Bowo menarik Frans menjauh dari Alexa. Di sebuah toilet dan dia pun memastikan tidak ada yang mendengar perdebatan mereka. Keduanya beradu argumentasi dan pada akhirnya hantaman keras mengenai perut Bowo. Frans begitu emosi dan tak bisa menahan kemarahannya. “Pukul aja sesuka lu! Tapi ingat, ada gua yang bakal melindungi Alexa dari manusia biadab seperti lu!” “Jangan jadi pahlawan kesiangan lu,Bow. Dia juga nggak akan suka sama lu,” ujar Frans. Bowo tersenyum sinis sembari mencoba bangkit. Pria itu memandang Frans dengan tatapan membunuh. “Setidaknya dia menikah dengan pria yang tepat,” ujar Bowo. “Lu jangan lupa, kalau di perutnya ada anak gua. Gua bisa saja mengambilnya.” Frans dengan percaya diri mengatakan hal itu. Bowo tidak lupa hal itu, tapi setidaknya keluarga Alexa pun tidak akan bodoh membiarkan Alexa memberikan anak mereka. “Terserah, lu!” Bowo beranjak keluar. Belum saja keluar di sudah di tunggu Seren. Seperti biasa, wanita itu selalu mencari alasan untu
Alexa menggigit bibir bawah, dia tahu sangat sakit pastinya saat Joan mendengar apa yang keluar dari mulutnya. Tapi, hanya itu yang bisa membuat Joan melepaskan dirinya. Sesampainya di rumah, Joan langsung masuk tanpa mengajak Alexa masuk. Sepertinya ia kecewa dengan sikap Alexa kali ini. Pria itu langsung memasuki dapur dan meminta dibuatkan kopi oleh Bi Rumin. Alexa melihat sang suami seperti itu merasa bersalah. Namun, ia pun tidak bisa memungkiri jika memang perkataan sang ibu benar. Alexa langsung masuk ke kamar tanpa menunggu Joan. Bi Rumin menyediakan kopi di meja Joan. Wanita yang sudah lama bekerja di rumah keluarga Alexa itu bisa membaca situasi tidak baik dengan hati suami anak majikannya. “Jo, eh Mas Joan kenapa suntuk?” tanya Bi Rumin. “Bi, panggil saya seperti biasa saja. Joan saja,” pinta Joan Joan langsung meminum kopi yang dibuatkan Bi Rumin. Sejenak ia melepaskan penat, tapi masih saja terbayang permintaan cerai dari Alexa. Menikahi Alexa adalah kebahagia
Frans kembali ke rumah dengan begitu kesal. Bisa-bisanya dia permalukan di depan orang banyak. Alexa dengan tegas menyatakan jika hubungan mereka sudah berakhir. “Berengsek!” Frans berteriak hingga membuat sang ibu menghampirinya.Ibunya melihat kamar sang putra sudah berantakan. Dia berpikir apa yang sebenarnya membuat Frans sampai begitu emosi. “Ada apa, Frans?” Sang ibu bertanya pada anaknya.Frans bingung menjawabnya, tidak mungkin dia mengatakan jika semua karena Alexa. “Nggak, Ma. Hanya lagi kesal aja.”Frans menjawab santai. “Frans kita bersiap, mau bertemu dengan teman Papa kamu. Cepat, mau dikenalkan dengan anaknya yang cantik,” ujar sang ibu. Frans mengernyitkan dahi, apa lagi pikirnya. Sebuah perkenalan atau sebuah pemberitahuan jika akan ada perjodohan. Frans mengusap wajah kasar, wanita seperti apa yang akan dikenalkan padanya. Kepala Frans masih sangat penting memikirkan masalah Alexa. Namun, apa salahnya menurut dia bertemu dengan keluarga teman sang ayah. Apala
Alexa tidak bisa menjawab pertanyaan sang ayah. Harusnya dia sadar. dirinya saja di permainkan oleh Frans tidak bisa memaafkan apalagi ingin bertemu. Apalagi Joan, mungkin dia pun sakit hati dengan perlakuannya."Kamu pikirkan baik-baik, jangan terbawa emosi. Cinta bisa datang nanti. Joan tidak jelek, lagi pula kamu tidak usah memikirkan masa depanmu. Joan akan bekerja di kantor papa dan berhenti menjadi sopir.""Apa iya?" tanya Alexa memastikan."Iy. sepertinya Joan cerdas." Sang ayah menepuk pundak sang anak. Mungkin hal itu yang dicemaskan Alexa. Joan tidak bisa menafkahinya. Sang ayah tak akan tinggal diam dan akan membantu menantunya karena dia sayang sekali dengan Joan. ** Sementara itu, Joan datang menemui keluarganya saat Pak Hardi meneleponnya. Perjodohan yang disiapkan oleh kedua orang tuanya kembali membuat ia pusing dan memutar otak untuk mencari alasan. Sesil menghampiri Joan yang baru saja datang. Wajah pria itu tidak bisa berbohong jika sedang mencemaskan sesuatu
Maaf, maksud Om, apa, ya?” Sesil bertanya karena memang ia tidak mengerti. Sementara, Pak Hardi menepuk pundak Sesil dengan lembut dan berbisik pelan di telinga gadis itu. “Nanti, Om jelaskan. Kamu berbincang sama Frans dulu, biar saling mengenal.” Seperti tidak bisa menolak, Pak Hardi mendorong pelan Sesil agar menghampiri Frans dan berbincang dengan pria yang baru saja ia kenal. Sedikit kecewa, Frans mencoba menutupi walau ia berharap yang dijodohkan dengannya adalah Felisia. Frans mengulurkan tangan dan menyebut namanya. Sesil terlihat gugup karena ia sama sekali tidak mengerti harus bagaimana. Sesil hanya gadis dari kampung yang tinggal bersama dengan keluarga Joan sejak lama. Semenjak kepergian adik perempuan Joan, ibu Joan merasa kesepian dan kebetulan Sesil mendapat bea siswa di Jakarta dan tinggal bersama mereka. “Sesil,” ujar gadis dengan gaun putih itu. Frans terpesona saat Sesil tersenyum.Ternyata gadis di hadapannya begitu cantik dan manis. Betapa senangnya dia saat m
"Joan kamu!" "Apa?" Joan semakin berani, dia malah merengkuh tubuh Alexa. Pria itu terasa candu dengan aroma tubuh sang istri. "Jo, jangan," ujar Alexa. Alexa mencoba mendorong tubuh Joan. Namun, suaminya semakin posesif menciumi lehernya. "Jo," pintanya lagi. Akan tetapi, Joan tak mendengar permintaan Alexa dan malah kembali' membungkam mulutnya dengan bibirnya. Tidak ada pilihan lain, Alexa malah menyambut bibir Joan. "Non, Nin Lexa di panggil Tuan buat makan dulu." Seketika Alexa mendorong Joan, dan menjawab panggilan Bibi. "Iya, Bi. Aku keluar nanti." Joan hanya tersenyum melihat sang istri yang gugup. Apalagi saat keduanya saling pandang. Alexa malu dan menunduk. "Ayo kita keluar, nanti papa mama curiga." "Curiga? Kenapa?" "Eh, iya. AHh, Joan. Ayo keluar." "Iya, tapi lagi nanti ya," goda Joan. "Ish, apa sih." Alexa menarik tangan Joan keluar, lalu dari kamar untuk makan bersama kedua orang tua Alexa. Sejak ciumannya terbalas, Joan merasa lega sepertinya Al
Tangan Joan bergerak cepat untuk mengirim pesan pada Julius—salah satu teman yang bergabung dalam klub mobil di Jakarta. Dari tempatnya, Joan bisa melihat Julius memandangi ponsel miliknya lalu menatap ke arah Joan. Terlihat pria yang berada di samping Frans mengangguk tanda dia mengerti dengan apa yang ada di pesan masuk ponsel miliknya. Joan bisa bernapas lega karena saat bertatapan dengan Julius, ia sudah mengingatkan agar pura-pura tidak kenal dengannya. Dan pria itu mengerti dan mengikuti apa yang diminta temannya itu. Frans terkesiap karena melihat Alexa bersama Joan. Lagi-lagi otaknya tidak bisa bekerja sama. Hati begitu panas melihat Joan memperlakukan mantan kekasihnya begitu manis. Ada penyesalan, tapi dia pun merasa enggan mengakuinya. Sementara, Alexa mencoba menenangkan diri dari tatapan Frans yang membidiknya dengan tajam. Joan membantunya duduk dan memberikan beberapa menu makanan. Sangat manis dan romantis apa yang dilakukan oleh suaminya. Jadi, untuk apa berpal
Ruangan dengan cat coklat dengan udara dingin tanpa AC cukup membuat tempat itu nyaman bagi Joan untuk melakukan berbagai kegiatan pemantauan restoran yang tiap Minggu sekali ia kunjungi. Kali ini sengaja ia datang dan mengajak Alexa sekalian untuk memeriksa restoran dan penginapan miliknya. Julius sudah duduk di hadapannya dengan banyak pertanyaan yang akan ia ajukan pada Joan. “Nggak pernah bertemu, sekali bertemu sudah menggandeng perempuan. Buat masalah pula,” ujar Julius. Joan hanya tertawa, mereka pernah bekerjasama bersama dalam satu pekerjaan. Julius yang seorang pengusaha muda dengan omset yang luar biasa untuk beberapa usahanya. Sementara, Joan pun tidak kalah sukses dari Julius. “Wanita itu pacar lu, apa bagaimana? Frans mengamuk mengatakan lu merebut kekasihnya.” Julius sangat penasaran dengan kejadian tadi. Lagi-lagi Joan tertawa mendengar apa yang terlontar dari mulut Julius. Apa yang dikatakan Frans membuat ia tidak habis pikir apalagi tingkahnya yang seolah-olah