Beranda / Fantasi / Pure Blood (DARAH MURNI) / BAB 26 - Kita Akan Baik-Baik Saja (Bagian 3)

Share

BAB 26 - Kita Akan Baik-Baik Saja (Bagian 3)

Penulis: Selist Emerald Valley
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ika memperat genggamannya, "Kita hanya harus bertahan, maka semuanya akan baik-baik saja," ucapnya dan Iki membalas genggaman kembarannya.

“Tapi... aku penasaran dengan wanita itu. Siapa dia? Hingga Kevin memanggil kita kembali. Padahal dia yang mengirim kita pulang,” tanya Iki.

Ika menggelengkan kepalanya, “Aku juga tidak tahu. Baik Kak Rai maupun Al tidak memberitahukannya. Mereka hanya mengatakan bahwa Kevin meminta kita kembali ke Raltz untuk menjaga seorang wanita.”

Iki menghela napasnya, “Kita memang bukan vampir yang normal. Aku mengakui kita memang memiliki kekuatan yang hebat. Tapi tetap saja, memanggil kita kembali hanya untuk menjaga seorang wanita terdengar mencurigakan.”

“Ini yang aku takutkan, Iki. Kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Kevin memang baik, tapi dia tetaplah pemimpin. Ia sama seperti kak Rai. Ia punya kewajiban dan beban yang harus dijalani. Meskipun dia pernah ber

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 27 - Lindungi Dia (Bagian 1)

    Pine berjalan dengan cepat menuju kamarnya, sedangkan di belakangnya Kevin berusaha mengejar. Namun Pine sama sekali tidak berniat berhenti, ia bahkan tidak menjawab panggilan berkali-kali yang ditunjukkan untuknya. “PINE!” Kevin menghadangnya lalu mencekal tangannya, membuat Pine mau tidak mau berhenti dan berbalik. “Dengarkan dulu apa yang aku katakan.” “Apa yang harus aku dengarkan? Aku harus mendengarkan tentangmu yang mencoba bunuh diri? Ahh... atau aku seharusnya mengatakannya dengan menyakiti diri sendiri karena kau ini makhluk abadi yang tidak akan bisa mati?” “Pine!” seru Kevin merasa sedikit sakit hati. Pine terdiam, ia merasa ucapannya sudah keterlaluan. Namun, ia tidak bisa menghentikannya. Mendengar pria yang dia cintai berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri sudah sangat membebani dirinya. “Aku tahu kau marah. Tapi maaf, inilah diriku,” jelas Kevin. Pine menghela napasnya, “Vin, aku tahu jika ini membuat

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 28 - Berlari (Bagian 3)

    Diana menatap tajam para vampir ini, "Aku tidak mau membuat keributan. Biarkan aku lewat, maka semua ini tidak akan terjadi.”Si pria yang memberikan komando mempersiapkan diri untuk melawannya. “Jelas dia seorang manusia, tapi aku dapat merasakan dia bukan manusia biasa,” batinnya."Siapa kau sebenarnya?" tanya si pria kembali.Diana menarik napasnya dalam, "Maaf, tapi aku sudah kehilangan banyak waktu.”"Huh?"BHUK!Suara jatuh terdengar keras dan si pria sudah terbujur pingsan karena Diana memukulnya dengan keras tepat di daerah tengkuknya berada. Pria lain yang melihat ini kembali berdiri dan menyerang Diana. Namun, lagi, Diana berhasil menghentikan serangan yang ditunjukkan padanya. Membuat pria ini langsung tersungkur kembali. Diana mengepalkan tangannya erat-erat."Aku benar-benar sudah kehilangan banyak waktu,” ucap Diana, “Maaf jika aku melakukan ini.&rdqu

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 27 - Lindungi Dia (Bagian 2)

    Mobil sedan hitam milik Haltz yang membawa Ika dan Iki terus melaju dan mulai memasuki daerah netral. Daerah yang merupakan daerah tanpa kekuasaan, dan siapa pun berhak melewatinya tanpa terkecuali. Namun, karena tujuan Ika dan Iki adalah Raltz, mereka perlu menunjukkan surat pengantar sebelum memasuki wilayah tersebut."Apa Anda membawa surat pengantarnya, Tuan Riki dan Nona Rika?" tanya prajurit yang duduk di samping kemudi melalui kaca yang memisahkan ruang kemudi dengan kursi penumpang."Ya," balas Iki singkat lalu merogoh saku jasnya dan memberikan surat yang dimaksud ke prajurit tersebut."Saya mohon izin untuk mengantarkan surat ini," ucap si pengawal dan mendapatkan anggukan dari Iki.Prajurit tersebut membuka moon roof, dan dalam sekejap meloncat keluar dari dalam mobil. Setelahnya, dia langsung berlari menembus gelapnya malam menuju ke wilayah perbatasan Raltz.Ika menghembuskan napasnya, ia sangat tegang namun I

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 28 - Berlari (Bagian 1)

    Diana terus saja berlari tanpa henti ke arah utara, menembus Hutan Silver. Ia berlari menuju ke wilayah Lefko Chioni atau tepatnya tempat Raltz berada. Napasnya mulai terdengar putus-putus, ia kemudian memutuskan untuk berhenti sejenak lalu menarik napasnya dalam-dalam, dan memandang hutan yang seperti tidak berujung.Diana terus saja berlari dan berlari. Di perbatasan utara Hutan Silver, ia berhenti kembali. Langit yang mulai berubah terang menarik perhatiannya. Kepalanya mengarah ke atas, memandang langit yang kini tidak lagi terhalangi oleh daun-daun ataupun ranting pohon.Manusia ini menghela napasnya dalam, “Mereka pasti ketakutan," batinnya. "Aku benar-benar tidak mengerti apa yang vampir bodoh itu pikirkan. Terlihat jelas dia menyayangi adik-adiknya. Tapi kenapa...? Kenapa dia terus saja mendorong mereka pergi?"Diana menurunkan pandangannya dan menatap tajam ke depan. "Ini bukan waktunya untuk memikirkan alasan yang dia p

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 28 - Berlari (Bagian 2)

    Haahhh... haahhh... haahhh...Deru napas terdengar saling bersahutan. Peluh keringat terus mengalir dari kening Diana dan menuruni wajahnya. Petang mulai beranjak ke senja. Sejak tadi, matahari sudah menurunkan dirinya, memulai pertukaran posisinya dengan rembulan. Sedangkan, Diana masih saja berlari dan terus berlari.Sshhh...!Sebuah tangan terulur ke arahnya, membuat Diana langsung menghentikan larinya. Diana terdiam, namun sosoknya yang terlihat misterius karena mantel panjang yang menutupi tubuhnya dan juga tudung yang menyembunyikan wajahnya, membuatnya dicurigai."Siapa kau?" tanya seorang pria pemilik tangan terulur ini dengan suara besarnya.Diana tidak menjawab, ia memperhatikan dirinya yang kini sudah dikelilingi oleh lima pria dewasa dengan tubuh yang cukup besar. Tentu saja jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, ia sudah kalah telak."Aku bertanya, siapa kau!?" ulang si pria seraya memperkeras

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 27 - Lindungi Dia (Bagian 3)

    "Vin...?" tanya Pine bingung melihat hadirnya dua anak kecil di hadapannya. "Apa maksudnya ini?" Tapi Kevin mengabaikannya, dia malah bertanya ke si kembar, "Ada apa dengan wajah tegang kalian? Apa si arogan ini mengatakan sesuatu yang tidak-tidak? Iki menjawabnya dengan menempelkan tangan ke dada dan membungkuk hormat. "Perkenalkan saya adalah Riki Harrison de Haltz, dan di belakang saya adalah adik kembar saya, Rika Harrison de Haltz. Kami berada di sini sebagai utusan Klan Haltz yang diutus langsung oleh Yang Mulia Raizel Harrison de Haltz.” Kevin menyunggingkan salah satu sudut bibirnya, "Apa-apaan ini? Kenapa formal sekali?" Kevin beralih ke Pine yang melihatnya penuh kebingungan, "Pine... Seperti yang kau dengar mereka adalah Riki dan Rika, mereka adalah anggota keluarga utama Klan Haltz dan adik-adik dari pemimpin Haltz—Raizel.” "Hmm... baik...? Lalu?" tanya Pine yang tidak mengerti. "Mereka adalah pengawalmu mu

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 29 - Raja Antro (Bagian 1)

    Haahhh... haahhh... haahhh...Terdengar napas yang saling memburu, kemudian menguap menjadi asap berwarna putih transparan. Diana beberapa kali menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan, ia berusaha untuk menormalkan frekuensi bernapasnya.Di sisi lain, hamparan salju luas dengan tanpa adanya pepohonan menyambut dirinya. Diana berdiri memandang ke arah kastel yang cukup besar di hadapannya. Seraya memegang tangannya yang mulai membeku kedinginan, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Apa ini Raltz...?" tanyanya dalam hati.Diana mulai melangkahkan kakinya melewati tebalnya salju, membuat jejak-jejak langkahnya tercipta dengan jelas. Selain itu, Diana juga kesulitan melewatinya karena tinggi salju ini sudah menyentuh betisnya, tapi ia terus menggerakkan kakinya. Rasa dingin yang menusuk tubuhnya sama sekali tidak ia rasakan.Sesampainya di depan gerbang yang tidak ad

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 29 - Raja Antro (Bagian 2)

    Al mendengus keras lalu melihat ke arah Diana yang tadi sedang berdiri diam, "Huh...? Ke mana dia?"Rai bukannya menjawab, ia malah memberikan pertanyaan. "Bukankah dia semakin aneh, Al?""Tentu saja. Sejak awal pun dia juga sudah aneh, itu sebabnya aku menyuruhmu untuk membunuhnya," jelas Al, “Tapi ke mana dia?”"Dia mirip seseorang," ujar Rai berusaha mengingat sesuatu hingga kedua alisnya menekan ke dalam."Hah...? Maksudmu?" Namun, Rai malah membungkam mulutnya.Al akhirnya menyerah dengan pertanyaan keberadaan Diana karena dia rasa vampir di sebelah ini memang benar-benar sudah gila, dan bertanya pertanyaan normal padanya hanya membuang-buang energi."Entah, aku juga tidak yakin. Tapi kepribadiannya dan juga sikapnya. Dia seperti orang yang aku kenal," jawab Rai kemudian.Al menarik napasnya dalam-dalam, "Baiklah... wanita itu aneh, kau juga aneh. Hanya aku yang normal di sini," ujarnya tidak peduli l

Bab terbaru

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Salam Perpisahan

    Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 3

    Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 2

    Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 2)

    Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 1)

    Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   [ T A M A T ] | BAB 62 - Aku Mencintaimu

    Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 61 - Tidak Ada Kehidupan

    Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 4)

    Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 3)

    Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d

DMCA.com Protection Status