakinya. Telinga kelincinya bergerak-gerak, sambil sesekali ia menggaruk-garuk lehernya. “Menurutmu kenapa Ratu menyuruh kita berada di tempat ini?” tanya Junrei. “Entahlah, aku tak mengerti,” jawab Ramwock. “Aku makin gelisah,” ujar Junrei. “Bagaimana nasib Aprilia setelah
Ratu Elyana menghela napas. Dia memperhatikan Aprilia. Dia kemudian memberikan pedang itu lagi kepada Aprilia. “Aku tahu apa yang ingin kau sampaikan. Aku mengerti.”Aprilia menerima pedangnya kembali. “Aku hanya menyampaikan pesan Enelia kepada Yang Mulia.”“Sebenarnya di semua negara hal-hal berbau politik juga ada. Tak hanya di negeri kalian, di negeri kami juga ada. Enelia terusir, karena ada yang iri kepadanya. Dia adalah seorang pembuat senjata peri terbaik yang pernah ada di Kerajaan Peri. Hasil buatannya sangat bagus, tetapi ada orang yang tidak suka lalu memfitnahnya. Ia terusir dari tempat ini, hingga akhirnya aku sudah lama tidak melihatnya
Malam itu Aprilia tak bisa tidur, meskipun ia telah menutup matanya. Akhirnya ia hanya memejamkan matanya saja, tapi hatinya terjaga. Malam itu ia kembali teringat tentang Asri. Dia benar-benar menyesal tak bisa melindungi Asri. Padahal, Aprilia sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Ia masih tak bisa memaafkan dirinya yang tak bisa melindungi Asri. Andainya ia bisa bertemu lagi, ia akan meminta maaf kepada gadis itu. Pagi pun datang, Aprilia segera bangun dari tempat tidurnya. Dia disediakan kamar oleh istana. Kamarnya tak begitu luas, namun cukup nyaman sebenarnya. Walaupun ia tak bisa tidur, tetapi kondisi kamar membuat badannya segar. Mungkin juga pengaruh dari ranjangnya yang didesain khusus untuk memulihkan badan. Serta aroma-aroma terapi yang ada di ruangannya, yang bersum
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Aprilia. Asri mengangkat bahunya. “Aku tak tahu. Mungkin, aku di sini memang untuk bertemu dengan Kak Aprilia.”Aprilia langsung memeluk Asri. Dia sangat merindukan gadis itu. Entah ini kenyataan atau bukan, ia tak peduli. Yang ingin dilakukan Aprilia hanyalah memeluk Asri. “Ini kamu? Beneran kamu?” tanya Aprilia. Ia melepaskan pelukannya memperhatikan wajah Asri. Wajahnya sama. Perawakannya sama. “
Aprilia sekarang sendirian. Ruangan putih itu pun perlahan-lahan menghilang, pudar seperti terhapus begitu saja. Aprilia kembali berada di dalam kegelapan. Hanya terdengar suara gemercik air terjun. Ia pun melangkah kembali ke asal suara air terjun tersebut. Ada perasaan lega setelah bertemu dengan Asri tadi. Memaafkan diri bukanlah hal yang mudah. Menerima kelemahan diri, membuatnya makin menjadi kuat. Ia sadar kelemahan dirinya, ia pun kini bertekad untuk terus melangkah maju, meskipun terlihat hal itu tidak mungkin. Mungkin memang Kerajaan Peri tak bisa membantunya, tetapi semua pasti ada jalan. Ia tak akan menyerah begitu saja. Pasti ada jalan lain. Aprilia kembali keluar dari air terjun. Sang ratu tampak sedang duduk di atas batu sambil dikelilingi dua ekor rusa bertanduk. Rusa-ru
Bandi kemudian singgah di pub. Pub terlihat ramai dengan berbagai macam orang di dalamnya. Segala macam ras ada di dalam pub tersebut. Mulai dari manusia, ras naga, krull, goblin hingga berbagai macam makhluk bertubuh separuh manusia, separuh hewan. Penjaga pub memmperhatikan Bandi yang baru masuk. Pub lumayan ramai, meskipun di luar keadaannya lengang. Bandi menghampiri penjaga pub sambil mengambil tempat duduk yang kosong di depannya. “Satu sloki minuman energi,” ucap Bandi. “Lima Koruna,” ucap penjaga pub.