Beranda / Pernikahan / Pujaan Hati Sang Tuan Muda / Bab 4 - Pernikahan & Perjanjian

Share

Bab 4 - Pernikahan & Perjanjian

Penulis: Zenny Arieffka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Plak!

Wajah Irina terlempar ke samping setelah tamparan keras dari Dewi, ibu dari Kevin, mendarat sempurna di pipinya.

“Mama!” Kevin berseru karena tak percaya dengan apa yang sudah dilakukan ibunya. Bahkan, dia segera menarik tubuh Irina ke belakangnya, menengahi karena dia tidak mau ibunya berbuat lebih jauh lagi pada Irina.

“Perempuan kurang ajar! Inikah balasan yang kamu berikan pada keluarga saya?! Kamu sudah melempar kotoran pada keluarga besar saya!” Dewi sangat marah. Sungguh.

Kevin adalah putra satu-satunya dari Keluarga Diningrat. Sejak dulu, Dewi ingin memiliki anak lain, jika bisa anak perempuan. Karena Tuhan tidak memberikan kesempatan tersebut, ia akhirnya menganggap Irina sebagai anaknya sendiri. Dewi membiayai Irina karena dia tahu, Irina adalah anak yang baik dan pintar. Ditambah, Irina mau bekerja keras. Saat Irina terjun di dunia permodelan dan sukses di sana, Dewi juga mendukung penuh.

Kini, Dewi tidak menyangka bahwa Irina akan mempermalukan keluarga besarnya sampai seperti ini. Andai saja Kevin belum memiliki tunangan, jika saja pernikahannya tak dilakukan bulan depan, mungkin Dewi tidak akan semarah ini.

“Maafkan saya, Ibu.”

“Jangan panggil saya Ibu! Saya bukan ibu kamu!” Emosi masih menyelimuti Dewi.

“Ma, udah, dong. Ini enggak akan selesein masalah.” Ayah Kevin akhirnya membuka suaranya. “Semua sudah terjadi, sekarang yang bisa kita pikirkan adalah apa yang harus dilakukan selanjutnya.”

“Gugurkan saja bayi itu!” Dewi berseru keras, membuat Irina dengan spontan melindungi perutnya. Sudah hampir enam bulan ia ditemani oleh bayinya, Irina sudah merasa sayang dengan bayinya.

“Mama!” Kevin mulai marah dengan ucapan ibunya.

“Kenapa? Kamu mau belain dia?”

“Ma, kehamilan Irina sudah cukup besar, tidak mungkin kita membunuh nyawa yang tak berdosa.” Ayah Kevin kembali menengahi. “Satu-satunya jalan adalah mereka harus menikah.”

“Papa gimana, sih?! Kevin bulan depan harus menikah dengan Rani!”

“Apa Rani masih mau menikah dengan Kevin setelah semua ini? Ma, semua ini sudah terjadi. Hubungan Rani dan Kevin sudah pasti berakhir.”

“Sampai kapan pun, Mama enggak akan mau mengakui dia sebagai menantu di rumah ini!” Setelah itu, Dewi pergi begitu saja meninggalkan ruang keluarga.

***

Sepanjang perjalanan menuju kembali ke apartemen, Irina hanya diam. Begitu pun dengan Kevin. Irina mengalihkan pandangan ke luar jendela, jemarinya tak berhenti mengusap lembut perut buncitnya. Sedangkan, air matanya sendiri tak berhenti menetes.

Irina benar-benar telah kehilangan semuanya. Tidak seperti dulu, ketika dia mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua Kevin dan Kevin, cinta dari Max, kasih sayang dari keluarga Max, karier yang bagus, dan semuanya.

Kini, semua berubah seratus delapan puluh derajat. Orang tua Kevin, yang sudah seperti orang tua kandungnya, kini sangat kecewa dan marah padanya. Begitu pun dengan Kevin yang makin bersikap dingin. Max sudah meninggalkannya, begitu pun dengan keluarga pria itu. Kariernya mungkin juga akan ikut hancur setelah ini.

Sampailah mereka di apartemen Irina. Masih tanpa bicara, Irina keluar dari mobil Kevin dan segera menuju ke apartmennya. Rupanya, Kevin ikut serta di belakang.

“Istirahatlah. Besok kita akan mengurus semuanya di kantor catatan sipil.”

Irina menatap Kevin seketika. “Maafkan aku.”

“Enggak perlu.” Hanya itu jawaban dari Kevin.

“Kevin, kita bisa berpisah setelah bayinya lahir, dan aku bersumpah aku tidak akan menuntut apa pun dari kamu. Maafkan aku, aku ingin hubungan kita seperti dulu lagi.” Irina tidak mampu menahan tangisnya. Dia benar-benar merasa sendiri sekarang.

Melihat Irina yang menangis, Kevin segera merengkuh tubuh perempuan itu hingga masuk ke dalam pelukannya. Dia tidak mampu berkata-kata lagi. Kevin tahu, kini Irina sedang merasa sendiri.

***

Mereka akhirnya menikah di sebuah kantor catatan sipil. Tidak ada siapa pun yang menghadiri pernikahan mereka selain mereka berdua dan tentunya para petugas pencatatan sipil. Irina tidak bisa menuntut lebih. Saat ini, status hukum untuk anaknya saja sudah cukup.

“Kita akan makan siang di rumahku.” Irina menatap Kevin seketika saat pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu membuka suaranya dan mengutarakan niatnya.

Sejujurnya, Irina merasa trauma kembali ke rumah Kevin setelah kejadian itu. Bukan karena Irina takut ditampar lagi, sungguh bukan karena hal itu. Irina hanya khawatir jika ibu Kevin atau yang lainnya akan mencelakai bayinya.

“Um, apa tidak bisa di rumah saja? Maksudku….”

“Aku mau pamit sama Mama dan Papa, sekalian mengemas pakaian.” Kevin memotong kalimat Irina.

“Um, sejujurnya, kamu  tidak perlu sampai meninggalkan rumah. Maksudku, pernikahan ini hanya untuk bayi, jadi kupikir….”

“Kamu pikir bahwa lebih baik kita tinggal sendiri-sendiri?” tanya Kevin kemudian.

Irina mengangguk. “Aku sudah siapkan surat kontrak yang lain sebenarnya.”

“Apa gunanya? Perjanjian pertama yang kamu buat saja tidak bisa kamu tepati.”

“Aku ngerti kamu masih kecewa dengan keputusanku yang jujur di depan publik. Maafkan aku.”

Kevin memalingkan wajahnya ke arah lain. “Sudahlah, lupakan semuanya. Kita akan tetap dengan rencanaku.”

Pada akhirnya, Irina tidak bisa menolak. Bagaimanapun juga, Kevin adalah suaminya dan entah mengapa, dia tidak bisa membantah jika Kevin yang memintanya.

***

Makan siang terjadi dengan suasana yang tidak enak, bahkan bisa dibilang, suasananya sangat canggung dan sunyi. Hanya ada Kevin, Irina, dan ayah Kevin saja. Sedangkan Dewi, ibu Kevin, ia memilih tidak makan daripada harus satu meja makan dengan Irina. Ya, Dewi benar-benar membenci Irina saat ini dan perempuan itu tak sungkan untuk menunjukkannya.

“Jadi, kamu akan menempati rumah kita yang satunya?” Pertanyaan ayah Kevin membuat Irina menghentikan pergerakannya. Dia tahu bahwa pertanyaan itu ditunjukkan pada Kevin, bukan padanya.

“Ya, Pa.” Kevin menjawab pendek. “Apartemen tidak cukup besar untuk bayi.”

“Apa ada yang bisa Papa bantu?” tanya ayahnya lagi.

“Papa sudah membantu banyak hal. Kevin hanya mau Papa jagain dan tenangin Mama. Kevin akan sering-sering pulang.”

Ayahnya hanya menghela napas panjang. “Bagaimana dengan Rani dan keluarganya? Ada kabar?”

Irina membeku setelah mendengar pertanyaan itu. Sedangkan Kevin, ia tampak menggeleng. Irina merasa bersalah, sungguh. Rani adalah orang yang baik dan Irina merasa ia telah menghancurkan impian perempuan itu.

Irina harus menemui Rani dan meminta maaf secara langsung padanya. Masalahnya, maukah perempuan itu bertemu dengannya lagi?

-TBC-

Bab terkait

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 5 - Rumah Impian

    Irina menatap rumah besar di hadapannya dengan penuh kekaguman. Itu adalah rumah lain dari Keluarga Diningrat. Ini adalah pertama kalinya Irina diajak mengunjungi rumah ini.Berbeda dengan rumah utama yang bergaya modern, rumah yang satu ini cenderung lebih klasik. Yang membuat Irina senang adalah halaman rumah ini sangat lebar dan ditumbuhi pepohonan, hingga tidak merasa bahwa rumah ini berada di pinggiran kota metropolitan. Suasananya terasa nyaman dan asri, membuat siapa saja akan merasa tenang berada di area rumah ini.“Kenapa sampai ternganga gitu?” Pertanyaan itu diajukan oleh Kevin yang kini menatap Irina yang kini sedang menampilkan ekspresi lucunya.“Aku kagum sama rumahnya.”“Bagus, ya?” tanya Kevin kemudian. “Ini akan menjadi rumah masa depanku.”“Maksudmu?” Irina tak mengerti.“Kalau aku menikah nanti, aku mau tingggal di sini dengan istri dan anak-anakku. Kamu lihat di sana, halamannya sangat luas. Nah, aku bisa buat lapangan bola mini di sana.”Irina tersenyum lembut. “P

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 6 - Dipermalukan & Dibuang

    Irina menunggu cukup lama sembari meremas kedua belah telapak tangannya. Hari ini, dia tengah berada di sebuah rumah sakit. Bukan untuk memeriksakan diri, melainkan untuk menemui Rani yang bekerja menjadi dokter di sana.Irina sudah beberapa kali menghubungi Rani. Dia memiliki kontaknya karena dia dan Rani memang saling mengenal dengan baik. Namun, Rani seakan tak ingin mengangkat teleponnya. Perempuan itu seakan menutup semua komunikasi yang dilakukan Irina padanya. Hingga akhirnya, Irina memutuskan untuk menemui Rani di tempat kerjanya saja hari ini, beberapa hari setelah ia dan Kevin sudah resmi menikah.Irina berharap bahwa Rani mau menemuinya. Bagaimanapun juga, dia berutang maaf pada Rani. Irina bahkan berencana untuk mengembalikan Kevin pada Rani setelah dia melahirkan. Dan semoga saja, Rani bersedia menerima niatannya tersebut hingga semua bisa berjalan seperti sebelumnya.Pintu ruang tunggu dibuka, menampilkan sosok Rani yang sudah berdiri di ambang pintu dan menatap Irina de

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 7 - Rasa Cemburu

    Kevin baru saja selesai rapat saat tiba-tiba dia merasa sangat merindukan Irina. Sebenarnya, hal seperti ini sering dirasakan oleh Kevin, tetapi ia memilih untuk mengabaikannya. Bahkan, menganggap bahwa perasaannya yang merindukan Irina adalah perasaan yang tak seharusnya dia rasakan.Kini, Kevin merasa bahwa perasaan seperti ini wajar dia rasakan. Irina adalah istrinya dan perempuan itu sedang mengandung anaknya. Jadi, sangat wajar saja jika dia mengkhawatirkan atau bahkan merindukan Irina.Kevin tidak bisa menghentikan niatannya untuk menghubungi Irina. Dalam sekejap mata, Kevin sudah terhubung dengan Irina melalui saluran telepon.“Kamu di mana?”“Aku sedang di kafe dengan temanku. Ada apa? Tumben kamu telepon?”“Bisa ke kantorku?”“Ada masalah?” tanya Irina.“Enggak. Cuma mau pulang bersama saja nanti.” Kevin menjawab seadanya. Dia juga tidak tahu kenapa dia ingin sekali Irina berada di sekitarnya saat ini.“Oke, kalau gitu aku ke sana.” Kemudian panggilan ditutup. Kevin hanya men

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 8 - Ciuman Pertama

    Irina sedikit terkejut saat tiba-tiba mobil yang ditumpanginya bersama Kevin membelok menuju ke sebuah tempat yang cukup ia kenal. Itu adalah tempat di mana dia akan pergi menggunakan jet pribadi. Irina tahu karena dia pernah melakukannya dengan Kevin juga Max. Kenapa Kevin mengajaknya ke tempat ini?“Kita … mau ke mana?” tanya Irina saat mobil mereka berhenti.“Aku ada kerjaan di luar kota.” Kevin menjawab pendek dengan nada setengah mendesis.“Kamu akan menginap di sana?” tanya Irina kemudian.Kevin menatap Irina dengan sungguh-sungguh. “Bukan hanya aku, tapi kita.”“Tapi, aku enggak bawa baju. Maksudku….” Irina bahkan baru ingat jika baju yang dia gunakan di balik coat ini masih kotor akibat jus yang ditumpahkan Rani padanya. Bagaimana mungkin dia bepergian menggunakan pakaian seperti itu?“Kamu tidak bisa menolak.” Kevin tak bisa diganggu gugat. Irina menghela napas panjang. Pada akhirnya, dia hanya bisa mengikuti apa pun kemauan Kevin. Keduanya lalu turun dari mobil dan disambut

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 9 - Penolakan

    Ciuman yang dilakukan Kevin makin intens, makin menuntut. Apalagi ketika Irina dengan spontan membalas ciumannya. Kevin menginginkan lebih, Kevin ingin menyentuh dan memiliki Irina sepenuhnya. Kemudian, dalam sekejap mata semuanya berakhir ketika Irina meremas dada Kevin lalu mendorongnya menjauh.Kevin menghentikan aksinya, dia tahu bahwa Irina menolaknya. Ekspresinya mengeras seketika, bahkan Kevin merasa sedikit malu saat sadar dirinya mendapatkan penolakan dari istrinya sendiri.“Kevin, kupikir….” Irina menggantung kalimatnya, dia ragu menyatakan alasan kenapa ia menolak pria ini.Kevin tak butuh alasan itu, dia tahu pasti kenapa Irina menolaknya. Irina tak menginginkannya. Irina menikah dengannya hanya karena kehadiran bayi itu. Irina masih mencintai mantan suaminya, dan mungkin saja perempuan ini kini sudah kembali menjalin kasih dengan mantan kekasihnya.Kevin marah. Ekspresinya mengeras, tetapi dia tak bisa melampiaskan kemarahannya pada Irina. Secepat kilat Kevin menjauhi Iri

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 10 - Penyerahan

    Jam sepuluh malam, Kevin dan Irina sudah kembali ke cottage mereka. Sebenarnya, Kevin hanya akan mengantar Irina, sedangkan dia akan menghabiskan waktunya di bar lalu tidur di hotel yang terpisah dengan Irina seperti kemarin. Namun, saat Kevin akan berbalik, Irina bertanya, “Kamu akan pergi?” “Ya.” Kevin menjawab pendek.“Kamu akan ninggalin aku?” tanya Irina lagi.“Ya.” Sekali lagi Kevin menjawab pendek. Dia bersiap melangkah menjauh, tetapi Irina dengan cepat sudah menggapai lengannya dan menghentikan langkah Kevin.“Tidak bisakah kamu di sini saja?” tanya Irina kemudian.“Kalau aku di sini, kita tidak hanya akan tidur.” Kevin mendesis tajam.“Kevin.”“Lepaskan aku, Irina.” Kevin membuka suaranya. Namun, cekalan Irina makin erat. “Kamu bisa melakukan apa pun padaku. Asalkan jangan tinggalkan aku,” ucapnya setengah melirih.Tubuh Kevin membeku seketika, dia tidak menyangka bahwa Irina akan mengucapkan kalimat itu. Segera dia menatap ke arah Irina, Kevin mendapati perempuan itu yang

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 11 - Kecemburuan Irina

    Pagi itu, Irina terbangun sendiri. Dia sempat terkejut mendapati tubuhnya telanjang bulat di bawah selimut tebal. Kemudian Irina baru mengingat bahwa semalam dia telah melakukan hubungan intim dengan Kevin. Irina merasakan pipinya memanas seketika ketika mengingat kejadian itu. Segera dia menggosok pipinya, yang mungkin saat ini sudah terlihat memerah. Semalam, Kevin begitu bergairah, meski begitu, pria itu sangat lembut memperlakukannya. Seakan-akan dia adalah sesuatu yang rapuh dan mudah pecah. Kevin begitu menjaganya, bahkan pria itu tak menuntut banyak hal padanya. Irina menggeleng. Seharusnya dia tak mengingat tentang semalam lagi. Bisa-bisa wajahnya tak berhenti memerah seperti tomat nantinya.Irina kemudian mengalihkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Dia mencari keberadaan Kevin yang mungkin saja masih di dalam kamar. Nyatanya, pria itu tak ada di sana.Irina menuju ke kamar mandi dengan tubuh yang masih berbalutkan selimut. Irina harus mandi, dia ingin bertemu dengan Ke

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 12 - Pesta Pantai

    Malamnya, Kevin kembali ke kamar dan mendapati Irina masih belum tidur. Perempuan itu duduk di pinggiran ranjang seakan sedang menunggunya. Kevin mencoba untuk bersikap sebiasa mungkin, walau pada akhirnya gagal setelah bayangan Irina menyebutkan nama mantan suaminya semalam kembali mengusik pikirannya. Kevin tak dapat mengungkapkan kekesalannya, di sisi lain, Kevin merasa sakit hati. “Kamu baru pulang?” tanya Irina sembari bangkit dan mendekat ke arah Kevin.“Ya.” Kevin menjawab singkat. Dia menuju lemari dan mengeluarkan pakaian. “Tapi aku akan keluar lagi.”“Ke mana?” tanya Irina dengan cepat.“Ada janji.”“Sama siapa?” Dengan spontan, Irina menanyakan hal itu.Kevin menghentikan aksinya. Dia berbalik kemudian menatap Irina penuh tanya. “Tampaknya kamu sangat penasaran.” Kevin berkomentar.“Aku … um, aku enggak mau ditinggal sendiri. Memangnya kamu ke mana?” tanya Irina lagi.Kevin melirik jam tangannya, dia berpikir sebentar kemudian menjawab, “Arsen ada acara, ulang tahun pernik

Bab terbaru

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 23 - Bunga

    Selama seminggu terakhir setelah kejadian Irina menampar Kevin malam itu, hubungan Irina dan Kevin kembali sedikit merenggang dan dingin. Irina sudah kembali tidur di kamar mereka. Namun, mereka hanya tidur. Kevin tak lagi menuntut haknya pada Irina setelah kejadian malam itu. Sedangkan Irina, meski dia merindukan sentuhan Kevin, Irina tentu tak mungkin tiba-tiba menggoda Kevin.Irina hanya sesekali mencoba mendekatkan diri pada Kevin, meski reaksi pria itu masih cuek-cuek saja. Meski begitu, Irina mengetahui, jika diam-diam Kevin perhatian padanya.Seperti… saat makan siang, tiba-tiba supir Kevin mengantarkan bingkisan makanan untuk Irina yang masih fokus dengan renovasi ruko untuk butiknya. Kevin juga sealu mengantar jemput Irina dengan alasan bahwa mereka satu arah.Perhatian-perhatian seperti itu membuat Irina sedikit tenang. Setidaknya dia tahu bahwa Kevin masih peduli dengannya, meski pria itu masih menampilkan ekspresi dingin dan cueknya.Hari ini, adalah hari pertama pembukaan

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 22 - Tuduhan & Tamparan

    Irina menyusul Kevin masuk ke dalam ruko tersebut. Kevin tampak mengamati seluruh penjuru ruangan yang sudah kosong karena para pekerja Irina memang sudah lebih dulu pulang sebelum Bastian pulang tadi. Lalu Irina membuka suaranya lagi dan mencoba untuk mencairkan suasana yang masih terasa tegang.“Kamu mau minum sesuatu?” tawar Irina.Kevin menatap Irina, masih dengan tatapan mata tajamnya “Kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Kenapa dia bisa di sini?”“Uumm, aku belum cerita ya? Ruko ini bekas studio foto milik Bastian. Aku ingat kalau tempatnya strategis, dan Bastian sudah pindah kantor hingga ruko ini kosong, jadinya aku memutuskan untuk menyewanya.”Kevin ternganga mendapati jawaban Irina yang jujur dan polos itu. Apa Irina tak memikirkan perasaanya? “Aku sudah bilang sama kamu, bahwa aku bisa membantumu mencarikan tempat. Tapi kamu memilih tetap di tempat ini. Sekarang aku tahu, apa alasannya.”“Aku hanya nggak mau buat kamu repot.”“Oh ya? Bukan karena agar kamu punya alasan

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 21 - Tegang

    Kevin memberhentikan mobilnya di depan sebuah ruko besar. Dia mengamati ruko tersebut, kemudian menatap Irina dan bertanya “Jadi, di sini kamu akan menjual semua koleksimu?” Setelah kembali dari kapal, Kevin sebenarnya akan mengantarkan Irina pulang dan dia kembali ke kantornya. Namun rupanya, Irina ingin diantar ke sebuah tempat yang akan menjadi tempat kerjanya nanti. Sebuah tempat yang akan disulap Irina menjadi butik tempat dia akan menjual koleksi baju dan barang-barang branded tak terpakai miliknya.Irina tersenyum dan mengangguk “Ya. Bagaimana menurutmu tempatnya?” tanya Irina balik.Kevin mengamati sekitarnya “Bagus dan ramai. Kamu pintar cari tempat.”Irina tersenyum senang. “Aku ingat kalau tempat ini tidak terpakai. Ini milik temanku, jadi, aku menghubunginya untuk menyewanya sementara.”“Kalau kamu mau aku bisa—”“Tidak.” Irina memotong kalimat Kevin. “Aku tahu kamu bisa membelinya, tapi tempat ini tidak dijual.” Irina menjelaskan.“Apa yang kamu lakukan di sini nanti?” t

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 20 - Putra Kita

    Cumbuan yang dilakukan Kevin semakin dalam, semakin menuntut, hingga akhirnya, Kevin tak mampu lagi menahan diri. Dilepaskannya tautan bibirnya pada bibir Irina, kemudian dengan napas yang masih memburu, Kevin mengajak Irina meninggalkan tempat tersebut menuju ke kamar di dalam kapal yang sudah dipersiapkan untuknya.Irina mengikuti saja kemanapun langkah kaki Kevin berjalan. Dia percaya sepenuhnya dengan pria itu, bahwa pria itu tak akan menyakitinya. Akhirnya, sampailah mereka di kamar yang sudah dipersiapkan. Irina mengamati segala penjuru ruangan. Rupanya, ruangan tersebut telah benar-benar dipersiapkan untuknya dan juga Kevin. Bahkan, tampak tertata rapi bunga-bunga di sana, membuat suasana terasa menjadi lebih romantis.“Kamu yang menyiapkan semua ini?” tanya Irina kemudian.Kevin menatap Irina dengan sungguh-sungguh. “Aku tak memiliki waktu sebanyak itu.” Irina tersenyum menanggapi jawaban Kevin. Pria itu kemudian mengulurkan jemarinya kembali menyentuh pipi Irinya, mengusapn

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 19 - Berkencan & Berdansa

    Jam Empat sore, Irina sudah pulang dari tempat yang dia kunjungi tadi. itu adalah sebuah tempat dimana dia akan mendirikan butik baju koleksinya. Irina bersyukur bahwa semuanya berjalan dengan lancar, dan segera mungkin dia akan mulai memindahkan koleksi-koleksi bajunya ke sana setelah tempat tersebut siap.Saat ini, Irina sedang mempersiapkan diri untuk berkencan dengan Kevin, seperti yang sudah mereka rencanakan tadi pagi. Mengingat hal itu membuat pipi Irina kembali merona seketika.Irina menggunakan gaun yang menurutnya paling bagus, merias wajahnya dengan make up secantik mungkin, bahkan dia juga menata rambutnya sendiri agar terlihat indah di mata Kevin. Ini akan menjadi kencan pertamanya dengan Kevin, dan entah kenapa Irina merasa sangat antusias.Tiba-tiba saja Irina jadi teringat tentang apa yang dikatakan ibunya dulu, bahwa Kevin akan selalu menjadi tuan muda untuknya. Irina menunduk sedih, dia menatap perutnya sendiri lalu mengusapnya dan tersenyum lembut. “Apa yang kulaku

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 18 - Dasi & Sarapan Bersama

    Pagi hari, Irina sudah membuka matanya, tapi dia memutuskan untuk tak bergerak dan tetap berada dalam rengkuhan Kevin. Selain karena canggung, Irina juga ingin menikmati kebersamaannya dengan Kevin lebih lama lagi. Irina takut, jika dia bangun lalu semua kebahagiaan ini akan berakhir seperti saat itu.Irina merasakan Kevin mengeratkan pelukannya, pria itu rupanya sudah bangun, namun tampak enggang bangkit dari tidurnya.“Kamu sudah bangun?” tanya Kevin dengan suara yang serak.Irina mengangguk lembut.“Mau mandi bareng?” tawar Kevin yang segera mendapatkan tatapan penuh arti dari Irina. Irina menunduk dan tersenyum. Pada akhirnya Kevin bangkit, mengajak Irina melakukan apa yang menjadi idenya tadi.*** Setelah mandi bersama, dan hanya mandi, karena meski menginginkan tubuh Irina, Kevin cukup tahu diri untuk tidak menyentuh tubuh Irina terlebih dahulu. Irina pasti lelah, dan dia tak ingin membuat Irina semakin kelelahan. Kevin mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja, sedangkan Ir

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 17 - Mencurahkan Rasa

    Irina merasa sangat canggung saat ini. Dulu, dia memang sering melaukan hal seperti ini, telanjang bersama di kamar mandi dan mandi bersama dengan saling menyentuh, tapi itu dengan Max dulu, bukan dengan Kevin, dan saat itu kondisi tubuhnya masih sangat bagus, ramping dan indah, bukan seperti sekarang ini. Rasa percaya diri Irina benar-benar sedang menurun, ditambah lagi fakta jika orang yang tengah mandi bersamanya saat ini adalah seorang Kevin Diningrat, Tuan Mudanya, temannya, suaminya. Astaga… “Apa yang kamu pikirkan?” pertanyaan Kevin membuat Irina mengangkat wajahnya. Saat ini, keduanya memang sedang berhadapan di bawah guyuran shower. Kevin tadi baru saja membantunya menyabuni bagian belakang tubuh Irina. Lalu, pria itu meminta Irina melakukan hal yang sama dengan tubuhnya. Kemudian keduanya kini saling membilas diri dari busa-busa sabun di bawah shower.Irina menggelengkan kepalanya “Tidak ada.”“Jika aku memikirkan sesuatu, apa kamu mau mengetahuinya?” tanya Kevin kemudian.

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 16 - Mandi Bersama

    “Ya. Kamu mau dipanggil dengan panggilan lain?” tanya Irina kemudian.Kevin sempat membatu dengan pertanyaan Irina. Dia hampir tak pernah membayangkan jika akan memiliki anak dari perempuan ini. Sejak awal, dia tahu bahwa dirinya hanya dimanfaatkan. Perempuan ini hanya butuh donor sperma dan tak ingin melibatkan dirinya dalam kehidupan anak mereka. Kevin masih menaati itu, walau Irina sudah berulang kali mengingkarinya.Kevin hanya menggeleng. Sejujurnya, dia tak tahu harus menjawab apa. Dia tak pernah membayangkan akan dipanggil ‘Papa’ oleh bayi Irina nantinya, bayinya juga. Irina tersenyum lembut. Perempuan itu memutuskan kembali berbelanja, sedangkan Kevin hanya terpaku melihatnya di tempatnya berdiri.***Keluar dari toko itu, keduanya memutuskan makan malam di sebuah restoran yang tak begitu jauh. Namun sesampainya di depan restoran tersebut, keduanya menghentikan langkah saat mendapati dua perempuan yang menghampiri mereka. Dia adalah Dewi dan Rani.“Wah! Kebetulan ketemu sama K

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 15 - Menjadi Manja

    Kevin saat ini masih rapat, tapi, pikirannya sedang tak berada di sana. Tentu saja dia sedang memikirkan istrinya, Irina. Perempuan sejak tadi menghubunginya melalui pesan singkat, mengabarkan tentang keadaannya. Padahal, biasanya Irina tak seperti itu. Lalu baru saja perempuan itu mengirimkan pesan singkatnya lagiIrina : Aku di kantormu. Tapi kamu jangan buru-buru. Aku cuma mau nunggu di sini. Kita pergi belanja bareng ya, atau kalo gak sempet kita pulang bareng aja… (:Sialan perempuan itu. Apa tujuannya membombardir dengan pesan-pesan sok manja seperti itu? Irina tak pernah memperlakukannya seperti itu. Ya, dulu sekali sebelum perempuan itu menikah dengan Max, Irina memang sering kali meminta bantuan padanya. Namun setelahnya, hubungan mereka merenggang. Kevin tahu betul dirinya menjadi pria kedua setelah Max. Irina sudah pasti meminta bantuan pada Max saat-saat itu, karena perempuan itu hampir jarang menghubunginya. Kemudian setelah hubungan Irina dan Max mulai merenggang, Irina

DMCA.com Protection Status