"Ya, ya, ya. Kita tidak akan ke kastel. Tempat itu sekarang pasti sudah menjadi arena pertempuran. Pine dan Kevin tidak akan ada di sana, mereka ada di utara,"
Rai kemudian menatap Diana, "Jangan jauh-jauh dariku, atau kau hanya akan menambah masalah." Tapi Diana tidak merespons, dia malah melihat Rai dengan tatapan kosong.
"Ada apa lagi?" tanya Rai menyadari tingkah laku Diana yang aneh.
"Aku memiliki firasat yang buruk," jawab Diana.
***
Di dalam gua yang diselimuti es, pendeta melakukan pemberkatannya pada Pine dan Kevin. Pemberkatan ini merupakan sesuatu yang sangat sakral, namun juga sekaligus menjadi awal bagi perubahan Pine dari manusia menjadi vampir.
Rai memang mengatakan pada Diana bahwa Pine akan diubah menjadi vampir jika keadaan mendesak. Tapi Kevin tidak mengatakan seperti itu. Dia memberikan pilihan pada Pine dengan segala penjelasan juga konsekuensinya, dan Pine memilih untuk mengu
Kevin mengambil suntikan dan mengisinya dengan sisa darah yang ada di cawan. Dia mencoba mendorong isi suntikan sebelum berniat menyuntikkan isinya ke pembuluh darah Pine.Sebelumnya, Kevin sendiri sudah menjelaskan cara kerja upacara perubahan yang akan ia lakukan ke Pine, dan ada lima tahapan proses sebelum seorang manusia akan menjadi vampir seutuhnya.Yang pertama adalah manusia harus meminum setengah dari isi dari cawan darah yang merupakan gabungan dari ketiga darah milik masing-masing pemimpin klan vampir.Hal ini dilakukan agar manusia tersebut mendapatkan energi dari darah vampir, karena bagi manusia, darah vampir memiliki efek yang sangat kuat. Hal lainnya, darah tersebut juga berguna untuk mengurangi dampak rasa sakit dari perubahan yang akan terjadi.Yang kedua adalah menyuntikkan sisa dari isi cawan darah ke tubuh manusia tersebut. Darah vampir merupakan parasit. Mereka akan mengambil alih tubuh dan mengubah fungsi fisiologis
Gail mengedarkan pandangannya. Ia sudah berada di luar bangunan namun semenjak dia berada di mulut bangunan, telinganya mendengar suara-suara aneh. Ia tidak takut hantu, tapi yang ia takutkan adalah suara ini berasal dari pihak lawan atau dengan kata lain, vampir.Dengan waspada, dia terus memegang botol pemberian Al. "Aku yakin mendengar sesuatu sejak tadi," pikirnya.Suara tersebut seperti suara orang berjalan, cara berjalan yang sangat kasar, dan suara ini menggema sampai ke dalam bangunan. Gail lalu memasukkan kamera ke dalam tasnya dan berjalan sangat perlahan, mencoba tidak membuat suara apapun.Krrassh...!Sebuah suara kencang mengejutkannya, menggema ke seluruh ruangan dan terdengar oleh telinganya. Gail terkejut, ia langsung merunduk dan berjalan perlahan mencari tempat aman."Apa itu!? Sial...! Jantungku akan benar-benar pindah posisi!" omel Gail dalam hati.Dak! Dak! Dak!
Rai mengangkat telunjuknya dan mengarahkannya tepat ke Diana, “Dengar! Aku memiliki hak untuk memanggilmu dengan panggilan apapun, dan kau tidak bisa melarangnya!”“Atas dasar apa kau berbicara seperti itu?”“Atas dasar hak asasi vampir!” balas Rai dan langsung membuat Diana tertawa terbahak-bahak.“Kenapa kau tertawa?” kesal Rai.“Kau pikir aku tidak tahu. Kalian para vampir tidak memiliki hak asasi vampir. Yang kalian miliki hanya aturan yang dibuat oleh Harawaltz, dan aturan tersebut adalah mutlak!”Rai menggeram, “Siapa yang mengatakan hal itu?”“Hmm... salah satu pelayanmu, tapi aku tidak tahu namanya, karena dia terus menolak memberitahukan namanya.”“Sial!” maki Rai. “Cepatlah berjalan! Aku lelah berdebat denganmu,” dan Rai berjalan secepat mungkin meninggalkan Diana.“Huh... dasar vampir lem
"PINE!" teriak Kevin melihat wanita yang dicintainya tidak berdaya menahan rasa sakit. “Sial! Siapa vampir sialan ini!? Jika perubahan ini tidak segera diselesaikan maka Pine akan dalam bahaya!Vero dan Julio melesat ke vampir ini, mengerahkan semua tenaga mereka untuk melawannya. Namun, semua sia-sia. Dia benar-benar kuat. Dengan mudah dia membalas serangan mereka, membuat luka terbuka di bagian tangan Vero dan juga luka terbuka di bagian dada Julio.Kevin tidak tinggal diam, dia langsung maju menyerang dan mencekik vampir ini. Tapi ini bukanlah kemenangan. Vampir asing ini langsung membalas dengan memukul tangan Kevin menggunakan lengannya.Ia juga menendang Kevin kembali, tapi kali ini Kevin berhasil menghindar. Kevin menangkap kaki vampir ini dan melemparkannya ke dinding. Lemparan yang cukup kuat hingga membuat tembok es tebal ini retak.Napas Pine mulai tersengal-sengal. Tubuhnya merasakan rasa sakit yang teramat sang
Rai yang sedang berjalan tiba-tiba saja berhenti, membuat Diana dengan sukses menabrak punggungnya. "Ssttt...!" seru Rai sebelum Diana sempat protes.“Jangan berhenti mendadak dan menyuruh orang lain untuk diam padahal kau yang salah!” omel Diana tidak peduli.Tapi Rai tetap tidak meminta maaf, ia kemudian melirik ke samping. Melihat adanya pergerakan, tanpa aba-aba, Rai langsung menggendong Diana di bahunya, dan berlari secepat mungkin. Membuat wajah Diana membeku karena terkena udara dingin yang menghantam wajahnya begitu saja.“Oi! Aku bisa menjadi es kalau seperti ini!” protes Diana.Namun, Rai tidak berkata apapun, dia hanya berlari dan terus berlari. Diana heran, maka manusia ini pun terus bertanya tapi Rai sama sekali tidak menjawab. Vampir ini malah terus berlari dan berlari.“Sialan! Siapa dia? Kenapa auranya kuat sekali!” batin Rai merasakan firasat buruknya semakin menjadi-jad
Hamparan salju yang luas seakan tidak pernah terlewati, secepat apapun Rai berlari, ia masih saja bisa melihat salju di mana pun. Namun dari kejauhan, ia bisa lihat gua yang diceritakan oleh Kevin kepadanya.Rai terus berlari menuju gua tersebut, tapi ia langsung terhenti ketika matanya menangkap sosok mayat sang pendeta. “Ini jelas bukan pertanda yang baik,” batinnya.Rai menurunkan Diana, Diana yang tidak terlalu siap untuk menyentuh daratan langsung terjatuh begitu saja. Namun Rai tidak merasa bersalah, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan juga menajamkan pendengarannya.Rai pun memegang erat-erat dahan pohon yang ia patahkan sebelumnya. Diana hanya diam melihat tingkah laku vampir ini, karena ia pun tahu bahwa ada vampir lain yang sedang mengincar mereka.Wsshhh! Tab!Tanpa aba-aba, Rai melemparkan dahan pohon bagaikan anak panah, yang dengan sukses menancap ke tubuh Rena yang sedan
Dak!Rai melesat maju dan langsung menendang Dominic hingga terpental jauh ke belakang. Sedangkan Diana tidak berekspresi apapun. Ia hanya menunduk, menatapi salju-salju."Apa yang sedang dia lakukan, hah?!? Apa dia baru pertama kali melihat salju? Apa dia sekarang menjadi gila?!?" pikir Rai karena Diana masih saja bersikap aneh. "Tapi aku tidak punya waktu untuk berbicara dengannya. Jika aku lengah, dan manusia itu akan berada dalam bahaya."Di sisi lain, Rena mematahkan dahan pohon yang menembus tubuhnya karena dia tidak bisa begitu saja mencabutnya, atau darah hitam akan langsung keluar dari luka terbukanya.Meski demikian, Rena tidak akan mati. Ia memang vampir dan hidup abadi, maka kematian adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tapi tetap saja, luka seperti ini akan melemahkannya.Rena tidak menyangka bahwa dahan pohon yang vampir ini patahkan sebelumnya akan dipergunakan untuk menembus tubuhnya seperti
"Huukkkhhh...!" suara pria ini tercekat ketika Gail langsung saja menubruk lalu memeluknya dengan sangat erat. "Oh Tuhan...! Aku tidak menyangka akan bertemu seorang pria tua di sini," ujar Gail sangat senang. Pria ini memberontak sangat kuat, namun tenaganya kalah jauh dengan Gail yang masih berusia muda ini. Tidak ada pilihan lain, dia harus melakukan sesuatu walaupun hal yang dilakukannya akan sangat menyakitkan. Dak! "Akh...!" Gail beringsut, tubuhnya perlahan jatuh lemas ke bawah, kedua tangannya degan sigap memegang bagan aset terpenting dari tubuhnya. "Ngghh...!" tidak ada ucapan apapun selain erangan. Gail benar-benar merasakan sakit, dan hanya bisa memandang pria tua di hadapannya dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Huh... Kenapa kau ada di sini?" tanya pria ini tanpa rasa bersalah setelah melihat wajah Gail dengan jelas. Tapi Gail masih berkutat dengan dirinya sendiri, berusaha menekan dan men
Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s
Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “
Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..
Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men
Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par
Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya
Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir
Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann
Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d