Beranda / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / 51. Kala Cinta Menggoda

Share

51. Kala Cinta Menggoda

Penulis: Yetti S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 10:40:02

Nadya membalas tatapan Rafli seraya berkata, “Kamu serius, Raf?”

“Apa aku terlihat seperti main-main sekarang?” ucap Rafi balas bertanya.

Nadya terdiam. Tak bisa dipungkiri kalau dia pun sesungguhnya tertarik juga pada Rafi. Meskipun secara usia pemuda itu lebih muda darinya, tapi Rafi terlihat dewasa.

“Apa kamu nggak masalah kalau aku lebih tua usianya dari kamu beberapa tahun? Usia kamu sekarang berapa memangnya?” tanya Nadya serius.

Rafi terkekeh mendengar pertanyaan Nadya. Dia menyeruput minumannya terlebih dahulu sebelum menanggapi pertanyaan gadis cantik, yang sudah mencuri hatinya.

“Dua bulan lagi usiaku dua puluh tahun. Aku bisa menebak kalau selisih usia kita sekitar tiga atau empat tahun. Nggak masalah itu, Nad. Yang selisih usianya di atas lima tahun saja banyak kok. Malah awet hubungan mereka. Yang penting, dalam hubungan itu saling pengertian saja sih. Kalau sudah begitu insya Allah, hubungan akan langgeng,” sahut Rafi yang kini juga tampak serius.

“Memangnya usia kamu se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Puber Kedua Pak Suami   52. Rasa Sesal

    Andi terus memperhatikan Hanum dan ketiga anaknya tampak ceria, ketika berbincang dengan Sadewa dan Zahra. Dia yang awalnya ingin masuk, jadi berpikir lagi karena sampai saat ini ketiga anaknya maupun Hanum masih memusuhinya.‘Apa kalau aku masuk ke sana, akan diterima oleh mereka? Apakah nantinya kehadiranku akan membuat senyum mereka hilang?’ tanya Andi dalam hati.Berbagai pertanyaan yang hinggap di kepala Andi seketika membuat pria itu merasa dilema.Andi menutup daun pintu dengan perlahan. Dia tak ingin kehadirannya diketahui oleh istri dan ketiga anaknya. Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu, karena tak ingin merusak suasana. Di saat berjalan di sepanjang koridor rumah sakit, hati Andi terasa kacau balau. Dia merasa sendirian sekarang. Seharusnya dia yang berada di dalam ruangan itu, dan bercengkerama bersama dengan anak dan istrinya. Tertawa bersama dan saling bertukar cerita seperti dulu, saat dirinya belum mengkhianati Hanum. Namun, kini semuanya sudah terjad

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Puber Kedua Pak Suami   53. Kunjungan Mertua

    Akhirnya Andi kembali lagi ke rumah sakit yang sama, di mana Hanum dirawat. Kali ini dia datang bersama dengan sang ibu.Andi menggandeng Astuti yang sudah usia lanjut. Mereka berjalan santai menyusuri koridor rumah sakit, menuju ruang rawat inap Hanum. Dalam hati, Andi berharap kalau Sadewa sudah pergi dari ruang rawat sang istri. Dia tak ingin suasana hatinya berubah dengan keberadaan duda beranak satu itu. Jujur saja, status Sadewa sangat mengganggu Andi. Apalagi hubungannya dan Hanum sedang tak baik-baik saja. Ditambah pesona Sadewa tak dipungkiri lagi, begitu memesona. Selain berstatus duda, Sadewa memiliki karir cemerlang dengan pangkat bintang satu, dan juga wajah yang cukup tampan. Membuat Andi memiliki saingan berat, andaikan Hanum tertarik pada sang duda.Tepat ketika anak dan ibu itu tiba di depan ruang rawat inap Hanum, pintu ruangan terbuka. Menampilkan Gilang di ambang pintu. Pemuda itu terkejut melihat kedatangan ayah dan neneknya.“Nek.” Gilang menyapa dan lantas merai

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Puber Kedua Pak Suami   54. DPO

    Santi masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat. Dia masuk ke dalam kamar dan meletakkan bayinya yang telah tertidur, di atas kasur. Setelah itu, dia melangkah ke dapur untuk memasak. Di saat yang sama, ibunda Santi yang tinggal bersama dengan pasangan suami istri itu mendekati anaknya.“San, tadi Ibu dengar kamu ngomong sama Feri, menyebut kata polisi. Ada apa? Apa Feri terlibat masalah?” tanya sang ibu dengan tatapan lekat pada Santi.Deg.Santi menghentikan tangannya yang sedang meracik bumbu. Jantungnya yang tadinya sudah mulai tenang, kini kembali berdegup kencang. Santi menoleh pada ibunya dan memaksakan untuk tersenyum semringah, agar sang ibu tak menaruh curiga.“Ibu salah dengar mungkin. Tadi kita ngomong soal rencana Bang Feri yang akan membuka bengkel.”Fatma-ibunda Santi, mengerutkan kening. Menurutnya, pendengarannya masih bekerja cukup baik dan dia sendiri belum pikun. Jadi yang dia dengar tadi benar-benar nyata, bukan halusinasi atau dirinya yang salah mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Puber Kedua Pak Suami   55. Panik

    Polisi lantas memborgol kedua tangan Feri. Bersamaan itu pula, beberapa petugas polisi yang sebelumnya berada di luar pagar, kini mulai memasuki rumah Feri dan menggeledah di setiap sudut ruangan. Mereka mencari sesuatu yang bisa dijadikan barang bukti.Di saat beberapa petugas polisi sedang menggeledah rumahnya, Feri menatap salah seorang petugas polisi yang tadi memborgol tangannya.“Pak, bisa saya mendekati anak saya yang sedang menangis? Saya ingin menciumnya dulu sebelum saya dibawa ke kantor polisi,” ucap Feri lirih.Polisi itu terdiam. Dia lalu mengalihkan tatapan pada rekannya, seolah berdiskusi mengenai permintaan Feri barusan. Akhirnya rekan polisi itu menganggukkan kepalanya.“Baik, tapi jangan lama-lama!” tegas polisi itu.“Iya, Pak. Terima kasih.”Feri dengan tangan yang terborgol, lalu melangkah mendekati sang ibu mertua dengan diikuti oleh polisi dari belakang.Setibanya di depan ibu mertuanya, Feri menangis dan mencium kening Fatma.“Apa yang telah kamu lakukan Feri, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Puber Kedua Pak Suami   56. Pria Masa lalu

    Larasati yang panik langsung melangkah cepat menuju garasi dengan menarik kopernya. Namun, baru saja dia mengangkat koper hendak meletakkannya di bagasi mobil, tiba-tiba asisten rumah tangganya memanggilnya.“Bu, mau ke mana? Nanti kalau Bapak tanya, saya harus jawab apa?” tanya asisten rumah tangga Larasati.Larasati yang sudah berhasil meletakkan kopernya ke dalam bagasi mobil, lantas menarik napas lega dan menatap asisten rumah tangganya seraya berkata, “Katakan saja, kalau saya sedang fashion show ke luar kota.”“Baik, Bu.” Wanita itu berkata sambil menganggukkan kepalanya pada Larasati.“Sekarang tolong bantu saya, bukakan pintu pagar ya, Bi. Saya sedang terburu-buru,” ucap Larasati, yang diangguki oleh si bibi.Asisten rumah tangga itu lantas berjalan cepat menuju ke pintu pagar. Dia membuka pintu pagar lebar-lebar, dan menunggu mobil yang dikemudikan Larasati keluar dari halaman rumah. Setelah mobil tersebut melintas dan keluar dari halaman rumah, pintu pagar pun ditutup kemba

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Puber Kedua Pak Suami   57. Kembali

    Pagi harinya, Larasati mengaktifkan ponsel yang semalam dia nonaktifkan. Setelah ponselnya aktif, banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab yang semuanya dari Andi. Semua pesan yang isinya sama. Menanyakan keberadaan dirinya.“Maaf ya, Mas. Aku sudah kabur kemarin. Hari ini aku pulang kok. Kamu tenang saja. Lagi pula kamu juga belakangan ini sibuk memikirkan istri pertama kamu. Saat aku kabur, kelabakan juga deh.” Larasati bergumam sambil tersenyum penuh arti yang tersungging di bibirnya.Di saat yang sama, Robert menghampirinya. “Sarapan sudah siap, Honey.”“Ok, terima kasih. Kamu memang baik sekali, Rob. Nggak salah kalau aku datang kemari,” ucap Larasati.“Tentu, Honey. Kamu sepertinya memang nggak harus jauh dariku, karena ada Alisa yang menghubungkan kita dan aku siap membantu ibu dari anakku.” Robert berkata sambil merengkuh tubuh Larasati ke dalam pelukan. Dia lalu berbisik, “I love you.”“I love you too,” balas Larasati.Cukup lama mereka saling memeluk dan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Puber Kedua Pak Suami   58. Pengakuan Feri

    Feri seketika menjadi panik ketika polisi akan membawa Santi ke kantor polis. Dia khawatir kalau istrinya harus berada lama di tempat yang sama dengannya. Selain khawatir karena bayinya yang memerlukan ASI, dia juga khawatir kalau Santi tak tahan dengan pemeriksaan dari penyidik dan akhirnya buka suara.“Pak, tolong jangan bawa istri saya kemari. Dia nggak tahu menahu soal ini. Makanya istri saya sangat syok ketika saya dibawa kemari. Biarkan istri saya di rumah, karena ada bayi kami yang memerlukan ASI-nya.” Feri berkata dengan wajah yang memelas, dan kedua tangan yang ditangkup di depan dada.“Kalau begitu, Anda yang kooperatif dong. Jawab yang jujur setiap pertanyaan yang diberikan. Saya tahu Anda berbohong!” tegas penyidik.Feri tertunduk dan kembali bungkam. Dia dilema saat ini. Andaikan dia berkata jujur, maka dia ingkar janji pada Larasati. Tapi, kalau dia tetap berbohong maka istrinya akan terbawa-bawa. Itu yang dia ingin hindari. Dia tak mau Santi ikut menanggung akibat dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Puber Kedua Pak Suami   59. Kecewa

    Andi mendengar bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya. Tapi dia abaikan, karena dia sedang sibuk meeting. Barulah setelah satu jam berlalu ketika meeting telah usai, Andi baru bisa membuka pesan yang Larasati kirim dan kemudian membacanya. Wajahnya menegang setelah membaca pesan itu.“Apa-apaan ini si Larasati. Langsung kabur dan minta cerai begitu saja. Memangnya menikah adalah sebuah permainan? Meski menikah siri, tapi nggak gini juga caranya kalau mau mengakhiri. Masak tiba-tiba langsung minta cerai? Padahal kayaknya tadi pagi nggak ada masalah apa-apa. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dan disembunyikan oleh Larasati. Aku harus cari tahu penyebabnya. Aku pulang sekarang saja deh. Barangkali Larasati masih ada di rumah dan sedang berkemas. Atau misalnya sudah pergi, aku akan susul ke rumah orang tuanya. Aku harus tanya padanya, apa yang membuat dia ingin bercerai. Alasan saja bilang kalau nggak bahagia hidup denganku. Aku selama ini sangat memperhatikan dia. Bahkan rela mening

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12

Bab terbaru

  • Puber Kedua Pak Suami   106. Kejutan Untuk Hanum

    Amelia sontak tersipu mendengar penuturan sang kakak. Wajahnya pun merona. “Cie, merah lho wajahnya si Amel. Nggak sangka kalau dia naksir sama si dosen itu. Nggak apa itu, Mel. Paling selisih usianya maksimal sepuluh tahun. Masih wajar itu menurut aku. Masih banyak yang selisihnya di atas sepuluh tahun. Ayo, Mel, aku dukung deh! Kayaknya orangnya baik,” ucap Gilang antusias. “Dia itu yang tolongin Amel saat mau dikerjai sama keponakannya Larasati, Lang,” celetuk Rafi. “Nah, keren itu. Sudah kelihatan tipe melindunginya. Nanti nggak apa deh kalau kamu duluan, Mel. Kakak sih belakangan nggak apa-apa. Lagi pula aku belum punya calonnya,” ucap Gilang dengan senyum menggoda pada sang adik. Wajah Amelia semakin memerah dan dia jadi salah tingkah. “Kita pulang saja sekarang, yuk! Ngobrol soal begini di tempat umum. Nanti kalau kedengaran orang, bagaimana? Malu tahu, Kak,” sahut Amelia. Dia lantas berjalan mendahului kedua kakaknya, karena merasa malu ketahuan isi hatinya oleh dua kakakn

  • Puber Kedua Pak Suami   105. Bulan Madu Kedua

    Hanum mengulum senyuman. Dia lalu menarik leher Andi dan mendekatkan telinga pria itu ke bibirnya. Dia lalu berbisik di sana.Kedua kelopak mata Andi membuka sempurna karena terkejut dengan apa yang Hanum bisikkan.“Kamu serius, Num? Nggak sedang bercanda?” tanya Andi dengan wajah memelas.“Iya, aku serius. Masak aku bohong sih, Mas. Aku ini kan belum menopause. Jadi masih kedatangan tamu bulanan lah. Aku tadi di kamar mandi baru tahu, kalau malam ini mendadak kedatangan tamu bulanan. Untung tadi sudah salat isya.” Hanum berkata sambil mengulum senyuman karena melihat wajah frustrasi Andi.“Sabar ya, Mas. Minggu depan deh baru bisa. Sekarang puasa dulu, ya. Sekalian menguji hati kamu, apa masih kuat menunggu satu minggu lagi?” imbuh Hanum yang masih mengulum senyumannya.Andi menghela napas. Dia berguling ke samping tubuh Hanum, dan memosisikan tubuhnya miring. Menghadap sang istri yang juga dalam posisi yang sama seperti dirinya. Tatapan mata mereka bertemu, dan saling mentransfer ra

  • Puber Kedua Pak Suami   104. Kembali Bersama

    Maya terdiam sambil mengaduk-aduk makanannya. Dia tiba-tiba saja menjadi tak berselera makan.Nadya yang melihat ekspresi sang mama, merasa bersalah karena terkesan dirinya memaksakan kehendak. Dia lalu memegang jemari tangan Maya dan mengusap lembut punggung tangan sang mama.“Aku minta maaf kalau perkataan tadi membuat Mama merasa nggak nyaman. Abaikan saja omongan aku tadi, Ma. Aku nggak memaksa Mama agar bisa memaafkan papa,” ucap Nadya lirih dan dengan nada yang tercekat, menahan tangis.Maya menoleh pada anak gadisnya. Dia melihat wajah cantik Nadya yang kini muram.‘Apa aku yang selama ini egois, mementingkan perasaanku sendiri tanpa memikirkan perasaan Nadya? Apa aku terlalu keras hati, sehingga sulit untuk memaafkan Mas Bima? Apakah sebenarnya Nadya merindukan papanya?’ ucap Maya dalam hati.“Nad, jawab pertanyaan Mama dengan jujur ya, Sayang,” ucap Maya dengan nada suara pelan.“Iya, Ma. Mama mau tanya apa?”“Apa kamu...merindukan papa kamu?”Nadya tak langsung menjawab. Dia

  • Puber Kedua Pak Suami   103. Restu Ibu

    ‘Jadi Hanum berencana akan rujuk dengan Andi. Sepertinya aku sia-sia saja selama ini mendekatinya. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Mumpung belum ada yang tahu kehadiranku di sini. Mungkin Hanum memang bukan jodohku,’ ucap Sadewa dalam hati.Sadewa lalu dengan perlahan mundur teratur dari teras rumah Sawitri. Dia memutuskan pergi dari rumah itu karena tak ingin mendengar percakapan mereka. Dia memilih untuk lapang dada membuang jauh angannya terhadap Hanum, wanita yang dia suka sejak lama.“Mas Dewa, mau ke mana?” tanya seorang wanita, yang membuat Sadewa menghentikan langkah.Sadewa lalu menoleh dan melihat Lestari yang kini berdiri di jarak beberapa langkah di belakangnya.“Eh, Tari. Aku mau pulang. Nggak enak kalau mengganggu acara keluarga. Di ruang tamu sedang serius kayaknya,” sahut Sadewa terus terang, setelah dia membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini berhadapan dengan Lestari.“Nggak mau mampir sekedar menyapa ibuku, Mas?” tanya Lestari lagi. Dia memandang Sadewa deng

  • Puber Kedua Pak Suami   102. Kunjungan Sore Hari

    Andi menangkap tubuh Hanum yang terhuyung ke depan, agar tak tersungkur di lantai.“Hati-hati dong, kalau sampai jatuh di lantai kan sakit nanti,” ucap Andi lembut ketika tubuh Hanum sudah berada dalam dekapannya.“Ish, kamu ini cari alasan saja, Mas. Sudah lepasin tangan kamu!” ujar Hanum dengan mata yang melotot pada Andi.“Kenapa memangnya?” tanya Andi dengan tatapan lugu.“Berlagak nggak paham, pura-pura tanya pula,” sungut Hanum kesal. Dia lalu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Andi. Namun, Andi sepertinya menahan lengannya agar bisa lebih lama memeluk sang mantan.Di saat yang sama, Amelia muncul di tempat itu. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka sempurna, kala melihat kedua orang tuanya tengah berpelukan. Itu menurut penilaiannya, karena dia tak tahu awal mula kejadian sang mama berada dalam dekapan papanya.“Cieee...rujuk ini ceritanya. Kapan peresmiannya? Terus kalau rujuk, aku bakalan dapat adik nggak?” goda Amelia dengan tawanya.“Adik? Memangnya kamu masi

  • Puber Kedua Pak Suami   101. Bertemu Lagi

    “Iya, Bu Hanum. Tante Nita yang merekomendasikan katering Ibu. Katanya, katering Ibu sudah terjamin kualitasnya. Saya mencari jasa katering, untuk acara ulang tahun pernikahan orang tua saya. Ini saya lakukan sebagai hadiah di pernikahan mereka yang ketiga puluh. Oh iya, nama saya Fariz,” sahut Fariz dengan senyuman.“Fariz ini yang tempo hari menolong Amel lho, Num. Dia seorang dosen yang pintar ilmu bela diri, sehingga bisa mengalahkan si Roy,” timpal Andi, yang membuat Hanum terkesiap.“Oh ya? Wah, saya ucapkan banyak terima kasih deh sama kamu ya, Fariz. Lalu mengenai kateringnya, kapan acara ulang tahun pernikahan orang tua kamu? Apa kamu mau test food dulu, supaya yakin dengan makanannya?” sahut Hanum kalem.“Saya percaya kok dengan kualitas kateringnya Bu Hanum. Kalau Tante Nita sudah merekomendasikan sesuatu, itu artinya sudah ok. Jadi nggak perlu test food lagi, Bu. Lalu mengenai jadwal acaranya, itu dua minggu lagi. Sengaja saya jauh-jauh hari sudah cari kateringnya, supaya

  • Puber Kedua Pak Suami   100. Come back

    Hanum mundur satu langkah. Andi pun bergerak maju mendekat. Begitu terus, hingga akhirnya punggung Hanum menempel pada dinding. Tak ada ruang untuk dirinya mundur lagi.“Mas! Sudah lah kamu pulang saja sana. Kamu pastinya capek kan, dan perlu istirahat juga. Jangan sampai penyakit jantung kamu kumat gara-gara kecapekan,” ucap Hanum dengan jantung yang bertalu-talu saat ini.“Aku sehat kok, Num. Aku juga nggak terlalu capek kok. Di rumah Nadya kan tadi hanya ngobrol saja. Lalu yang bawa mobil, si Rafi. Aku hanya duduk manis di sebelahnya. Kalau mengantuk sih, iya. Aku boleh kan istirahat di sini dulu, di kamar tamu,” sahut Andi dengan tatapan penuh harap.“Ya sudah, kalau mau istirahat di kamar tamu. Langsung saja ke sana. Kamu kan sudah tahu letaknya,” sahut Hanum. Dia lalu mendorong dada Andi agar menjauhinya. Dia merasa canggung juga berada di jarak yang begitu dekat dengan mantan suaminya.Namun di luar dugaan Hanum, tangan Andi menangkap tangan Hanum yang mendorong dadanya. Dia ba

  • Puber Kedua Pak Suami   99. Para Mantan

    Hanum yang terkesiap hanya bisa menghela napas panjang. Dia lalu memandang ke arah Bima yang masih menatap Maya, yang sedang memberi kode agar sikap Bima lebih ramah pada tamu mereka.Setelah beberapa detik, Maya kembali menatap Hanum dan Andi. Wanita yang diperkirakan usianya sebaya dengan Andi, lantas tersenyum pada kedua calon besannya itu.“Maaf ya, Pak, Bu. Papanya Nadya sedang kurang enak badan. Jadi reaksinya seperti tadi. Mari, silakan masuk!” ucap Maya ramah, dan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Dia sengaja memberikan alasan itu agar bisa dimaklumi oleh tamunya. Maya tak tahu saja, kalau Andi dan Hanum telah mengetahui penyebab sikap Bima tadi.“Oh, lagi kurang enak badan. Iya, nggak apa-apa. Kami maklum kok, Bu. Saya juga kalau kurang enak badan, suka begitu sikapnya. Iya kan, Ma,” sahut Andi dengan senyuman. Dia menoleh pada Hanum yang mengulum senyumannya mendengar penuturan mantan suaminya, yang masih menyebut kata ‘Ma’ pada dirinya.‘Aih, Mas Andi ini serba me

  • Puber Kedua Pak Suami   98. Pertemuan

    “Baik, Om, sepulang dari sini nanti, saya akan beritahu orang tua saya. Insya Allah, mereka bersedia datang kemari dan kenalan dengan Om Bima,” ucap Rafi, yang membuat lamunan Nadya buyar.Bima tersenyum seraya berkata, “Pastinya mau dong kenalan sama Om. Kalau nggak mau, Om nggak akan restui hubungan kalian.”Bima memang bercanda mengucapkan kalimat itu. Dia juga mengucapkannya sambil tersenyum. Namun, tetap saja membuat hati Rafi ketar-ketir.“I-iya, Om. Tolong restui dong. Saya dan Nadya serius lho, Om,” sahut Rafi yang sontak membuat Bima tertawa.“Iya...makanya nanti kenalan dulu. Biar enak ngomong soal kelanjutan hubungan kalian, iya kan,” ucap Bima setelah tawanya reda.Sementara itu, Maya yang rupanya menguping pembicaraan Rafi dan Bima lantas menampakkan dirinya di ruang tamu.Rafi yang melihat kedatangan Maya, lalu berdiri dan menghampiri wanita itu. Dia lalu mencium punggung tangan Maya dengan takzim.“Ada apa ini, Rafi?” tanya Maya pura-pura tak tahu. Dia lalu duduk di sof

DMCA.com Protection Status