Diana memulai ceritanya, “Pine adalah anak yang sejak kecil memiliki penyakit kelainan jantung. Orang tuanya tidak mengurusnya dengan baik dan tidak juga dengan memberikannya obat-obatan. Jadi, aku ke Bunga Malam untuk bekerja sebagai asisten dokter ini untuk mendapatkan obat untuk Pine.”
"Bunga Malam...? Kau semacam peri?" tanya Rai tidak mengerti.
"Bunga malam adalah tempat bagi para kupu-kupu malam. Tepatnya itu adalah rumah bordil yang besar, tempat bagi para wanita menjual tubuhnya."
Rai terkejut mendengarnya, "Hah? Tempat seperti itu? Lalu kenapa juga ada dokter di sana?"
"Dokter itu kenalanku. Dia di sana untuk mengobati dan memberikan vaksin rutin kepada para kupu-kupu malam. Walaupun terdengar sederhana, sebenarnya dia dokter yang hebat. Dia juga berasal dari keluarga yang turun-temurun dan dari generasi ke generasi menjadi dokter."
"Lalu...?"
"Saat di malam hari aku menyelinap keluar untuk belajar padan
Karena rasa penasaran, akhirnya Iki mendatangi Al yang sedang berada di ruangannya. "Al, siapa manusia itu?" tanyanya dengan tidak sopan.Al yang sedang duduk di jendela pun hanya menoleh tanpa mau menjawab. "Manusia itu akan berada dalam bahaya jika berdekatan dengan Ika," lanjut Iki.Al menghela napasnya, "Kenapa kau ribut sekali, tidak bisakah kau tenang sedikit?" balasnya. "Dia adalah Gail. Rai mengenalnya. Dia berada di sini atas perintah Kevin, dan juga Rai memintanya untuk menyelidiki tentang Aima.”Kening Iki mengerut, bingung dengan perkataan Al yang tiba-tiba menyinggung tentang Aima. "Aima? Menyelidiki Aima? Bukankah itu kerajaan yang telah runtuh? Untuk apa? Dan jika memang harus, kenapa bukan kau yang melakukannya? Dia hanya seorang manusia.""Kenapa juga aku harus memberitahukannya ke anak kecil sepertimu?" sinis Al."Baik, aku akan mengajak Ika untuk menemui manusia itu. Aku penasaran apa yang akan diperbuat ol
"Setiap sebulan sekali Benedict akan datang berkunjung ke Raltz, dan sejak umur lima tahun kami akan selalu dibawa paksa olehnya ke dalam ruang bawah tanah tempat Pangeran Zahra tertidur,” Iki memulai ceritanya.“Pada awalnya Ben tidak melakukan apapun pada kami, dia hanya mengurung kami selama seharian penuh di sana. Tapi, satu tahun kemudian dia mulai melakukan hal-hal gila.""Dia mengambil darah wanita itu dan darah kami, lalu mencampurkannya jadi satu. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan dengan campuran darah tersebut. Pada tahun berikutnya dia mulai menyuntikkan darah wanita itu ke tubuh kami.”“Selama melakukan hal tersebut, Dominic selalu ada di sana. Dia hanya mengawasi dalam diam, dan Kevin tidak bisa melakukan apapun, dia tidak berada di posisi untuk dapat memberontak.""Dari apa yang kami tahu. Pangeran adalah vampir pertama yang lahir. Dia merupakan vampir berdarah murni yang memiliki kemurnian seratus
Iki menghela napasnya, dia tahu bahwa inilah yang akan terjadi jika mereka menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Jika Rai yang mendengar ini, sudah dapat dipastikan, Raltz akan dibinasakan sekarang juga."Ika benar-benar hilang kendali. Dia menyerang dan menggigit semua orang yang ada di sana. Tidak hanya wanita itu, bahkan vampir juga diserangnya. Tapi aku berhasil menghindar. Kemudian Ika menyerang Pangeran dan menggigitnya, tapi Dominic segera menghentikan perbuatan ini. Membuat Ika menjadi marah besar,” Iki kembali melanjutkan."Ika kemudian berlari ke luar, dan membaui udara. Aku mengikutinya, larinya begitu cepat, dan dia menuju ke Kastel Raltz. Keadaan menjadi kacau. Dia menyerang semua orang tanpa terkecuali. Kevin memanggil para prajurit untuk menangkapnya, dan setelah menumbangkan banyak prajurit, Ika akhirnya berhasil ditangkap.”“Dalam posisi seperti itu, aku melihat Benedict dan Dominic datang. Aku merasakan bah
Hari ini adalah hari pernikahan antara Kevin dan Pine. Seharusnya ini hari yang membahagiakan, tapi malah sebaliknya, tidak ada suara suka cita, yang ada hanya ketegangan.Para pelayan sibuk ke sana kemari mempersiapkan semuanya. Para prajurit pun melakukan yang sama. Namun, ini bukan tentang pernikahan tetapi mereka sibuk mempertahankan diri terhadap invasi yang dilakukan oleh Dominic.Sementara itu, Kevin, Pine, Julio, dan Vero sudah berangkat menuju tempat pernikahan. Sepanjang jalan, Pine hanya terdiam, ia sama sekali tidak mengetahui tempat yang akan tuju, Kevin pun enggan memberitahunya.Pine hanya mengetahui bahwa lokasi pernikahan mereka masih berada wilayah kastel ada di bawah tanah. Jalan yang Pine lalui pun terasa asing dan Kevin terus memberikan senyuman untuk menenangkannya.Sebelum pergi, Vero memerintahkan anak buahnya untuk melindungi kastel, dia sendiri tidak memberitahukan ke mana ia akan pergi. Setelah itu, mereka semua
Ketika Julio membuka sebuah pintu besar tua, Pine langsung terperangah. Bagaimana tidak? Ternyata dibalik pintu besar tua ini terdapat sebuah ruangan yang keseluruhannya dipenuhi oleh es. Dingin namun sangat indah."Terkejut...?" tawa Kevin, "Ini adalah taman bermainku. Aku biasa menghabiskan waktu di sini.”"Atau lebih tepatnya kabur lalu melarikan diri ke sini," timpal Julio.Pine tertawa geli, dia benar-benar menikmati apa yang dilihatnya, sejenak melupakan kekhawatirannya. Ruangan yang diselimuti es, balok-balok es yang terdapat lilin yang menyala di atasnya, dan sebuah pintu es besar dengan ukiran kristal es. Semuanya membuat Pine benar-benar takjub.Sesaat setelah Julio membuka pintu es besar, Pine semakin terperangah. Dia dihadapkan dengan sebuah gereja kecil, bangku-bangku yang terbuat dari es, dan cahaya kebiruan yang terpancar dari es ini membuatnya tidak bisa berkata apapun lagi.Di depan mereka sudah ada pendeta y
Rai menatap Diana marah, "Kau tuli!? Aku sudah bilang lupakan tindakan bodohmu!”"Aku yang bodoh atau kau?" tanya Diana.Rai menghela napas dalam-dalam. Lebih dari siapa pun, ia mengetahui bahwa baik dirinya atau Diana sama-sama keras kepala. Parahnya, keras kepala Diana jauh melebihi miliknya. Membuat setiap perbincangan mereka akan selalu diakhiri dengan pertengkaran.Dengan wajah yang penuh kepasrahan Rai berkata, "Baik, baik, baik. Aku memang belum memakan apapun, dan seperti apa yang kau katakan, sekarang aku merasa tenggorokanku sekering gurun sahara.”Rai kemudian mengangkat telunjuk yang berdarah milik Diana, "Aku akan makan. Tapi tidak sekarang. Kau mengerti?"Diana hanya melihatnya, “Aku menyukainya.”“Aku tidak mengerti.”Tangan Diana terulur dan menyentuh wajah Rai, menariknya mendekat. “Warna merah darah ini… Aku menyukainya. Terlihat cantik.”
Daerah netral merupakan daerah tengah dari empat penjuru arah mata angin mewakili masing-masing kekuasaan wilayah klan dan dunia manusia. Setiap arah mata angin memiliki para prajurit penjaganya masing-masing dan mereka adalah vampir, berjumlah sekitar dua atau lima vampir dengan satu vampir menjadi komandannya.Namun, ketika Rai dan Diana telah sampai di daerah netral, mereka sama sekali tidak menemukan satu vampir prajurit penjaga pun. Membuat Diana yang melihatnya jadi bertanya-tanya.“Haltz, Waltz, dan Antro memang sedang bertarung, jadi ini tidak aneh jika perbatasan mereka tidak ada yang menjaganya. Namun untuk Waltz... bukankah ini aneh? Apa mereka juga ikut terlibat dalam konflik?” tanya Diana."Aku tidak tahu tentang itu. Waltz adalah klan yang tertutup, dan aku sangat jarang berkomunikasi atau mengetahui sesuatu tentang mereka. Tapi yang aku yakini, mereka tidak terlibat dalam konflik ini."Diana memandangnya, &ldquo
"Ya, ya, ya. Kita tidak akan ke kastel. Tempat itu sekarang pasti sudah menjadi arena pertempuran. Pine dan Kevin tidak akan ada di sana, mereka ada di utara,"Rai kemudian menatap Diana, "Jangan jauh-jauh dariku, atau kau hanya akan menambah masalah." Tapi Diana tidak merespons, dia malah melihat Rai dengan tatapan kosong."Ada apa lagi?" tanya Rai menyadari tingkah laku Diana yang aneh."Aku memiliki firasat yang buruk," jawab Diana.***Di dalam gua yang diselimuti es, pendeta melakukan pemberkatannya pada Pine dan Kevin. Pemberkatan ini merupakan sesuatu yang sangat sakral, namun juga sekaligus menjadi awal bagi perubahan Pine dari manusia menjadi vampir.Rai memang mengatakan pada Diana bahwa Pine akan diubah menjadi vampir jika keadaan mendesak. Tapi Kevin tidak mengatakan seperti itu. Dia memberikan pilihan pada Pine dengan segala penjelasan juga konsekuensinya, dan Pine memilih untuk mengu
Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s
Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “
Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..
Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men
Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par
Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya
Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir
Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann
Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d