BAM!
Rena menghantamkan tubuh Dominic ke pohon yang berada di sana, membuat salju-salju yang berada di dahan-dahan tidak berdaun jatuh menimpa mereka. Rena menatap Dominic penuh amarah.
“Sekarang kau malah membuat pakaianku basah,” Dominic langsung menyingkirkan tubuh Rena ke samping dengan kasarnya. Tidak memedulikan emosi Rena yang siap memakan dirinya.
Rena menggeram, ia mengambil segenggam salju dan melemparkannya tepat mengenai kepala bagian belakang Dominic. “Sampai kapan...!? Sampai kapan kau terus tidak melihatku!?”
“Aku melihatmu. Kau yang buta.”
“Tidak, Dominic. Kau tidak pernah melihatku.”
“Aku tidak punya waktu untuk berdrama,” Dominic melangkah pergi.
Rena mengepalkan tangannya erat, “Aku sudah berjuang melebihi kemampuanku. Aku bahkan rela mengandung anakmu tanpa pernikahan. Bukankah ini saatnya kau melihatku dan membuang wanita s
Sebuah kafe dengan nuansa hangat menyambut Diana. Manusia ini langsung saja mengedarkan pandangannya ke sekeliling bangunan dan menebak-nebak alasan mereka berdua ada di sini."Kafe...? Untuk apa kita di sini?" tanya Diana seraya memijit kakinya yang letih karena sudah berjalan kaki cukup jauh.Rai menempatkan tangan kanannya di punggung Diana dan mendorongnya pelan, "Ayo masuk," ucapnya tanpa menjawab.Kring...Suara lonceng pintu terdengar ketika Rai membukanya. Sang pemilik yang sedang berada di balik meja bar melihat kedatangannya dan langsung berteriak memanggil seseorang."Josh!" teriak wanita tua ini dan orang yang dipanggil pun langsung menuruni tangga.Josh terkejut dengan apa yang dilihatnya, "Ya-ya... Yang M...—"Rai langsung bergerak cepat menutup mulut Josh, "Shh...!" desisnya.Josh mengangguk mengerti. Namun sekali lagi dia langsung terkejut manakala Diana mendekat ke arah mereka da
Rai kembali ke kursinya dan duduk di sana, "Membingungkan, bukan? Aku bahkan tidak percaya.”"Lupakan. Katakan apa rencanamu.”Dengan manik mata yang masih berwarna merah darah, Rai memandang lekat-lekat wanita yang berdiri di hadapannya ini, "Benedict tidak akan menyerang. Melainkan anjingnya yang akan menggigit.""Apa maksudmu?""Dominic dan pasukannya akan melakukan intervensi ke Raltz saat pernikahan dimulai. Target utamanya adalah kau dan Pine. Rencananya sangat sederhana, kami hanya butuh menjauhkan kau dan adikmu untuk sementara waktu.”"Kevin, ini nama dari pemimpin Raltz bukan? Dia masih terluka, terlebih pasukannya juga memiliki luka yang cukup banyak dari peristiwa waktu itu. Pine tetap dalam bahaya," jelas Diana."Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mengirim pasukanku ke sana di bawah komando Vero, dan Al akan tinggal di Haltz untuk menjaga Riki dan Rika.""Siapa Vero? Lalu bagaimana dengan Ke
Drrtt...Rai bangkit dari tempat duduknya dan langsung memeluk Diana. Tentu saja wanita ini meronta sekuat tenaga. Tapi Rai tidak menyerah, dia terus memeluknya hingga wanita ini berhenti melawan."Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan menyerah atasmu atau siapa pun. Dengan segala cara, Pine akan tetap aman. Aku pastikan itu, dan ini adalah janjiku. Aku tahu dia adikmu, tapi berpikir jernihlah sedikit. Kau pikir Pine akan senang jika kau mengorbankan diri untuknya. Kau pikir setelah itu Pine akan hidup seperti biasanya?”Diana menatap manik mata Rai yang sekarang telah kembali menghitam. Dengan manik mata berwarna biru yang basah oleh air mata, Diana menatap Rai dan mencermati setiap perkataan yang dilontarkan oleh sang pemimpin klan vampir Haltz ini."Aku vampir dan kau manusia, tentu tidak ada alasan yang membuat aku harus mati-matian melindungimu. Tapi kau harus tahu, bagaimana pun aku merasakan keterikatan yang kuat atasm
“Ann... minggirlah sedikit, aku tidak bisa melihatnya,” bisik Josh."Ssttt... Josh! Kau terlalu berisik," balas Annie dengan suara sangat pelan sambil memegang nampan berisikan minuman dan makanan."Bagaimana aku bisa diam, jika dia melakukan sesuatu seperti itu! Dia berlutut Ann! Berlutut di hadapan wanita! Terlebih manusia!"Ann langsung menjejalkan kue ke mulut Josh untuk membuatnya diam. Sedetik kemudian, mata mereka seperti akan keluar ketika tiba-tiba saja Rai sudah berdiri di hadapan mereka.Dengan canggung, Annie hanya bisa tersenyum, sedangkan Josh mengunyah kue yang ada di mulutnya seraya menghindari bertatap muka dengan vampir ini. Di sisi lain, Diana menghela napas, berusaha mengatur emosinya.Dengan tangan yang berlipat dan juga tubuh yang bersandar pada tembok, Rai bertanya, “Apa yang sedang kalian lakukan?”“Mengantarkan makanan dan juga minuman,” Josh tersenyum canggung ser
"Tidak bisakah kau diam, Josh? Jangan sembarang memberikan penilaian kepada orang lain!" omel Ann."Ya, ya, ya...""Aku tidak mengerti yang apa yang terjadi, dan aku rasa akan memakan waktu cukup lama jika Yang Mulia menjelaskannya. Aku hanya akan bertanya pada intinya, untuk apa Yang Mulia datang ke sini?" tanya Ann pada Rai"Aku membutuhkan sebuah mobil, dan mungkin sedikit bekal untuknya,” jawab Rai seraya menunjuk Diana."Baik, akan kami persiapkan.""Mungkin kau juga bisa mengganti pakaiannya," komentar Rai karena pakaian yang dikenakan Diana cukup mengundang perhatian, sebuah gaun hitam legam yang membuatnya tampak seperti penyihir."Hmm... aku punya beberapa gaun untuknya. Tapi ini adalah sebuah gaun pendek, dengan potongan selutut. Apa tidak apa-apa?""Ya, kenakan apapun padanya selama dia menyukainya.”Ann mengangguk mengerti, "Dion, bisakah kau ikut aku sebentar?" dan Diana pun menurut.
"Sebenarnya, Yang Mulia memberikan kami rumah yang lebih besar dari ini, tapi kami menolaknya. Walaupun dia terkenal kejam, tapi sebenarnya dia adalah vampir yang baik hati. Bahkan setiap bulannya dia selalu mengirimi kami uang dengan jumlah yang cukup banyak," kata Ann seraya membongkar pakaian lamanya, sementara Diana, ia suruh duduk di tempat tidur."Dan ya, aku tidak pernah melihat Yang Mulia bersikap seperti itu sebelumnya. Tapi yang aku tahu, jika ada seseorang yang menarik perhatiannya, maka dia tidak akan sungkan-sungkan untuk menarik orang tersebut ke sisinya,” tambah Ann.Diana mendengarkan dengan saksama, lalu terlihat berpikir, "Bagaimana kalian mempunyai hubungan dengannya? Seorang manusia dengan seorang vampir? Bukankah itu sedikit—“"—Aneh?" timpal Ann, "Atau menyeramkan?”Ann tertawa, “Sama sepertimu, dua puluh tahun yang lalu, aku adalah makanannya. Tepat sehari sebelum aku dimakan, Jos
"Kamu setuju?" Kevin bertanya ulang dan Pine kembali mengangguk. "Ini tentang mengubahmu menjadi vampir, dan aku bahkan belum tahu apakah kakakmu menyetujuinya atau tidak," lanjut Kevin. "Vin, aku memang mengucapkan janji untuk selalu berada di sisimu dan mencintaimu di saat aku sedang hilang ingatan. Janji adalah janji, dan aku tidak akan melupakannya atau mengingkarinya." "Aku tahu. Tapi ini adalah tentang kehidupanmu. Dengan tetap menjadi manusia pun kamu bisa tetap bisa berada di sampingku." "Vin..." Pine menggenggam erat tangannya, "Aku tidak mau membuat masalah lebih banyak lagi. Dengan menjadi vampir aku melindungi kalian semua. Setidaknya aku bisa membantumu, dan Kak Dion tidak harus terus mengorbankan dirinya," dan Pine kemudian terdiam. “Ada apa? Sudah aku katakan, kau boleh menolaknya,” tukas Kevin. Pine menggeleng, ia kemudian mengambil napas dalam-dalam. “Maukah kamu mendengar kisahku? Cerita yang terjadi
"Setiap hari aku selalu menghabiskan waktu dengannya, bermain permainan apapun yang bisa kami mainkan. Namun, walaupun ada kami berdua di kamar ini. Mite hanya memberikan kami satu porsi makanan dalam sehari, dan jumlahnya pun tidak akan cukup untuk satu orang.”“Tapi Dion tidak pernah mengeluh, dia bahkan tersenyum dan berkata, “Apa kau suka buah, Diana? Bagaimana dengan mangga?” Aku mengangguk dan mengatakan aku menyukainya.""Lalu dia meminta izin padaku untuk pergi sebentar. Melalui jendela, dia pergi menyelinap keluar. Aku terkejut, ternyata dia pergi untuk memanjat pohon mangga yang ada di depan rumah kami. Memetik tiga buah mangga dan membawanya ke hadapan aku. “Ini bukan daging atau makanan yang lezat. Tapi aku jamin buah ini akan menjadi makanan favoritmu.”"Pine tertawa disela ceritanya, namun Kevin memandangnya dengan iba. Bagaimana mungkin bukan h