Bintang mengerjakan matanya. Kedua matanya terlihat bergerak-gerak dengan bibir menahan senyum. Ada rasa takut yang menggelayut tapi rasa ingin mendekat pada pria itu jauh lebih besar. Setiap kali melihat Bintang selalu merasa lelaki itu adalah papanya. Dan ketika telinganya baru saja mendengar pria dewasa itu menyebut dirinya "papa" ada rasa yang membuncah dalam dada bocah berusia 6 tahun itu. Bintang ingin berlari menumpahkan kerinduannya pada sosok papa selama ini. Namun dia tak berani membuat mamanya kecewa karena sepertinya mamanya tidak menyukai lelaki dewasa itu."Bintang! Sini, Nak! Ini Papa!" ulang Fatan.Aina langsung mendelik ketika pria itu dengan lancang membujuk Bintang. Bahkan tanpa izin Fatan memberi tahu Bintang siapa dirinya. "Mama, benarkah dia papaku? Kata Mama Papaku sudah di surga. Kenapa Om ini selalu bilang dia papaku?" Bintang menatap mamanya dan Fatan bergantian."Tolong jangan memberi harapan palsu pada anakku! Anda tahu di mana jalan keluarnya kan?" Aina
Sejak kebersamaannya dengan Bintang beberapa hari lalu, lelaki yang memiliki wajah tampan dan badan tegap itu menjadi tak tenang. Rasa rindunya pada Bintang semakin menggebu hingga bekerja pun sering tak fokus. Diam-diam Fatan mengirim mata-mata untuk mengabadikan setiap momen yang dilalui Bintang.Sebuah notif pesan masuk ke ponsel Fatan. Pria itu segera melihat nama pengirim dari pop up yang muncul di lancar. Senyumnya mengembang sehingga ketampanannya meningkat berkali-kali lipat. Sebuah video Bintang tengah bermain di time zone berputar di layar ponselnya. Di sana Bintang tengah melempar bola ke ring basket bersama mamanya. Namun tiba-tiba seseorang datang mendekat dan berbicara dengan Bintang. Selanjutnya orang tersebut bermain bersama Bintang sedangkan Aina memilih untuk mundur dan membiarkan Bintang bermain dengan orang itu. Tatapan Fatan menahan ketika wajah pria yang bermain dengan putranya terekam dalam video tersebut. Pria itu terlihat akrab dengan Bintang dan itu membuat
Berita yang akhir-akhir memenuhi laman utama sampai juga pada Sarah. Istri dari pengusaha nomor 1 di negeri ini yang berprofesi sebagai seorang modal itu tak percaya dengan berita yang baru saja ia terima. Namun semakin dia membaca berita-berita tersebut, Sarah tak bisa untuk tinggal diam.Dia tahu anak itu adalah anak yang pernah dibicarakan oleh Fathan sebelum dia pergi. Awalnya dia berpikir suaminya hanya bercanda soal anak yang baru diketahuinya itu. Namun melihat video yang beredar membuat kepercayaan diri Sarah sedikit menurun."Aku harus kembali ke Indonesia," ucap Sarah pada manajernya."Apa kamu gila? Kontrak kerjasama Kita baru berjalan setengahnya. Kalau Kamu nekat pulang hari ini maka kerugian besar kamu akan menanggungnya. Aku juga tidak bisa bertanggung jawab jika sampai banyak kontrak kerjasama yang diputus secara sepihak. Dan kamu pasti tahu apa yang akan terjadi, kan?" Sang manager berdiri mendekati Sarah yang tengah dirias oleh seorang MUA."Kamu lihat berita ini kan
"Papa! Papa ada di sini? Mau jemput Bintang, ya?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Bintang membuat Aina memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut-denyut.Semenjak sering bermain bersama Fatan, Bintang menjadi lebih ceria sekarang. Meskipun sebelumnya tidak terlihat tidak bahagia, tapi sekarang jauh lebih bahagia. Wajahnya berseri-seri. Bahkan ketika hendak tidur dengan bangganya dia menceritakan Fatan pada Aina.Lain Aina, lain pula Fatan dalam merespon Bintang. Pria itu justru merasa menang karena Bintang lebih memilih mendekat padanya daripada pada mamanya. "Iya, Papa ke sini untuk menjemput jagoan Papa. Bintang mau ke mana hari ini?" Fatan yang semula tidak ada niat untuk jalan bersama Bintang menjadi memiliki ide untuk kembali mengajaknya bermain. Dia ingin menunjukkan pada dunia kalau Fatan bukan pria mandul yang tidak bisa mendapatkan keturunan. Bintang menatap Mamanya seolah ingin meminta persetujuan. Meski dia sangat senang bermain bersama dengan Fatan, tapi bocah itu juga tak
"Sarah! Kamu mau ke mana?" teriak Eliana.Sarah menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menoleh pada managernya. Hanya sesaat tatapan mata mereka bertemu karena Sarah segera memutus kontak diantara mereka."Aku harus pulang ke Indonesia." Sarah menutup kopernya. "Aku harus menyelamatkan rumah tanggaku, El."Eliana tertawa sumbang. Menatap Sarah dengan tatapan mengejek. Wanita itu memang tidak pernah berbasa-basi dengan Sarah karena semua kartu As Sarah sudah dia pegang."Menyelamatkan rumah tanggamu? Sejak kapan kamu peduli dengan rumah tanggamu, Sarah? Bukankah kamu lebih asik sama simpanan berondongmu itu?" Eliana tak lagi bisa mencegah Sarah. Wanita itu kalau sudah memiliki kemauan, sangat sulit untuk digoyahkan. "Jangan salahkan aku kalau ke depan jobmu makin sepi. Dan lagi Kamu harus bayar ganti rugi karena sudah menyalahi kontrak." Eliana menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi sembari mengamati gerak-gerik Sarah. Sarah membanting tubuhnya di sebelah Eliana. Tatapannya menerawang
"Kalau kamu tidak percaya tanyakan saja pada Rumah Sakit tempat di mana kamu mau melaksanakan inseminasi 6 tahun yang lalu. Kamu tidak jadi melaksanakannya karena mendadak harus pergi, kan? Ternyata dokter melakukan kesalahan dan menyuntikkan benih kepada seorang gadis yang berada di antrian setelahmu. Dari sana ternyata tumbuh anakku." Fathan bisa melihat raut penyesalan di wajah istrinya. Entah dia benar-benar menyesal karena tidak bisa melahirkan anak untuk Fathan atau menyesal karena ternyata ada wanita lain yang menggantikannya. Pasalnya Sarah tidak benar-benar ingin memiliki anak dari Fathan. Setelah mengatakan hal itu Fathan memilih untuk masuk ke dalam mobil dan meninggalkan istrinya. "Dokter sialan! Arrgghhh!" Sarah menendang pot bunga yang ada di sampingnya hingga terguling dan pecah. Meski begitu Sarah masih tetap tidak bisa mempercayai ucapan suaminya sebelum dia membuktikan sendiri. Wanita itu segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Menghubung
Anda saat ini Aina tidak menggunakan sadar pasti sudah terlihat kalau wajah wanita itu memerah karena sedang menahan malu. Gugatan benar-benar membuat Aina ingin menceburkan diri ke danau agar tidak bisa dilihat orang lain. Sudah berulang kali diberi peringatan untuk tidak menemuinya sendiri tapi pria itu masih saja nekat."Aina!" Fatan sengaka mengeraskan suaranya agar semua yang ada di sana tahu kalau Aina sudah dia tandai."Maaf, Tuan Fatan saya masih ada urusan. Permisi, assalamualaikum." Aina mengabaikan tatapan para guru yang ingin tahu. Wanita bercadar itu memilih untuk berjalan cepat meninggalkan Fatan yang seolah sengaja ingin membuatnya malu.Fatan melihat sekeliling dan benar saja, semua guru berhenti dan menatapnya dengan tatapan aneh. Namun ketika dia memasang wajah datar seperti biasanya, mereka kompak menunduk hormat. Mungkin baru sadar bahwa orang yang mereka perhatikan sejak tadi adalah Fatan sang pebisnis sukses."Mari, Tuan kami duluan," pamit Bu Linda diikuti yang
Lelaki itu mengepalkan tangannya di samping tubuh. Menatap kepergian Aina dengan tatapan tajam. Sudah cukup Fatan bersabar dan mengikuti alur selama ini. Dia tak mau membuang waktunya lagi. Dengan kesal, Fatan membanting pintu mobilnya lalu melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di rumah, Fatan segera naik ke kamarnya. Namun dia dikejutkan dengan keberadaan Sarah yang duduk di atas ranjang dengan posisi menantang. 0akaiannya yang cukup seksi membuat wanita itu terlihat sangat menggoda. Jika dulu, Fatan akan langsung menerkam wanita itu. Namun sejak tahu dirinya memiliki Bintang dan terbiasa mengejar Aina, rasa itu makin memudar. Terlebih dengan sikap Sarah yang makin lama makin membuatnya muak. Entah mengapa dia butuh waktu selama ini untuk menyadari sifat Sarah.Wanita itu berdiri mendekati suamiya, berniat untuk membantu melepaskan jas Fatan. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur pernikahan mereka. Fatan selalu mengerjakan semuanya sendiri sedangkan Sa